Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Ateng-Iskak pun "Hidup Kembali"

9 Januari 2019   00:57 Diperbarui: 13 Januari 2019   12:50 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Augie Fantinus sebagai Ateng dalam film

Atas usul Cemplon dengan segera didukung Iskak. Keduanya bertukar tempat dan akhirnya menyusun rencana menyatukan kembali kedua orangtua mereka yang berpisah sejak mereka masih bayi dalam sebuah liburan di Bali dan itu tentunya menghadapi berbagai rintangan.

Pertukaran tempat mereka tidak tercium awalnya oleh orangtua mereka. Hanya saja Budiman heran kok bisa Ateng lebih dewasa dan ibunya Agung heran, anaknya jadi sentimentil.

Plot ceritanya sebangun dengan film Amerika bertajuk Parent Trap (1998). Bedanya si kembar adalah gadis perempuan (waktu itu diperankan Lindsay Lohan) yang bertemu di acara perkemahan. Keduanya menyusun rencana mempertemukan kembali kedua orangtua mereka dan "mengganggu" calon isteri ayah mereka, yang dianggap penghalang niat mereka.

 Namun plot cerita Lagi-lagi Ateng lebih rapi dan menyentuh. Dalam berapa adegan, misalnya ketika kedua orangtuanya bertemu, bisa membuat saya menitik air mata. Saya bisa merasakan air mata Ateng menetes ketika pertama kali memeluk ibunya ketika dewasa.

"Kembar yang terpisahkan memang sudah banyak di sejumlah film seluruh dunia," ungkap Monty.

Catatan lain dari saya untuk film ini, Soleh Solihun juga berhasil "menghidupkan" Iskak dan yang paling dahsyat ketika dia berpakaian parlente dengan jas dan topi yang berwarna ngejreng dalam sebuah adegan untuk menarik perhatian Cemplon. 

Misi pertama menghidupkan kembali Ateng dan Iskak di era milenial, Monty Tiwa dan timnya berhasil. Bahkan Monty sangat apik pada detail. Termasuk menggambarkan sosok aristokrat , apa iya masih ada pada "zaman now" ini? Monty ternyata riset dan bertemu orang itu. Begitu juga Rumah Adat Jawa ditemukan dengan hunting yang tekun.

Secara keseluruhan Lagi-lagi Ateng menyegarkan kembali ingatan pada Ateng dan Iskak untuk generasi yang lahir pada era 1960-an hingga 1980-an, sekaligus juga memperkenalkan pada generasi milenial ini loh legenda Komedian Indonesia. Film ini juga menawarkan nilai pentingnya keluarga. 

 Irvan Sjafari

Tulisan terkait:

Gairah Warga pada Pertunjukan Hiburan Bandung di Tahun 1960

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun