"Kami mencoba menjual jus buah lokal, seperti jus kendondong, lemon jahe, selain rasa buah pala yang jarang ada di produk sejenis," ujar Ruli (3)
Mereka memulai usahanya sejak Juni 2015 kemudian berkembang pesat. Â Sang Istri bertugas sebagai marketing menggunakan cara daring (online) memanfaatkan media sosial. Sementara Sang Suami di bagian produksi, membuat ramuan minuman dengan racikan dengan ketat dan dicoba lebih dahulu sebelum dilepas ke pasar. Papis Juice dijual dengan cara reseller dan keagenan.
Kreativitas bukan hanya di kuliner. Enam tahun lalu, seorang ibu rumah tangga di Kota Depok  bernama Ambar Lulis memutuskan belajar membatik,  karena yakin bahwa Depok sebetulnya punya motif yang khas, seperti golok, topeng, gong dan belimbing, dengan pewarnaan alam tersendiri. Dengan modal Rp30 juta,  dengan brand Puri Ambary dia terjun ke dunia usaha.
Ketua Komunitas Batik Depok ini mengaku produksi awalnya  hanya beberapa lembar. Dia belajar membatik dari pewarnaan alam, yang sudah sesuai dengan kaidah WHO. "Berbeda dengan warna kimia, pewarnaan alam tidak menyebabkan alergi pada kulit," kata dia.
Ambar rajin berkampanye dan ikut fashion show.  Baginya  Puri Ambary bukan hanya bisnis, tetapi juga menawarkan visi melestarikan budaya.  Upayanya menarik perhatian Pemerintah Kota Depok, terutama Dekranasda.
"Produksi bergantung permintaan. Kendala yang saya hadapi masih menganggap batik dengan pewarnaan alam sebagai hal yang mewah, karena berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah per lembar. Â Padahal membuatnya memang sulit. Meskipun begitu sambutan pasar bagus. Saya pernah mengalami omzet tertinggi ketika Dekranasda meminta pengadaan kain motif saya untuk acara MTQ se-Jawa Barat di Depok," papar dia (4).
Pemkot Depok tidak sendirian membantu pembinaan UKM.  UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI  yang berdiri sejak 2005  juga memberdayakan para wirausaha kecil di lingkungan Jabodetabek, termasuk Kota Depok.  Paling tidak menurut  Juru Bicaranya Dewi Sukma Anggriyani, yang pernah saya wawancarai setidaknya hingga Agustus 2018 terdapat 234 mitra binaan dan 544 peserta binaan UKM  di kawasan Jabodetabek.Â
"Fokus sasaran pemberdayaan adalah usaha mikro dan kecil, yang terbagi menjadi usaha mikro dan kecil yang sudah berjalan dan usaha mikro dan kecil pemula. Di antaranya membantu menyalurkan dana CSR BUMN, berupa pinjaman sebesar Rp2 hingga Rp200 juta untuk permodalan, dengan rata-rata pinjaman Rp10 juta per bulan," Â kata dia (5).
Selain itu lembaga ini membantu pelatihan untuk UKM yang menjadi Mitra Binaan, misalnya yang pernah dilakukan dengan menggandeng perusahan belanja online Sophee dengan sasaran, produk UKM Mitra Binaan bisa masu katalog Sophee, tentunya melibatkan staf pengajar di FEB UI.
Keterlibatan Berbagai Pihak