Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1962, Menghadapi Wabah Cacar

11 Desember 2018   19:55 Diperbarui: 11 Desember 2018   20:01 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengahan Januari 1962 badan kesehatan dunia WHO memberikan peringatkan wabah Cacar (Small Pox) melanda sejumlah negara di Asia dan Eropa.  Jumlah penderita mencapai 1.127 orang, tidak saja di negara berkembang seperti India dan Pakistan, tetapi juga negara Eropa yang tergolong maju seperti Inggris, Jerman Barat dan Swiss.

BBC menyebutkan wabah itu bisa singgah di Inggris karena seorang wisatawan yang baru pulang ke Wales Selatan dari perjalanannya ke Pakistan mengidap penyakit tersebut.  Dalam waktu singkat 19 warga Inggris tewas dan 900 ribu harus divaksinasi.  

Pada pertengahan Maret 1962 warga Jawa Barat dikejutkan dengan berjangkitnya penyakit cacar (small pox) yang disebabkan virus variola. Penyakit ini  mulanya menyerang Banten Selatan yang waktu masih kawasan terisolir.  Sebanyak 254 warga banten terjangkit. 

Kemudian menjalar ke Pelabuhan Ratu, Cianjur Selatan, Garut Selatan dan Padalarang.  Korban yang paling banyak terdapat di Garut Selatan sekitar 30 warga terjangkit,kemudian meningkat menjadi 100 orang.  Operasi pencacaran pun digelar tidak saja di Banten, tetapi juga di wilayah tetangganya DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Warga Kota Bandung masih disibukan dengan antrian minyak tanah baru  menjadi terkejut.Wartawan Pikiran Rakjat Mohammad Sidik menulis laporan itu pada 21 April 1962, bersamaan dengan para pemuda dan pemudi dari kalangan menengah justru asyik dengan dansa twist, tren baru masa itu.  

Kepala Staf Harian Komando Operasi cacar Dr Suharto mengatakan bahwa penyakit ini mulanya berjangkit di Lampung pada Oktober 1962, kemudian menyeberang ke Tanah Jawa.

Awal April 1962 sebanyak 21 warga Jakarta dilaporkan terjangkit.  Sekitar enam ribu mahasiswa dikerahkan untuk melakukan vaksinasi, karena Kementerian Kesehatan kekurangan tenaga.  

Pemerintah Kota Bandung  segera melakukan aksi vaksinasi.  Kelompok yang disasar lebih dahulu ialah para gelandangan, yang dianggap menjadi potensi bahaya penyebaran.  Para petugas menyusur gubuk-gubuk di sebelah barat Bioskop Nimala (eks Luxor). Sebanyak 540 gelandangan disisir untuk divaksinasi. Untuk itu Pemkot merogoh kocek sebesar Rp150 ribu dan beras untuk memberi makan gelandangan yang dirazia.

Meskipun demikian Kota Bandung tetap terjangkit awal Oktober 1962.   Gubernur Jawa Barat Mashudi mengumumkan bahwa wabah cacar  berkecamuk di seluruh wilayah Jawa Barat.  Operasi pencacaran kemudian ditangani oleh Kodam Siliwangi.  Pada 10 Oktober 1962 operasi cacar dan revaksinasi dilakukan si seluruh kota, namun hanya 80% warga kota yang bisa divaksinasi.  Guru dan mahasiswa diikutsertakan sebagai petugas pencacaran.  Di daerah lebih gawat lain, Komando Operasi Pencacaran  mengumumkan dalam bulan yang sama bahwa hanya 30 persen warga Garut Selatan baru dicacar.

Awal Oktober 1962 Dinas kesehatan kota Bandung mengaku kesulitan menampung jumlah penderita cacar.  Hingga 5 Oktober 1962 sekitar 300 warga Bandung diserang cacar.  Rumah Sakit Rancabadak hanya sanggup menampung 80 penderita.  Sebanyak 9 warga Bandung dilaporkan meninggal. Jumlah itu meningkat menjadi 30 orang pada pertengahan Oktober 1962. Hingga akhirnya seorang petinggi Kota Bandung Kartadikusumah mengusulkan kalau perlu gedung bioskop bisa dijadikan tempat perawatan penderita cacar.   Sejumlah tenaga medis, seperti dr Bachum melatih relawan pencararan setiap RT 7 orang. 

Gerakan pamungkas pencacaran di Kota Bandung dilakukan pada 8 hingga 10 November1962 sebanyak 50 orang dokter, 370 mahasiswa Fakultas Kedokteran Unpad , 200 siswa perawat dan 1200 relawan dari RK dan RT se Kotapraja Bandung diterjunkan secara besar-besaran.  Pada 8 November, angka korban diumumkan, 44 warga kota meninggal dan 473 warga terjangkit selama wabah itu berkecamuk pada 1962.

Jumlah penderita bertambah lagi menjadi 30 ditemukan di rumah-rumah, karena tidak mau dibawa ke barak.  Pada 10 November 1962 operasi cacar ditutup untuk Kota Bandung. Namun pihak Jawatan Kesehatan Kotapraja Bandung mengumumkan tetap waspada.   

Lain halnya di luar Kota Bandung. Rumah Sakit Banjar sampai dikosongkan dari pasien lain agar bisa menampung pasien cacar.  Hingga November 1962 Masih banyak keluarga yang enggan anak-anaknya divaksin hingga menyembunyikannya di dalam karung.  Di kawasan Cipanas, sebagian penduduk menolak untuk dicacar, bahkan mereka melakukan perlawanan.  

Dokter Samedi Adibrata, salah seorang tenaga medis mengumumkan masih diperlukan 250 ribu ampul vaksin cacar. Dokter ini sudah berpengalaman di rumah sakit darurat sewaktu perang kemerdekaan, merupakan salah satu tulang punggung operasi cacar dari kalangan medis.  Meskipun di seluruh Jawa Barat Bio Farma sudah mengeluarkan 6 juta dos vaksin, tampaknya masih kurang mencukupi untuk menuntaskan vaksinasi.  Pada pertengahan Desember 1962 wabah ini menyerang  Kabupaten Tasikmalaya menjangkiti 282 penderita dan 21 di antaranya meninggal.

Kondisi Infrastruktur Kesehatan 

Paniknya dan ketidaksiapan Pemerintah kota Bandung-apalagi sejumlah daerah lain di wilayah Jabar yang lebih terpencil- menghadapi wabah cacar terletak pada minimnya infrastruktur dan SDM Tenaga Kesehatan. 

Hal ini  diungkapkan Pikiran Rakjat edisi 2 Agustus 1962  bahwa di kota dengan populasi sekitar satu juta penduduk ini hanya punya 120 orang dokter dan 34 dokter gigi.  Itu artinya  sejak 1955 hanya ada tambahan 20 orang dokter.  Hingga September 1962 jumlah dokter gigi saja di seluruh Jawa barat 57 orang ditambah 16 perawat gigi,  berarti lebih dari 60 persen berada di Kota Bandung.

Begitu juga dengan jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit 1: 432.  Kalau kesehatan masyarakat  tidak ada gangguan, kekurangan ini belum mengkhawatirkan, tetapi menjadi masalah besar kalau sampai muncul wabah.      

Beberapa apotek baru bermunculan. Setelah Apotek Situ Aksan berdiri awal 1962, di Wastu Kencana muncul Apotek Maya pada pertengahan 1962.  Dengan demikan jumlah apotek di kota itu mencapai sekitar 30.   Jumlah apoteker di Kota Bandung  melesat menjadi 279 orang dan asisten apoteker menjadi 173 orang (melebihi jumlah dokter).  Bandung pada 1960-an sudah memiliki Sekolah Asisten Apoteker  di kawasan Pasteur dan Jurusan Farmasi yang tergabung dalam FMIPA ITB.

Menurut Trisno Juliantoro, mahasiswa sejarah FIB UI di blognya, erdasarkan sjeumlah sumber sejarah  seharusnya  re-vaksinasi cacar dilakukan 5 tahun sekali. Sistem pencacaran diatur menurut rencana, yaitu tiap juru cacar setiap tahunnya berputar empat kali dalam wilayahnya.  Di daerah yang mengalami gangguan keamanannya tinggi, program ini terganggu. 

Analisis ini pas menjelaskan  mengapa Jawa Barat terjangkit wabah ini dengan korban yang cukup tinggi. Jawa Barat pada pertengahan 1962 baru pulih setelah menyerahnya Kartosuwiryo.  Itu sebabnya  warga yang terjangkit kebanyakan berada di Tasikmala dan Garut yang merupakan basis pemberontakan kartosuwiryo.

Irvan Sjafari

 

Sumber Primer:

Pikiran Rakjat, 23 Januari 1962,  20 Maret 1962, 29 Maret 1962, 21 April 1962, 1 Agustus 1962,   24 Agustus 1962,  14 September 1962, 6 Oktober 1962, 11 Oktober 1962, 13 Oktober 1962, 8 November 1962, 10 November 1962

 https://www.bbc.com/news/uk-wales-18365385

https://blogtrisno.wordpress.com/2017/03/26/vaksinasi-cacar-dalam-sejarah-indonesia-1816-1965/

Madijah, Matia, Dokter Geriliya, Jakarta, Gramedia, 1997

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun