Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Geliat UKM di Kota "Dormitory" Depok

8 Desember 2018   10:41 Diperbarui: 8 Desember 2018   11:35 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maprihati di UKM Centre Depok-Foto: irvan sjafari

Ruang UKM Centre Depok yang terletak di lantai dasar ITC Depok boleh dibilang sepi, ketika saya tiba Kamis, 6 Desember 2018. Hanya ada satu staf bernama Hamim dan seorang ibu berhijab duduk di depan meja resepsionis UKM Centre Depok yang terletak di ITC Depok, Jalan Margonda. 

Ruangan seukuran dua ruko ini hanya dipenuhi aneka barang kerajinan dan kuliner produk UKM di kota yang sebetulnya merupakan kota dormitory alias sebagian penduduknya menjadikan untuk tidur, sementara aktivitas pekerjaan di Jakarta.

Maprihati, 46 tahun,  ibu berhijab itu kebetulan singgah menegok produk makanan ringan buatannya dengan brand Dapur B Joko (Dapur B Joko) yang ternyata tinggal satu.  Sejak lima tahun yang lalu warga Depok Timur ini membuat kue kering dalam toples dan kue basah seperti somay untuk usaha sambilan membantu suaminya dengan modal awal Rp5 juta. 

"Ternyata suami ikut terjun membantu usaha yang kemudian berkembang.  Kami kemudian ikut pembinaan yang dilakukan Pemerintah Kota Depok lewat UKM Centre sejak 2017.  Mereka membantu melakukan pelatihan cara mengemas produk supaya menarik, standar kesehatan hingga pemasaran. Hasilnya omzet meningkat menjadi rata-rata Rp8 hingga 10 juta per bulan," ujar dia.

Berkat kinerjanya, Maprihati kemudian didualat menjadi Penanggungjawab UKM di Kelurahan Bakti Jaya, Depok Timur. Sayangnya menurut dia hanya 12 pengusaha di wilayahnya  yang bergabung dan semuanya kuliner. Meskipun begitu gairah berwirausaha meningkat di Depok, meskipun didominasi oleh suaha kuliner.  Ibu dari lima anak ini menyebut sepengetahuannya sekitar 1600-an UKM bergabung dengan Pemkot.

Angka yang diungkap Maprihati sebangun dengan apa yang pernah dituturkan Kepala Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro (PPUM) Diana Pupspitasari pada Mei 2018 lalu. Kata dia sejak awal 2017 hingga Mei pihaknya telah memberikan pelatihan kepada 545 pelaku UMKM. Untuk jumlah UMKM di Kota Depok ada 1.650 pelaku usaha.

"Pelatihan yang diberikan terdiri dari berbagai program. Mulai dari Pelatihan Keamanan Pangan (PKP), pelatihan akses permodalan, pelatihan laik sehat, pelatihan teknoprener, hingga pelatihan manajemen pelayanan," kata dia (1).

Wali Kota Depok Mohammad Idris juga pernah mengakui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menyumbang 65 persen Produk Regional Bruto (PDRB) di kota yang memiliki tagline "Depok Friendly City" adalah UMKM.  Idris menyebut pelaku UKM didominasi kuliner dan fashion. Pemkot Depok juga membantu memberikan akses berjualan di berbagai mal di wilayahnya. Tidak tanggung-tanggung disediakan 200 kios dan tentunya melalui proses seleksi agar tidak serampangan (2).

Saya pernah meninjau berbagai mal termasuk di kawasan Cinere, Depok. Ternyata hal itu ditepati. Ada sejumlah sudut disediakan untuk pelaku UKM.

Kreativitas UKM

Produk yang ditawarkan para pelaku UKM di Kota Depok cukup kreatif. Mereka menunjukan inovasi  yang mengagumkan. Pada pertengahan 2018 lalu saya pernah singgah di rumah kediaman pasangan suami-isteri Ruli Anwari-Fitri Supriati. Mereka menadikan   rumah  bersahaja berukuran 36  meter ini menjadi tempat tinggal sekaligus tempat produksi usaha minuman jus homemade yang mereka beri tajuk Papis Juice.

Tim Papis Juice-Foto: Dokumentasi Pribadi Papis Juice.
Tim Papis Juice-Foto: Dokumentasi Pribadi Papis Juice.
Di antara produknya adalah jus detoks yang bewarna oranye kental, campuran apelnya dan  jeruk  sunkist yang dipercaya mampu mengusir racun dari tubuh. Ada varian lain, yaitu  kiwi, brokoli dan mint,  varian ketiga campuran  wortel dengan lemon, dan varian keempat buah naga, tomat dan stroberi.

"Kami mencoba menjual jus buah lokal, seperti jus kendondong, lemon jahe, selain rasa buah pala yang jarang ada di produk sejenis," ujar Ruli (3)

Mereka memulai usahanya sejak Juni 2015 kemudian berkembang pesat.  Sang Istri bertugas sebagai marketing menggunakan cara daring (online) memanfaatkan media sosial. Sementara Sang Suami di bagian produksi, membuat ramuan minuman dengan racikan dengan ketat dan dicoba lebih dahulu sebelum dilepas ke pasar. Papis Juice dijual dengan cara reseller dan keagenan.

Kreativitas bukan hanya di kuliner. Enam tahun lalu, seorang ibu rumah tangga di Kota Depok  bernama Ambar Lulis memutuskan belajar membatik,  karena yakin bahwa Depok sebetulnya punya motif yang khas, seperti golok, topeng, gong dan belimbing, dengan pewarnaan alam tersendiri. Dengan modal Rp30 juta,  dengan brand Puri Ambary dia terjun ke dunia usaha.

