Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] Reza Rahadian (Memang) Biang Kerok

7 Maret 2018   10:58 Diperbarui: 7 Maret 2018   11:04 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengki dan kawan-kawannya pelan-pelan berhadapan dengan Mafia itu. Hengki diam-diam menaruh dendam pada Said mengajaknya bekerja sama. Oengki diminta menyusup ke rumah Said mengambil sejumlah berkaitan dengan Aida, serta arloji kesayangannya yang disandera karena kalah judi. Said digambarkan punya pasukan perempuan ahli bela diri, termasuk seorang kanibal.  Selain itu terdapat robot cantik bernama Bella bergaya Korea (Billa Barbie) yang mampu mendeteksi wajah dan suara majikannya.

Di sisi lain Juleha menyadari anak tunggalnya dalam bahaya hingga dia meminta bantuan Sabeni. 

Plot ceritanya Benyamin Biang Kerok mengingatkan saya pada Comic 8  besutan Anggy Umbara, adegan perkelahian hingga penggunaan alat canggih. Berapa karakter tukang pukulnya mirip.  Perpaduan ini menjadikan menonton  film ini ibarat minum cocktail dengan berbagai bahan.  Komplit dengan lanjutannya yang dijanjikan rilis Desember mendatang.

Dari segi cerita tidak terlalu istimewa.  Sekalipun film ini tetap berisi, misalnya sindiran legislator dan pejabat Pemprov DKI yang begitu manut pada Juleha karena waktu kampanye dibiayai.  Begitu juga Said diceritakan membeli pejabat termasuk aparat kepolisian.

Pemakaian teknologi lumayan, adegan telepon cerdas dengan tiga dimensi mirip film Star Wars dalam adegan dukun Juleha memanggil jin hingga Juleha menghubungi Pengki hal yang menarik.

Yang istimewa ialah unsur musikal dengan koreografi apik diambil dari lagu yang dipopulerkan Benyamin dengan tempat, seperti" Ondel-ondel", "Hujan Gerimis Aje", "Nonton Bioskop," hingga lagu Koes Plus "Manis Sayang" oleh Delia dan Reza.

Dari segi kasting Reza Rahadian memang "biang kerok" menghidupkan film ini.  Keberhasilan dia menghidupkan Pengki bergaya Benyamin, mengingatkan saya keberhasilannya menghidupkan Habibie. Bukan saja cara bertutur guyonan dialek Betawi tetapi juga gestur gerakannya. Saya menduga Reza sudah menonton sejumlah film Benyamin tahun 1970-an untuk referensinya.

Adegan Pengki ketika dibangunkan tidur oleh ibunya nyaris serupa dengan gaya Benyamin. Begitu juga cara Pengki merayu Delia.  Upaya Reza membutuhkan kerja keras mengagumkan, tetapi sekaligus mengkhawatirkan. Pasalnya aktor Indonesia yang punya kemampuan seperti Reza saat ini bisa dihitung dengan jari.   

Yang mencuri perhatian saya adalah Billa Barbie yang dingin seperti robot sungguhan.  Adegan yang mengesankan ialah bagaimana ekspresi wajah "Robot Bella" ketika Pengki menyamar jadi Abah Said, tetapi suaranya tidak berubah, karena Somad terlambat mengirim perubah suara mirip Abah. Termasuk ketika Said yang asli muncul.  Bagaimana kalutnya Pengki, mengingatkan saya pada kocaknya Benyamin dan ketika Bella tetap dingin meurpakan adegan favorit saya.

Begitu juga penampilan Omas  sebagai orang Betawi memperkuat karakter kampung Jakarta. Kelebihan Hanung memang mampu mengarahkan pemainnya. Jangan lupa Hanung sendiri jadi cameo dengan sempurna.  Penampilan Hanung mengingatkan saya penampilannya yang sekilas dalam film Habibie.

Menurut saya yang melewatkan masa kecil tahun 1970-an dan kebetulan di kawasan yang didominasi etnik Betawi di Tebet, Jakarta Selatan menghidupkan Benyamin juga nostalgia.  Para tetangga saya yang guyub mirip dengan beberapa adegan film. Saya juga pernah merasakan bagaimana naik oplet waktu ke Pasarminggu bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun