Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"DreadOut", Game, Milenial dan Budaya Sunda

3 Januari 2019   15:30 Diperbarui: 3 Januari 2019   15:55 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Caitlin Halderman dalam

Suatu malam yang mencekam di unit apartemen, beberapa laki-laki memaksa seorang perempuan membacakan mantera yang tertera dalam perkamen (media dari kulit binatang) dalam Bahasa Sunda Kuno, sementara anak perempuannya disandera.Sesosok tubuh  dibungkus kain  ditaruh  dalam lingkaran  dengan simbol-simbol kuno. 

Mereka sedang mengadakan upacara ritual untuk membuka portal ke dimensi lain, tepatnya alam gaib Perempuan itu membacakan yang artinya kira-kira, sampun rasun, mohon izin penghuni alam gaib,  gar kami bisa memasuki alam kalian....Tetapi sebelum ritual tuntas, suatu tim polisi mendobrak masuk dan menembak mati para penyandera.

Prolog film DreadOut yang sudah menegangkan diceritakan terjadi di sebuah rumah susun yang kemudian terbengkalai. Rumah susun yang kemudian menjadi angker  itu justru menjadi  obsesi lima anak dari generasi milenial yang  masih duduk di bangku SMA Jessica (Marsha Aruan), Beni (Muhammad Riza Irsyadillah), Dian (Suzana Sameh), Alex (Ciccio Manassero) dan Erik (Jefri Nichol).

Seperti halnya generasi milenial masa kini ingin eksis dengan mereka aktivitas aktivitas mereka untuk ditayangkan di edia sosial dan mendapatkan tanggapan dari generasi milenial lain. Agar bisa mendapatkan akses masuk , mereka menggandeng Linda (Caitlin Halderman), seorang remaja yang harus kerja di minimarket untuk biaya hidup dan  sekolahnya. Pasalnya Linda yang kenal dengan penjaga (Mike  Lucok).

Mereka melanggar larangan Sang Penjaga untuk masuk ke dalam sebuah unit apartemen yang sudah diberi garis polisi, karena ada kejadian penculikan. Di dalam unit itu mereka menemukan berapa perkamen dan Linda ternyata mampu membaca mantera yang ada dalam perkamen itu. Akibatnya mereka masuk ke dalam portal melalui kolam air ke dimensi lain atau alam gaib.

Di alam gaib itu mereka menemukan hutan, kuburan hingga rumah kayu dengan arsitektur kuno. Mereka berhadapan dengan Hantu Perempuan Berkebaya Merah pemilik rumah kayu itu bersama adiknya. Hantu itu ingin agar mereka yang mengusik itu tinggal selamanya di alam gaib. Apakah keenam remaja itu jadi korban  atau bisa meloloskan diri, menjadi inti cerita film ini.

Dari segi cerita DreadOut penuh dengan jump scare, twist, tidak bisa ditebak bagaimana ending ceritanya. Kelebihan film ini ialah sinematografi dari Sutradara Kimo Stamboel dan juru kameranya  terutama menggambarkan  suasana di dimensi lain, termasuk landscape rumah kuno yang menurut film ini  merupakan arsitektur  umah Sunda  tempo dulu. 

Diangkat dari Game

DreadOut diangkat dari game horor karya developer Indonesia, Digital Happiness yang bertajuk sama dan meraih sukses secara internasional. Menurut Sang Sutradara Kimo Stamboel brand dari game ini sangat  besar dan  kuat. Film ini berdasarkan kesepakatan dengan teman-teman dari Digital Happiness adalah prekuel dari gamenya.

"Tapi kualitas, keseruan dan kengerian di film harus sama dengan filmnya," ujar Kimo dalam press conference di Grand Indonesia, Rabu (2/9/2019).

Hantu berkebaya merah, serta puluhan pocong dengan sabit di tangan yang sewaktu-waktu bisa menebar maut  adalah  unsur dalam game dan juga film ini. Game indie horor ini populer di platform internasional STEAM dan semakin populer ketika PewDie (Youtuber Internasional) memberikan review positif terhadap game ini.

