Adegan Ambu mendamprat Nona mewakili hal itu: "Kamu hanya mementingkan diri sendiri" (kamu sendiri bisa mewakili orang Jakarta (sebagian) yang sok tahu dan merasa benar).
Saya mengintepretasikan Ambu bukan saja sekadar ibu, tetapi juga makna lebih luas. Dalam cerita Lutung Kasarung ada sosok yang disebut Sunan Ambu. Â Menurut sebuah referensi Sunan Ambu adalah sosok betari atau Dewi sebagai perempuan gaib penguasa khayangan dalam kepercayaan Sunda buhun. Namun peranannya lebih dari itu, karena sosoknya juga dianggap sebagai "ibu" dari kebudayaan Sunda. Arti Sunan Ambu sendiri berasal dari Bahasa Sunda Susuhunan Ambu, Susuhunan adalah "seseorang yang dimuliakan", sementara ambu bermakna "ibu" (1).
Ambu bukan saja sekadar ibu, tetapi juga penjaga tanah dan adat dan dalam film ini sosok Fatma adalah anak yang hilang dan harus direbut kembali. Begitu juga dengan Nona, yang lebih tidak mudah ditundukan. Â Film besutan Farid Dermawan ini menawarkan filosofi yang mendalam kalau direnungkan. Â
Ambu adalah film kedua yang saya kejar setelah Dilan 1991, karena kebetulan berkaitan dengan minat saya pada sejarah Bandung dan Tatar Sunda, dan saya beruntung bisa hadir di press screening 1 Mei lalu. Â
Konflik antara  modern diwakili industrialisasi yang kerap mengabaikan lingkungan hidup dengan kultur orang Priangan dan juga Banten yang lekat dengan tanah (huma) dan hutannya, menjadi isu penting seiring dengan berkurangnya lahan pertanian akibat keserakahan.  Apa yang dilukiskan dalam film Ambu tentang perlunya menjaga keselaran dengan alam, juga saya temui di Kampung Naga, Tasikmalaya  beberapa tahun yang lalu. Â
Film ini juga bernafas feminis karena menghadirkan sosok perempuan yang tangguh, seperti Ambu Misnah, Fatma bahkan juga Nona. Begitu juga Apsha, walaupun ibu rumah tangga, tetapi juga bisa mandiri dengan menenun. Ambu dalam cerita "Lutung Kasarung" sebetunya juga feminis.
Akhirnya Ambu adalah film yang harus ditonton oleh keluarga dengan pesan yang tidak menggurui. Kasih ibu itu tidak harus diucapkan, tetapi bagaimana paniknya Ambu ketika tahu masalah yang dihadapi Fatma dalam berapa adegan cukup membuat air mata meleleh. Selain panorama kampung Baduy dengan kolecer (baling-baling bambu  yang tingginya ada yang sampai Sembilan meter), leuit (tempat penyimpanan padi), rumah beratap rumbia, menjadi kelebihan film ini. Apalagi warga Baduy juga dilibatkan dalam film ini.
Soundtrack film ini bertajuk  "Semesta Pertamaku" yang dinyayikan juga  Widyawati membuat saya tidak bisa menahan tangis. Saya berharap film ini mendapatkan paling tidak  beberapa nominasi dalam Festival Film Indonesia mendatang.  Bagi Farid Dermawan sebagai sutradara untuk debutan, bolehlah. Empat dari Lima Bintang untuk Ambu.
Irvan Sjafari
Catatan Kaki:
- https://hystoryana.blogspot.com/2018/06/sunan-ambu-dewi-sunda-purba-menelusuri.html  diakses 2 Mei 2019.