Ketua Komunitas Batik Depok ini mengaku produksi awalnya  hanya beberapa lembar. Dia belajar membatik dari pewarnaan alam, yang sudah sesuai dengan kaidah WHO. "Berbeda dengan warna kimia, pewarnaan alam tidak menyebabkan alergi pada kulit," kata dia.

Ambar rajin berkampanye dan ikut fashion show.  Baginya  Puri Ambary bukan hanya bisnis, tetapi juga menawarkan visi melestarikan budaya.  Upayanya menarik perhatian Pemerintah Kota Depok, terutama Dekranasda.

"Produksi bergantung permintaan. Kendala yang saya hadapi masih menganggap batik dengan pewarnaan alam sebagai hal yang mewah, karena berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah per lembar.  Padahal membuatnya memang sulit. Meskipun begitu sambutan pasar bagus. Saya pernah mengalami omzet tertinggi ketika Dekranasda meminta pengadaan kain motif saya untuk acara MTQ se-Jawa Barat di Depok," papar dia (4).

Pemkot Depok tidak sendirian membantu pembinaan UKM.  UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI  yang berdiri sejak 2005  juga memberdayakan para wirausaha kecil di lingkungan Jabodetabek, termasuk Kota Depok.  Paling tidak menurut  Juru Bicaranya Dewi Sukma Anggriyani, yang pernah saya wawancarai setidaknya hingga Agustus 2018 terdapat 234 mitra binaan dan 544 peserta binaan UKM  di kawasan Jabodetabek. 

"Fokus sasaran pemberdayaan adalah usaha mikro dan kecil, yang terbagi menjadi usaha mikro dan kecil yang sudah berjalan dan usaha mikro dan kecil pemula. Di antaranya membantu menyalurkan dana CSR BUMN, berupa pinjaman sebesar Rp2 hingga Rp200 juta untuk permodalan, dengan rata-rata pinjaman Rp10 juta per bulan,"  kata dia (5).

Selain itu lembaga ini membantu pelatihan untuk UKM yang menjadi Mitra Binaan, misalnya yang pernah dilakukan dengan menggandeng perusahan belanja online Sophee dengan sasaran, produk UKM Mitra Binaan bisa masu katalog Sophee, tentunya melibatkan staf pengajar di FEB UI.

Keterlibatan Berbagai Pihak

Memang perlu keterlibatan Pemerintah Kota Depok dan lembaga seperti UKM Centre di kampus untuk memberdayakan para pelaku UKM di wilayah ini agar bisa naik kelas.  Selain itu juga  perusahaan layanan ekspedisi mempermudah pelaku UKM untuk pengiriman produknya ke pelanggannya.  

Sejumlah para pelaku UKM yang pernah saya  wawancarai, terutama yang melakukan pemasaran secara daring memang menggunakan jasa perusahaan ekspedisi untuk mengantarkan produknya ke pemesannya, terutama untuk luar kota.  Untuk itu perusahaan ekspedisi harus melakukan terobosan dan inovasi agar mampu melayani pelaku UKM yang jumlahnya saat ini begitu besar. 

Terobosan yang paling anyar dilakukan perusahaan ekpedisi JNE.  Pada Februari 2018 lalu JNE menggandeng  PT. Prakasa Trada Solusi (PTS). Tujuannya menciptakan peluang dan memberikan kemudahan kepada para UMKM dalam melakukan proses jual--beli secara daring.  Inovasi koloborasi ini ialah layanan Friendly Logistics. Ini merupakan solusi atau end to end solutions untuk para UMKM lokal seperti digital marketing, warehousing, order fulfilment, technology development, shipping management dan delivery.

Menurut VP of Marketing JNE Eri Palgunadi berdasarkan data dari Kemenkop hanya sekitar 8% para UMKM dapat memanfaatkan platform online dari jumlah keseluruhan yang mencapai 59,2 Juta UKM di Indonesia. "Sehingga salah satu fokus startegis perusahaan di tahun ini untuk dapat menciptakan layanan fulfillment center bagi UMKM,"  kata dia pada waktu itu (6).

Keterlibatan lembaga pemerintah, kampus, hingga industri jasa diperlukan karena bagaimanapun juga keberadaan UKM adalah solusi yang paling tepat bagi perekonomian masyarakat bawah.

Irvan Sjafari           

             

Catatan Kaki:

  1. https://www.depok.go.id/21/05/2018/01-berita-depok/hingga-2018-dkum-sudah-berikan-pelatihan-bagi-545-pelaku-umkm-di-depok
  2. http://jabarnews.com/2018/04/wow-umkm-sumbang-65-ekonomi-depok.html  dan https://metro.sindonews.com/read/1293838/171/pemkot-depok-sediakan-200-kios-di-mal-untuk-pelaku-umkm-1522347498
  3. http://majalahpeluang.com/papis-jus-detoks-segar-dan-payuh-pisan/
  4. http://majalahpeluang.com/ambar-angkat-batik-tulis-depok-naik-kelas/
  5. http://majalahpeluang.com/ukm-center-feb-ui-peduli-grass-root/
  6. https://www.jne.co.id/id/berita/berita-detail/terus-dukung-umkm-lokal-jne-bersama-pts-luncurkan-friendly-logistics

                          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun