Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Ateng-Iskak pun "Hidup Kembali"

9 Januari 2019   00:57 Diperbarui: 13 Januari 2019   12:50 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Augie Fantinus sebagai Ateng dalam film

Dalam kenangan saya nama Andreas Leo Ateng Suripto (Ateng), Iskak Darmo Suwiryo (Iskak), Bing Slamet dan Eddy Sudihardjo (Eddy Sud) dan Ahmad Syech Albar (Bing Slamet), ketika masih kanak-kanak pada 1970-an ketika mereka tergabung dalam Kwartet Jaya dan Film Bing Slamet Dukun Palsu (1973). Bing Slamet Koboi Cengeng (1974).

Saya juga masih mengingat Ateng dan Iskak lewat acara "Ria Jenaka" di TVRI dan sejumlah acara di televisi. Namun kesan saya yang mendalam terhadap akting Ateng ketika dia bermain dalam film drama sedih yaitu Ira Maya dan Kakek Ateng (1979).

Sementara untuk Iskak sendiri baru saya tahu ketika namanya muncul lewat iklan pemberitahuan pegelaran acara hiburan di Kota Bandung di Pikiran Rakjat, 21 Januari 1963 yaitu akan tampil dalam acara Malam Aneka Bing Slamet pada 3 Februari 1963 bersama Bagyo dan Atmonadi di Sport Hall Gelora Saparua.

Iklan yang sama saya lihat pada 1962. Iskak, Bagyo dan Atmonadi bergabung pada 1961. Boleh dibilang 1960-an nama Iskak sudah mencuat.

Sebagai catatan, Bing Slamet pada waktu itu sudah menjadi komedian dan penyanyi sejak era 1950-an, sudah saya singgung dalam berapa tulisan saya tentang sejarah Kota Bandung. Dalam beberapa acara di Kota Bandung Bing Slamet mengisi acara bersama Idris Sardi.

Mungkin karena saya lebih fokus sejarah Kota Bandung, sebagai penulis sejarah saya belum (atau terlewat) menemukan berita tentang kiprah Ateng di era 1960-an. 

Selain itu pria kelahiran Bogor, 8 Agustus 1942, paling muda di antara para pelawak yang kemudian menjadi legenda di era1970-an, di mana para pelawak bermunculan bak jamur di musim hujan hingga era 1990-an.

Menghidupkan Ateng dan Iskak dalam Lagi-lagi Ateng
Film Lagi-lagi Ateng yang disutradarai Monty Tiwa menghidupkan kembali karakter dua komedian yang kondang dalam sejarah dunia hiburan Indonesia tersebut. Tidak mudah, karena bukan sekadar hanya menghidupkan gestur dan tutur kata dua pelawak itu, tetapi juga brand kedua pelawak itu yang melekat dengan citra keluarga, seperti yang disyaratkan oleh keluarga almarhum kedua pelawak itu dan hal itu terungkap dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 7 Januari lalu.

Hasilnya? Di mata saya Augie Fantinus berhasil menjadi Ateng dengan citra kekanak-kanakan, tetapi hangat kepada keluarga dan lingkungannya, gestur tubuhnya ketika merajuk pada ayahnya Budiman (Surya Saputra), yang digambarkan sebagai aristokrat, kaku dan sok tahu, dekat dengan keluarga keraton, pemilik sebuah peternakan di Salatiga. 

Budiman seorang single parent didukung Mbok (Rohana Srimulat), tokoh ini sebetulnya tribut terhadap Mak Wok, Wolly Sutinah, legenda 1970-an juga dan Iskak (Soleh Solihun), ikut membesarkan Ateng. Dalam film ini tetap kekanak-kanakan hingga usia ke 26. Sampai suatu ketika Ateng minta hadiah ulang tahun berlibur ke Jakarta dan menginap di sebuah hotel mewah.

Di hotel mewah itu ada Agung Sadewa, seorang motivator kondang dengan slogannya: masa lalu bisa menjadi masalah. Dia didampingi asisten pribadinya Cemplon (Jullie Estelle). Agung besar dengan seorang ibu single parent bernama Ratna (Unique Priscilla), seorang wanita karir. Agung dan Ateng bertemu dan kemudian menyadari mereka adalah saudara kembar. 

Atas usul Cemplon dengan segera didukung Iskak. Keduanya bertukar tempat dan akhirnya menyusun rencana menyatukan kembali kedua orangtua mereka yang berpisah sejak mereka masih bayi dalam sebuah liburan di Bali dan itu tentunya menghadapi berbagai rintangan.

Pertukaran tempat mereka tidak tercium awalnya oleh orangtua mereka. Hanya saja Budiman heran kok bisa Ateng lebih dewasa dan ibunya Agung heran, anaknya jadi sentimentil.

Plot ceritanya sebangun dengan film Amerika bertajuk Parent Trap (1998). Bedanya si kembar adalah gadis perempuan (waktu itu diperankan Lindsay Lohan) yang bertemu di acara perkemahan. Keduanya menyusun rencana mempertemukan kembali kedua orangtua mereka dan "mengganggu" calon isteri ayah mereka, yang dianggap penghalang niat mereka.

 Namun plot cerita Lagi-lagi Ateng lebih rapi dan menyentuh. Dalam berapa adegan, misalnya ketika kedua orangtuanya bertemu, bisa membuat saya menitik air mata. Saya bisa merasakan air mata Ateng menetes ketika pertama kali memeluk ibunya ketika dewasa.

"Kembar yang terpisahkan memang sudah banyak di sejumlah film seluruh dunia," ungkap Monty.

Catatan lain dari saya untuk film ini, Soleh Solihun juga berhasil "menghidupkan" Iskak dan yang paling dahsyat ketika dia berpakaian parlente dengan jas dan topi yang berwarna ngejreng dalam sebuah adegan untuk menarik perhatian Cemplon. 

Misi pertama menghidupkan kembali Ateng dan Iskak di era milenial, Monty Tiwa dan timnya berhasil. Bahkan Monty sangat apik pada detail. Termasuk menggambarkan sosok aristokrat , apa iya masih ada pada "zaman now" ini? Monty ternyata riset dan bertemu orang itu. Begitu juga Rumah Adat Jawa ditemukan dengan hunting yang tekun.

Secara keseluruhan Lagi-lagi Ateng menyegarkan kembali ingatan pada Ateng dan Iskak untuk generasi yang lahir pada era 1960-an hingga 1980-an, sekaligus juga memperkenalkan pada generasi milenial ini loh legenda Komedian Indonesia. Film ini juga menawarkan nilai pentingnya keluarga. 

 Irvan Sjafari

Tulisan terkait:

Gairah Warga pada Pertunjukan Hiburan Bandung di Tahun 1960

Bandung 1958 (9): Dari El Dolores, Pelawak Us-Us, Band Saptawati dan Gemerlap Hiburan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun