Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Westerling, APRA, dan Aksi Reaksioner Desertir Militer Belanda

23 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 24 Januari 2019   11:07 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin pagi, 23 Januari 1950 sekitar dua puluh hingga tiga puluh truk berisi orang-orang berpakaian tentara Belanda memasuki kota Bandung dari Jurusan Cimahi.

Pemandangan yang biasa bagi warga Bandung, karena kerap terjadi selama Perang Kemerdekaan. Penyerahan Kedaulatan pada 29 Desember 1949 yang secara resmi mengakhiri perang lebih membuat penduduk tidak merasa hal aneh, karena sedang dalam masa transisi.

Tetapi setibanya di Jalan Braga orang-orang bersenjata lengkap itu berloncatan turun dan melepas tembakan dengan gencar. Para penduduk pun lari tungang-langgang. Namun di antara para saksi mata melihat jelas serdadu yang memakai tanda APRA.

Sementara rombongan APRA yang lain berjalan kaki, naikjip dan motorfites berjumlah sekitar 500 orang mengadakan steling di gang-gang dan melepas tembakan ke atas dan ada pula yang ditujukan pada berapa rumah. Pos polisi sepanjang Jalan Cimindi, Cibereum dilucuti.

Di jalan Perapatan Banceui dalam kota seorang TNI yang mengendarai jip dan tidak bersenjata diberhentikan, dipaksa turun dan angkat tangan kemudian ditembak mati. Mayatnya ditinggalkan.

Di Jalan Braga depan Apotek Rethkamp sebuah sean dihentikan, tiga pemumpangnya disuruh turun, Seorang Letnan TNI tanda pangkatnya diambil kemudian ditembak mati, dua sipil dibawa dengan truk.

Di depan Hotel Preanger sebuah truk berisi tiga orang TNI ditembaki hingga oleng dan melanggar tiang listrik sampai tumbang. Truk itu terguling. Tembak menembak terjadi di Jalan Merdeka di mana 10 serdadu TNI berguguran. Di perempatan Suniaraja-braga tujuh orang TNI tidka bersenjata mengendarai truk ditembaki dari muka dan belakang.

Perlawanan cukup hebat terjadi di Kantor Staf Kwartir Divisi Siliiwangi Oude Hospitalweg. Sebanyak 15 serdadu TNI dipimpin Letkol Sutoko berjuang melawan ratusan serdadu APRA. Pertempuran selama setangah jam dilakukan hingga peluru habis. Letkol Sutoko dan Letkol Abimanyu dan seorang perwira lain berhasil meloloskan diri.

Letkol Lembong dan ajudannya sebetulnya baru datang ke markas Siliwangi tidak menduga sudah diduduki tentara APRA. Ia baru sja berangkat dari rumahnya. Pada saat hendak masuk mobilnya ditembaki. Lembong dan ajudannya Leo Kailola gugur dan mayatnya dirusak.

Pasukan APRA yang kemudian diketahui didalangan Kapten Raymond "Turk" Westerling menghilang menjelang petang. Beredar kabar bahwa yang terlibat bukan saja tentara KNIL tetapi juga 150 tentara baret hijau tentara Belanda dan sebanyak 120 telah melaporkan diri pada komandan tentara Belanda di Bandung.

"Geledek di Waktu Terang" demikian salah satu judul berita Persatuan Termasuk Harian Padjadjaran edisi 24 Januari 1950. Buku Profil Jawa Barat terbitan Kementerian Penerangan 1953 menyebutkan, 79 anggota TNI dan 6 sipil gugur dalam peristiwa tersebut. Namun hanya 61 orang yang bisa diidentifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun