Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PON V 1961: Jabar Juara, Sepak Bola Gagal

11 Juli 2018   19:36 Diperbarui: 11 September 2018   13:27 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberitaan Eni Nuraeni di pikiran Rakjat-Foto: Repro Perpustakaan Nasional.

Sekalipun Jawa Barat menghadapi kesulitan ekonomi yang cukup berat, namun secara politik lokal relatif stabil. Hajatan besar, Pekan Olahraga Nasional ke V yang berlangsung sejak 30 September hingga 8 Oktober 1961  dapat dilangsungkan dengan mulus. 

Dukungan warga Kota Bandung terhadap perhelatan akbar ini cukup besar. Penyelenggaraan Braga Festival sejak 30 Agustus hingga 3 September 1961 menghimpun ratusan ribu rupiah. Sekalipun jumlah peserta melebihi prediksi yaitu sekitar 5500 orang dari 23 daerah, termasuk daerah baru, yaitu Sulawesi Tengah dan Irian Barat, yang waktu itu sedang diperjuangkan. Tercatat 20 cabang olahraga dipertandingkan.

Pemerintah Jawa barat  mengeluarkan berbagai kebijakan untuk melibatkan masyarakat secara lebih luas, misalnya saja  memajukan liburan sekolah di Jawa Barat untuk memberikan kesempatan anak sekolah menonton PON.

Gubernur Jawa Barat Kolonel Mashudi mengatakan, bahwa peserta PON boleh menaiki bus kota di kota Bandung dengan gratis. Jalan-jalan tertentu ditutup, seperti sekitar Stadion Siliwangi, Sidolog, UNI, Lapangan Basket Kebondjati, Gardudjati, Lapangan Tenis Pasir Kaliki dan Taman Maluku, kolam renang Cihampelas, Gedung Yayasan Pusat kebudayaan di Jalan Naripan, Gedung lyceum di Jalan Dago, Panti Budaya, hingga Gedung Balai Kota. Begitu juga dengan yang digunakan untuk balas sepeda, seperti Taman Sari, Sawunggaling, Wastu Kencana, Dr Otten, Pasteur, Ciuembeleut.

Tuan rumah Jawa Barat menyertakan 235 atlet putra dan 65 atlet putri, 70 official, serta 33 panitya lainnya. Bendera PON oleh Wagub Jateng Sujono Atno ke Gubernur Jawa Barat Mashudi di perbatasan Jateng dan jabar, kawasan Priangan Timur pukul 10 pagi, pada  24 September 1961. Ketua Panitya PON V dijabat oleh Ibrahim Adjie.  

PON ke V dibuka oleh Sukarno pada Sabtu, 30 September 1961  pukul 10.05 di Stadion Siliwangi. Diiring tembakan meriam 17 kali, pengibaran bendera pusaka, serta defile bendera daerah masing-masing peserta.

Yang mengharukan dan mula-mula masuk  adalah kontingen Irian Barat, yang waktu itu masih diduduki Belanda.   Irian Barat mengikuti PON dengan kekuatan 50 peserta (Berita Antara, 1 Oktober 2018). Kontingen ini mendapatkan sambutan meriah dan tepuk tangan. Bung Karno menyebut, PON ke V penting untuk membangun Nation Building.

Meskipun tidak meraih satu pun medali, atlet-atlet  irian Barat menunjukkan penampilan yang mengharukan . Pada cabang olahraga bulu tangkis single putera, atlet Irian Barat DB Urban menunjukkan sportivitas, keramahannya sekaligus keluguannya. 

Bila umumnya pebulutangkis mengembalikan kock dengan memukul raket, apabila pindah serve, maka Urban mengembalikannya dengan tangan kepada lawannya, sepertinya yang diungkapkan Berita Antara 4 Oktober 1961.

Pada cabang olahraga sepak bola, kesebelasan Irian Barat dicukur 17-0 oleh Tim Jabar yang diperkuat oleh pemain-pemain Persib.  Pada babak pertama Jabar unggul hanya 3-0, itu artinya sebagian besra gol pada babak kedua, di mana Irian Barat kalah teknik dan stamina.

Balap Sepeda

PON ke V  praktis menjadi salah satu  ajang seleksi bagi atlet Indonesia untuk mengikuti hajatan lebih besar, yaitu Asian Games ke IV pada 24 Agustus hingga 4 September 1962, di mana Indonesia menjadi tuan rumah. Pada PON ke V I ni Tuan Rumah Jawa Barat menunjukkan  keunggulannya pada beberapa cabang olahraga.

Cabang olahraga Balap Sepeda di mana atlet-atlet yang sudah ditempa oleh Tour de Java beberapa tahun sebelumnya, dimana Jawa Barat jadi inisiatornya menunjukkan keunggulannya. Pada 3 Oktober 1961 Tim Balap Sepeda Jawa Barat diperkuat oleh Munaip Saleh, Hendrick Brocks merajai road race sejauh 112,5 kilometer,  Catatan waktu Munaip Saleh dan Hendrick Brocks bahkan hanya terpaut setengah detik, Munaip mencatat waktu 3 jam, 47 menit, serta 22,5 detik.

Jabar juga merebut  medali emas untuk Road Race jarak 401 kilometer dengan tiga etape Bogor-Puncak, Bogor-Pelabuhan Ratu dan Pelabuhan Ratu-Bandung dengan pemain yang sama. Munaip Saleh menjadi pembalap yang berada pada peirngat atas dalam pertandingan 4 Oktober 1961 dengan catatan waktu toal 6 jam, 27 menit dan 55,6 detik/ Begitu juga dengan nomor Time Trial beregu, Jawa Barat mengalahkan Jakarta Raya.  

Pertarungan Sengit  Bandung-Jakarta di Cabang Renang  

PON ke V juga melahirkan wajah baru bagi Jawa Barat pada cabang olahraga renang. Seorang pelajar SMP kelas di Bandung menyabet dua emas dalam pertandngan di kolam renang Cihampelas, yaitu 100 meter dan  200 meter gaya bebas.   

Pada nomor 100 meter Gaya Bebas Putri, Eni memecahkan rekor nasional (waktu itu) dengan catatan waktu 1 menit 13,4 detik. Rekor lama dipegang oleh Lie Jong Hoa dari Jakarta. Medali perak direbut oleh Lie Mu Lan (Jakarta) catatan waktu 1 menit 14,7 detik dan perunggu oleh Lie Lan Hoa juga dari Jakarta dengan waktu 1 Menit 16,1 detik. Pertandingan berlangsung sore hari, 6 Oktober 1961.

Remaja ini juga memecahkan rekor Indonesia  200 meter gaya bebas puteri pada pertandingan 4 Oktober 1961 dengan catatan waktu 2 menit 37, 9 detik. Eni berhasil mengalahkan jago Jakarta Lie Lan Hoa, pemegang rekor sebelumnya.  

Prestasi Eni, hanya bisa ditandingi oleh atlet yang lebih senior,  Irish Tobing, pada  nomor 100 meter gaya dada dengan catatan waktu 1 menit 25,5 detik, sekaligus memecahkan rekor nasional.  Irish juga sudah pernah ikut perlombaan di Karang Setra pada Mei 1958.

Eni Nuraeni, Lie Lan Hoa dan Irish Tobing kemudian tercatat menjadi atlet renang  Indonesia pada Asian Games ke IV pada 1962.  Pada ajang itu  untuk nomor estafet  4 x 100 meter Gaya Berganti Putri, Irish Tobing, Lie lan Hoa, Eni Nuraeni dan Oey Lian Nio meraih medali perak.   Dalam ajang Asian Games itu Eni Nuraeni juga merebut medali perunggu pada nomor  estafet 4 x 100 meter gaya bebas putrid, bersama  Lie Lan Hoa, Lie Mu Lhan, dan lie Ying Hoa.  Sementara Irish Tobing merebut medali perak dalam 100 meter Gaya Dada Puteri dan perunggu pada 200 meter Gaya Dada Puteri.

Selain Eni, Jawa Barat juga mendulang emas dari nomor 100 meter Gaya Kupu-kupu Putera atas nama Au Tjian Bie dengan catatan waktu 1 menit, 6,1 detik.  Bie mengalahkan Sudarman dari  Jakarta dengan catatan waktu 1 menit, 7,8 detik.  

Pemberitaan Eni Nuraeni di pikiran Rakjat-Foto: Repro Perpustakaan Nasional.
Pemberitaan Eni Nuraeni di pikiran Rakjat-Foto: Repro Perpustakaan Nasional.
Jawa Barat juga meraih emas dari Sri Djamijati di nomor 100 meter gaya kupu-kupu puteri dengan catatan wkatu 1 menit 21 detik. Sri menundukkan rivalnya Oei Lian Nio dari Jawa Tengah dengan catatan wkatu 1 menit, 21,1 detik dan Lie Lan Hoa, 1 menit,22 ,4 detik.  

Jawa Barat juga merebut medali emas pada cabang olahraga polo air. Pada partai final Jabar megalahkan Jakarta Raya dengan skor 6-3.  Sejak pertandingan babak pertama Jabar unggul dengan skor menakjubkan di antaranya membantai  Sumatera barat 25-1, Yogyakarta 13-1.

Cabang Olahraga benar-benar mempertunjukkan dominasi perenang Kota Bandung dengan klub-klub dari Kolam Renang Cihampelas dan  Jakarta.  Hanya di Putera beberapa perenang dari Sumatera Utara menembus dominasi kedua kota ini.  

Munculnya Mien Suhadi

Prestasi lain yang patut dicatat ialah pada cabang olahraga tenis. Regu Jawa Barat meraih medali emas setelah mengalahkan Jawa Timur 4-3 pada final.  Pada waktu itu pertandingan beregu adalah campuran putera dan puteri. Pada single puteri jago Jabar Mien Suhadi dikalahkan  Kwee Tjoen In 6-2, 1-6, 4-6. Namun Mien Suhadi menjadi atlet Indonesia untuk Asian Games ke IV.

Dalam nomor Ganda Puteri, Asian Games 1962 Mien Suhadi berpasangan dengan Jooce Suwarimbo meraih medali perunggu.  Mien Suhadi bersama Vonny Tjoa, serta Jooce Suwarimbo pada nomor beregu puteri meraih perak, hanya kalah dari Jepang.

Mien Suhadi dianggap sebagai salah satu pelopor tenis puteri. Soemarno Soedarsono dalam bukunya Yolanda Soemarno: Leif Klien Meisje van Kawangkoan menyebut, Yolanda petenis puteri terbaik Indonesia pada tahun 1970-an dan 1980-an. Namun sebelum itu Mien Suhadi, Vonny  Tjoa dan Bea Umiarti adalah petenis terbaik.

Jawa Barat Juara Umum

Cabang olahraga Gulat  yang dipertandingkan di Bioskop Nusantara, Jabar juga meraih medali terbanyak.  Hal ini disebabkan karena Bandung menjadi pionir dari olahraga ini.  Sekalipun popularitas gulat lebih karena pertandingan gulat bayaran antara lain membawa nama Batling Ong sebagai ikon.

Kontingen Jawa Barat keluar sebagai juara umum meraih 40 medali emas, 27 perak dan 22 perunggu, nyaris dua kali lipat dengan Jakarta Raya pada peringkat kedua 27 emas, 29 perak dn 19 perunggu, serta Jawa Timur dengan 21 emas, 14 perak, 13 perunggu. 

Sekalipun Jawa Barat mendapatkan juara umum, tetapi tim sepak bola gagal mempersembahkan medali emas.  Meraih hasil meyakinkan di penyisihan pool VI yang di Subang, Jabar mengalahkan Bali 3-2 (2-2) dan menghancurkan Irian Barat 17-0 (3-0), sekaligus keluar menjadi juara pool hingga berhak ke perempatan final.

Pada babak perempat final dengan sistem gugur, Kesebelasan Jawa Barat mampu mengalahkan Maluku dengan angka meyakinkan 3-0 (2-0). Sayangnya, pada pertandingan semi final terjadi insiden yang disebut insiden "Toss" alias undian. Pada babak itu Jabar berhadapan dengan Jateng.  Pada 2 x 45 menit skor sama kuat 1-1. 

Setelah perpanjangan waktu skor masih sama. Kemudian diadakan adu penalty, kedua tim sama-sama memasukan dua gol.  Kemudian panitya memutuskan pemenang dilakukan dengan undian.  Jawa Barat menolak, karena belum pernah ada aturannya.  Akhirnya jawa Barat mengundurkan diri dari pertandingan.

Penutupan dilakukan pada 8 Oktober 1961 oleh Menteri Olahraga Maladi.

 Irvan Sjafari

Sumber:

Berita Antara, 1 Oktober 1961, 3 Oktober 1961,4 Oktober 1961, 5 Oktober 1961, 6 Oktober 1961,   7 Oktober 1961,

Pikiran Rakjat, 1 September 1961, 30 September 1961, 5 Oktober 1961, 9 Oktober 1961, 10 Oktober 1961

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun