"Aku Nyaman berada di dalam kegelapan, karena di sana aku menciptakan keindahan sendiri," demikian salah satu curahan hati Tiana (Ayushita Nugraha), tokoh utama dalam film The Gift. Â Pernyataan putis yang menarik, yang saya sama simak dan kunci saya memahami kondisi kejiawaan para tokoh-tokohnya.
Sejak prolog film seorang perempuan terbaring di pantai diterpa ombak, kemudian beralih ke Dita Tiana, seorang novelis pulang ke Yogyakarta, kota yang disebutnya sebagai berbau kayu yang dipernis, kota tua yang tidak pernah kehabisan energi. Â Kota yang mempunyai sejarah bagi hidupnya.
Tiana ingin mengerjakan novel teranyarnya. Dia memilih tinggal di sebuah paviliun,sebuah rumah milik seorang priyayi dan juga  jenderal purnawirawan yang  bertugaske luar negeri.  Suatu ketikaia mendengar suara musik yang menggelegar dan mengantarkannya berkenalan dengan Harun Sutrisno (Reza Rahadian) , anak pemilik rumah.
Tiana kemudian mengetahui Harun seorang tunatera, lewat asbak yang diambilnya tetapi Harun tetap menumpahkan abu rokok di meja itu.  Lalu mereka saling menceritakan tentang diri mereka. Tiana mengalami masa kecil yang  suram, ayahnya melakukan kekerasan pada ibunya dan dia lebih suka menyembunyikan diri di dalam lemari ketika suasana keluarganya tidak nyaman.  Hingga suatu ketika ibunya meninggal bunuh diri.  Tiana dipelihara  oleh Ibu Su'ud (Christine Hakim) di sebuah panti, mempertemukan dia dengan teman-temannya seperti Bona, tempat curahan hatinya.
Harun sebaiknya memberontak dari sikap otoriter ayahnya. Â Sang ayah militer melakukan kekerasan pada ibunya. Â Pemberontakannya yang paling ekstrim bukan saja mabuk-mabukan, main perempuan, main judi, norma buruk dalam budaya Jawa, tetapi ngebut dengan mobil ayahnya yang paling bagus. Hingga suatu ketika dia mengalami kecelakaan di Kaliurang, bukan saja mobilnya yang hancur, tetapi juga kornea matanya.
Bisa ditebak mereka saling jatuh cinta. Lagu anyar dari penyanyi kesayangan saya Yura yunita, yang dinyanyikan bersama Reza Rahadian berjudul "Pekat" mengiringi adegan saling jatuh hati antara mereka berdua mampu  membuat saya menitikan air mata, lewat gambar puitis, membuat patung, dan menari begitu artistik.Â
Tersirat dalam angan/ Tuk tak pernah terjadi pertemuan manis itu/Kini rasaku pun berucap/Jelas aku aku tak ingin melihatmu/Kini semua terlalu pekat/untuk dikenang dalam angan/Lama coba berjalan/Nyata tak stau tujuan/Janji-janji bersama menghilang seketika.
Hubungan mereka buyar, ketika Arie (Dion Wiyoko), teman kecil Tiana yang sudah menjadi dokter mata datang ke Yogyakarta dari luar negeri. Â Dia kemudian melamar Tiana dan lamaran itu didengar oleh Harun yang punya indera pendengaran yang lebih pekaÂ
Tiana kini berada dalam kebimbangan. Â Bagaimana pun juga Arie pernah mengisi hidupnya, tetapi seperti yang dia ungkapkan dalam suatu dialog: Â "Hidup kamu terlalu berwarna Arie". Â Itu artinya kehidupan Tiana dan Harun sebetulnya berada dalam warna yang sama.
The Gift memberikan akhir  yang  tragis, pekat seperti lagu Yura Yunita namun sekaligus juga punya keindahan seperti ungkapan Tiana yang saya kutip di awal tulisan ini. Akhir yang tidak bisa saya tebak.  Film garapan Hanung Bramantyo ini pantas untuk festival dan agaknya tidak terlalu cocok bagi penonton yang butuh hiburan, namun yang ingin membawa nilai kehidupan, film ini tepat.
Dari segi kasting, Reza Rahadian tidak bisa diragukan lagi membawakan karakter orang tunanetra yang hidupnya nyaris hancur, tetapi tepuk tangan saya berikan pada pemeran Tiana kecil, Romaria Simbolon, mampu memperlihatkan anak yang menjadi korban broken home. Â Ayushita Nugraha cukup baik menghidupkan Tiana, juga Christine Hakim.