Suasana Jalan KHRM Toha, Gang  Babakan, Desa Bendungan di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor tidak banyak berubah ketika saya  berkunjung ke tempat ini enam tahun yang  silam. Saya bersyukur cuaca pada Sabtu, 2 Februari 2019 begitu cerah.  Tujuannya saya ialah mengunjungi Rumah KAIT (Plus), tempat sahabat-sahabat saya dari Yayasan Alang-alang yang berkiprah untuk pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Rumah  KAIT terletak sekitar seratus meter dari jalan raya  menelusuri jalan setapak.  Begitu tiba  saya sudah  dua bangunan lain menemani  bangunan utama, yang rupanya  digunakan untuk Sekolah Cerdas Gemilang tepat pendidikan alternatif  Belajar Sambil Bermain, yang digagas Yayasan Alang-alang sejak delapan belas tahun  silam.  Sudah jauh berubah dibanding  lingkungan luar.
Lebih dari  seratus  ibu-ibu dan anak-anak balita tumpah ruah di halaman dan di dalam gedung  yang digunakan sebagai tempat PAUD bermain.  Mereka adalah para ibu dan  anak-anak dari empat belas posyandu yang tersebar di Kecamatan Ciawi  ingin mendengarkan dongeng "Gigiku Sayang" yang dibawakan oleh Nova Agnesha  Rayaski (Nova) dan Ismadi Dwiansyah (Dwi), staf dan pengajar Sekolah Cerdas Gemilang
Salah  seorang di antara staf, Tuti Lestari, 27 tahun menyambut kedatangan saya dengan antuasias. Dia kini sudah menjadi ibu dari seorang anak.  Tuti dahulunya adalah murid  dari Yayasan Alang-alang ketika usianya masih kanak-anak, sudah menjadi staf  ketika saya berkunjung ke sana pada  Juni 2012 setelah lulus sebuah SMK di Bogor. Kini dia sedang  menyelesaikan pendidikan sarjana pendidikan Guru SD.
"Kegiatan ini merupakan puncak dari kegiatan bulan kesehatan, sekaligus berbagi ilmu bukan saja untuk peserta dari Sekolah Cerdas  Gemilang, tetapi juga warga sekitar,"  ucap Ketua Yayasan Alang-alang (Executive Chairman) Karina Maharani dalam sambutannya.
Sebelum mendongeng anak-anak dibagi enam kelompok  mengikuti kegiatan mewarnai secara estafet. Setiap anak dalam suatu kelompok mewarnai gambar karakter tokoh dalam dongeng, seorang anak laki-laki bernama Gilang sedang menyikat gigi.  Menurut saya  aktivitas ini menarik seperti kegiatan team bulding di dalam kegiatan outbound, hanya ini untuk anak balita.
Suatu pagi terdengar kokok ayam  membangunkan para anak-anak yang sedang tidur. Suara Nova mengawali dongeng interaktif ini.  Kemudian diikuti suara Dwi menirukan suara ayam: kukuruyuk khas cara mendongeng dari teman-teman Alang-alang.  Lanjut Nova: Gilang tertidur di kamarnya dan dibangunkan oleh ibunya: Gilang! Gestur tubuh Nova dan Dwi pun mengikuti narasinya.
Gilang diceritakan punya kebiasaan buruk terlalu sering mengkonsumsi permen dan jarang sikat gigi. Akibatnya dia dijauhi  teman-temannya karena mulutnya bau, giginya berlubang dan air liurnya sering menetes.  Cerita diakhiri tentang runtinitas menyikat gigi sebelum tidur dan sesudah sarapan untuk memelihara  kesehatan gigi.  Acara ditutup dengan lagu "Sayonara" setelah pembangian kesehatan gigi untuk anak-anak.
Secara keseluruhan Nova dan Dwi piawai memikat anak-anak untuk mendengarkan dongeng. Â
Menurut Karina  dalam perbincangan dengan saya, menjaga kesehatan gigi menjadi tema karena 75 persen masalah kesehatan yang  menyangkut anak berkaitan  dengan gigi. Cara untuk memberikan pemahaman pada anak ialah dengan dongeng seperti ini.  Â
Dari perbincangan kami terungkap ada masalah lain yang menyangkut anak pada masa sekarang, yaitu  dampak dari gawai (gadget),  yang  belum ada ketika saya  berkunjung ke  KAIT pada 2012. Bisa jadi gawai membuat anak abai, termasuk untuk menyikat gigi.
"Harusnya pemakaian gadget ada aturan waktu," tutup Karina. Â Â
 Saya juga berbincang  dengan Melati Djunaedi, pendiri Yayasan Alang-alang mencari tahu bagaimana perkembangan LSM ini.  Dia menuturkan bahwa konsep pendidikan belajar sambil bermain (juga sistem kesehatan)  ini selain ada di Ciawi, juga ada di Karawang, Cigombong, serta dua di Jakarta,  serta  satu untuk kalangan menengah atas, Kirkas dan Tahti  yang juga menggunakan konsep yang sama. Yang  di  Ciawi sudah diikuti oleh anak-anak  dari desa  tetangga danbukan hanya Desa Bendungan.
Sekolah Cerdas Gemilang ini menawarkan PAUD hingga SD, menekankan pendidikan dan kesehatan terpadu , motorik hingga ahlak (contohnya, berbuat baik untuk sesama). Jenjang  pendidikannya PUD  Bermain (3-4 tahun), PAUD Belajar (5-6 tahun) hingga Sekolah  Dasar (7-12 tahun)
"Kami  juga pernah mendapatkan kunjungan beberapa pendidik dari Finlandia yang ternyata menjalankan konsep yang sama dengan kami. Rupanya mereka mengetahui keberadaan kami. Mereka bilang yang kami lakukan bukan (hanya) pendidikan tetapi pedagogig memasukan  unsur mental dan pembentukan karakter, " ujar Melati.
Hanya saja di Finlandia para  pendidik direkrut dari S-3, sementara di Yayasan Alang-alang pendidik utama berlatar belakang S-1.  Untuk itu Yayasan memberikan beasiswa pada sejumlah staf untuk meningkatkan  kualitasnya  mengikuti pendidikan guru, manajemen hingga  komunikasi.  Â
Seperti halnya filosofinya, seperti alang-alang terus merambah.  Alang-alang sudah merambah di hati  saya.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H