Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Plastik, Antara Regulasi, Gaya Hidup, dan Kreativitas

1 Januari 2019   13:20 Diperbarui: 2 Januari 2019   11:13 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan botol plastik untuk pot tanaman-Foto: dokumentasi pribadi Sarie.

Perkarangan rumahnya juga diisi dengan kebun hidroponik yang terbuat dari botol plastik. Ke depannya Sarie berharap apa yang digagas ia dan kawan-kawannya menular ke masyarakat.

Dinding selfie dari limbah-Foto: Dokumentasi Pribadi.
Dinding selfie dari limbah-Foto: Dokumentasi Pribadi.
Sarie tidak sendirian. Persoalan sampah plastik juga menjadi problem di kota lain dan mendorong perempuan lain yang berbuat sebangun. Di Ambarawa, Deasy Esterina mendirikan Studio Desain Kreskros. 

Alumni Jurusan Arsitek Universitas Ciputra Surabaya ini menggandeng para ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya di kawasan Ambarawa untuk menggunakan limbah plastik sebagai bahan rajutan untuk membuat berbagai aksesoris hingga tas ransel.

"Limbah plastik dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipotong-potong panjang membentuk utasan. Kemudian utasan ini digabung dengan benang serat organik, para perajin kami merajut lembaran-lembaran crochet satu per satu secara manual," ujar dara kelahiran 7 Desember 1990 beberapa waktu lalu ketika saya temui di Festival Ibu Hebat di Jakarta, awal Desember lalu.

Dikatakannya, dalam sebulan Kreskros memproduksi sekitar 200 tas ransel dan tas kerja dengan segmen milenial. Satu tas dibandroll Rp150 ribu hingga Rp200 ribu. 

Karena kreativitasnya Kreskros meraih tempat Ketiga untuk Inacraft Emerging Award pada 2018 dan mendapatkan kehormatan tampil di Jakarta Fashion Week 2018.

Deasy esterlina (kiri) dengan tas limbah plastik-Foto: Irvan Sjafari.
Deasy esterlina (kiri) dengan tas limbah plastik-Foto: Irvan Sjafari.
Hanya saja mereka yang punya kreativitas seperti ini jumlahnya tidak banyak dan harus berpacu dengan produksi sampah plastik yang terus membesar. 

Solusi lain ialah alternatif apa yang bisa menggantikan kantong plastik dan kalau bisa botol plastik masih ditunggu. Kalangan industri akan berhitung cost yang paling efesien bagi kepentingan mereka dan mengubah perilaku masyarakat jauh lebih sulit.

Irvan Sjafari
Foto-foto: Dokumentasi pribadi Sarie dan Irvan Sjafari
Sumber:
Pikiran Rakyat 16 November 2018,1 Desember 2018, 4 Desember2018
majalahpeluang.com I
majalahpeluang.com II

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun