Gemerlap akhir pekan terus berlangsung hingga menjelang hari raya. Â Band Bineka Ria tampil di Grand Hotel Lembang pada 10 Februari 1962 dan keeesokan harinya Band Nada Musica.
Pertunjukan bioskop di kota Bandung masih ramai. Sebuah film yang dibintangi idola anak muda masa itu Elvis Presley berjudul "G.I Blues" dipertunjukkan di Nusantara, Parahjangan, Fajar dan Nirmala akhir Januari dan awal Februari 1962.
Di luar Bandung, keadaannya lain lagi.  Awal Maret 1962, Ketua GPS Bioskop Jabar R Gunawan  mengeluhkan, terus naiknya biaya operasional dihadapi pengusaha bioskop Merdeka, Santosa, Garuda, Kujang, Santosa di Tasikmalaya dan kota lain seperti Cirebon, Purwakarta, Cianjur, serta Garut. Â
Hiburan lain yang berlangsung ialah pertunjukan wayang golek yang digelar di Taman Lalu Lintas Kota Bandung sepanjang Januari hingga Februari 1962 dengan dalang dan sinden berganti. Pada Januari misalnya tampil dalang Usep Kurnia Adi dan sinsen Omah Karnasih, serta Februari 1962 tampil dalang Ipik Saradi dan sinden Taty Setyawati.
Hiburan lain yang datang ke Bandung ialah kunjungan tamu negara dari jepang Pangeran Akihito dan permaisurinya Michiko awal februari 1962 didampingi Bung Karno. Seperti halnya tamu negara lain warga Bandung berjejer di jalan-jalan utama yang dilalui, seperti Jalan Asia Afrika, Oto Iskandar Di Nata, Cicendo, Padjadjaran.
Nyanyian koor yang disebut surat kabar sebagai "Melati dan Sakura" serta tarian Serampang 12 digambarkan meriah di Bandung walau tamu negara hanya beberapa jam sebelum bertolak ke Bali. Â
Idul Fitri 1381 H jatuh pada 8 Maret 1962 Â memberikan masalah soal ekonomi lainnya. Harga Pangan melambung tinggi dan itu pun dalam berapa komoditas kerap langka didapat. Â
Pemerintah Kota Bandung memberikan persekot kepada pegawainnya dengan besaran berbeda. Pegawai Golongan  mendapat Rp300, Golongan B Rp400, Golongan C Rp500, Golongan D Rp600, Golongan E Rp750 dan Golongan F Rp1000.Â
Hanya saja untuk pekerja harian hanya bisa diberikan persekot  sebesar 10 x upah harian termasuk tunjangan sosial dengan minimum Rp200.Â
Tekanan luar biasa terjadi menjelang hari raya, ketika warga Bandung yang ingin mudik dihadapi masalah tidak adanya tambahan kereta ekstra, tingginya tariff angkutan oplet berkisar Rp150 hingga Rp200. Â Jelas tidak terjangkau bagi sebagian besar warga yang ingin mudik ke Cirebon, Semarang, Cianjur, Sukabumi.Â
Bahkan tidak ada tambahan angkutan kereta api karena mahalnya bahan bakar. Mau tidak mau para penumpang yang uangnya pas-pasan yang terkuras uangnya karena harga kebutuhan yang melambung tinggi, lebih memilih naik bus.  Masalah pemberangkatan di terminal bus dekat Stasiun Bandung  penuh sesak manusia yang harus antri sejak pukul 5.30.  Hingga ada yang antri hinggalima jam. Asal terangkut saja.  Â