Produser film Edwin Nazir mengatakan, rencananya film ini seperti halnya gamenya tidak hanya akan dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga secara internasional. Untuk itu pihaknya selain bekerja sama dengan SkyMedia (scereenplay) dan  Lyto  game, juga menggandeng CJ Entertainment.  

Budaya Sunda

Yang mengusik perhatian saya ialah di dalam berapa adegan film ditampilkan gambar dalam perkamen, seorang perempuan berkebaya (Sunda)  dengan rumah dan sejumlah orang yang tampaknya orang Belanda zaman kolonial.  Tampaknya gambar-gambar itu mau bercerita  ada benturan  antara seorang penguasa (lokal) perempuan dengan  pejabat  Kolonial Belanda (dilihat dari pakaian celana dan wajahnya) dan berkaitan dengan ilmu  gaib.

Walaupun sebetulnya lebih menarik kalau saja ditarik ke era yang lebih kuno, Penguasa (lokal) perempuan bukan hal yang aneh dalam cerita dan dongeng Sunda,seperti dalam "Lutung Kasarung" dan "Sangkuriang", hingga yang agak menyeramkan perepuan golongan orang kaya seperti dalam cerita "Situ Bagendit".   

Apa yang digambarkan dalam perkamen pada film ini cukup logis karena saya temukan dalam berapa literatur. Mulai dari sosok perempuan berkebaya, rumah arsitektur Sunda (yang juga mirip ditemukan di Jawa Tengah, memang  ada pengaruh dari  Mataram), wayang golek, cermin hingga ranjang, perabot, kursi dari kayu, hingga keterikatan dengan hutan dan gunung.    

Pada abad ke 19 menjadi golongan bangsawan,yang disebut kaum menak menjadi eksis di bawah Pemerintah Hindia Belanda  sejak bubarnya VOC pada 1799. Menak  ialah aristokrasi lokal terdiri atas para bupati, bawahan bupati, dan sanak kerabat mereka, namun ada juga  kalangan rakyat  biasa menjadi bangsawan. 

Ketika saya tanya pada Kimo Stamboel, budaya Sunda yang ada dalam film ini adalah intepretasi dari pembuat game. Namun ia mengaku juga berhati-hati membuat rekaan sosok perempuan berkebaya merah dengan logat Sunda, sekaligus juga membenarkan adanya setting sejarah dan budaya yang berhubungan  dengan hantu  perempuan berkebaya itu.

"Asal usul hantu perempuan berkebaya merah itu ada ceritanya. Karena keterbatasan durasi film tidak bisa diungkap, tetapi kalau ada lanjutannya dimungkinkan, karena film ini baru prekuel. Budaya Sunda yang jadi setting kemungkinan dari daerah Priangan  ke arah Cirebon," ujar dia seraya mengatakan melakukan banyak diskusi agar tidak salah mengintepretasikan unsur budaya  Sunda  alam film.  

Yang menarik lagi, Hantu Kebaya Merah diciptakan berdasarkan pengalaman "nyata" dari novelis, sekaligus musisi Risa Saraswati, yang juga pengisi suara Hantu Kebaya Merah versi gamers. Hantu kebaya merah merupakan sosok hantu yang telah ada sejak zaman dahulu. Hantu ini merupakan hantu yang paling  kuat.

Kimo Stamboel-Foto: Irvan Sjafari.
Kimo Stamboel-Foto: Irvan Sjafari.
Secara keseluruhan DreadOut menurut saya film yang inovatif, memadukan tiga isu sekaligus film yang diangkat dari game yang pertama di Indonesia,  mengungkapkan isu yang  terjadi pada generasi milenial yang gemar pamer  di Youtube, vlogger  jadi viral di media sosial, serta memasukan unsur (perjalanan sejarah era  kolonial) budaya Sunda.  

Salah satu yang menyambut awal 2019 yang cukup baik.

Irvan Sjafari  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun