Dari perbincangan kami terungkap ada masalah lain yang menyangkut anak pada masa sekarang, yaitu dampak dari gawai (gadget), yang belum ada ketika saya berkunjung ke KAIT pada 2012. Bisa jadi gawai membuat anak abai, termasuk untuk menyikat gigi.
"Harusnya pemakaian gadget ada aturan waktu," tutup Karina.
Saya juga berbincang dengan Melati Djunaedi, pendiri Yayasan Alang-alang mencari tahu bagaimana perkembangan LSM ini. Dia menuturkan bahwa konsep pendidikan belajar sambil bermain (juga sistem kesehatan) ini selain ada di Ciawi, juga ada di Karawang, Cigombong, serta dua di Jakarta, serta satu untuk kalangan menengah atas, Kirkas dan Tahti yang juga menggunakan konsep yang sama. Yang di Ciawi sudah diikuti oleh anak-anak dari desa tetangga danbukan hanya Desa Bendungan.
Sekolah Cerdas Gemilang ini menawarkan PAUD hingga SD, menekankan pendidikan dan kesehatan terpadu , motorik hingga ahlak (contohnya, berbuat baik untuk sesama). Jenjang pendidikannya PUD Bermain (3-4 tahun), PAUD Belajar (5-6 tahun) hingga Sekolah Dasar (7-12 tahun)
"Kami juga pernah mendapatkan kunjungan beberapa pendidik dari Finlandia yang ternyata menjalankan konsep yang sama dengan kami. Rupanya mereka mengetahui keberadaan kami. Mereka bilang yang kami lakukan bukan (hanya) pendidikan tetapi pedagogig memasukan unsur mental dan pembentukan karakter, " ujar Melati.
Hanya saja di Finlandia para pendidik direkrut dari S-3, sementara di Yayasan Alang-alang pendidik utama berlatar belakang S-1. Untuk itu Yayasan memberikan beasiswa pada sejumlah staf untuk meningkatkan kualitasnya mengikuti pendidikan guru, manajemen hingga komunikasi.

Seperti halnya filosofinya, seperti alang-alang terus merambah. Alang-alang sudah merambah di hati saya.
Irvan Sjafari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI