Mereka gagal melakukan penggarongan karena dihalau pasukan TNI. Mereka meninggalan seorang perempuan dan 4 orang anak.  Pada esoknya seorang anak laki-laki lain  ditemukan di Kampung Pasajen, di Kemacatan yang sama. Pada leher anak-anak itu dikalungan sebuah surat yang meminta agar anak-anak diserahkan kepada kerabat. Surat ini berisi nama ayah dan ibu mereka.
Selama kuartal 1961 pasukan TNI di sini telah menemukan 14 anak anggota gerombolan. Penyerahan anak-anak menandakan , anggota gerombolan sudah tidak terlalu yakin akan mampu bertahan. Â
Menyurutnya kekuatan gerombolan tampaknya, menyakinkan pihak Siliwangi. Awal April 1961 Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie  mengumumkan bahwa Jawa Barat akan menjadi Darurat Sipil paling lambat  pada akhir 1962.
 Pada 20 Mei 1961 Kodam Siliwangi merayakan ulang tahunnya yang ke 15. Ibrahim Adjie mengungkapkan, "Tujuan kita memerdekakan negara dari penjajahan bukan hendak merdeka, bukan sekadar menumpahkan darah dan menghabiskan penjajahan, yang penting melepaskan bangsa dari penindasan kemelaratan."
Nyaris bersamaan dengan itu Pasukan Batayon Garuda II kembali ke tanah air dari tugasnya di Kongo. Â Mereka tiba di Bandung dengan menumpang kereta api pada 24 Mei 1961. Â
Pasukan Kujang ini  mendapat sambutan meriah oleh penduduk Bandung. Mereka berkumpul di sepanjang jalan yang dilalui defile pasukan ini, seperti di Dayeuh Kolot, Braga, Jalan Asia Afrika. Lagu "Halo-halo Bandung" berkumandang dengan penuh semangat.
Irvan Sjafari
Sumber:
Pikiran Rakjat, 1 Februari 1961, 21 Februari 1961, 7 Maret 1961, Â 4 April 1961, 5 April 1961, Â 7 April 1961, 12 April 1961, Â 15 April 1961, 18 April 1961, 8 Mei 1961, 20 Mei 1961, 23 Mei 1961, Â 24 Mei 1961,
Anwar, Rosihan, Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965, Jakarta: Sinar Harapan, 1980.
Purwasatria, Mohammad Ully, Peranan Sukanda Bratamanggala dan Sewaka di Bandung Utara dalam Mempertahankan Kemerdekaan 1945-1948 Skripsi Sarjana, Departemen Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial . Universitas Pendidikan Indonesia, 2015