Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

2018, Milik Genre Drama Remaja atau Horor?

19 Februari 2018   21:29 Diperbarui: 19 Februari 2018   21:39 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2017, praktis menjadi milik film horor Indonesia. Berdasarkan situs Filmindonesia, Pengabdi Setan menduduki puncak box office dengan 4,2 juta penonton, diikuti Warkop DKI: Reborn Jangkrik Boss Part 2 dengan 4 juta penoton, Danur: I Can See The Ghost dengan 2, 736 juta penonton, Ayat-ayat Cinta 2sebanyak 2,7 juta penoton dan Jailangkung2,5 juta penonton.  Tiga film bergenre horor di posisi lima besar. 

Sementara film bergenre drama remaja, yaitu Surat Cinta untuk Starla  ada di posisi ke sepuluh dengan 1,15 juta penonton.  Sementara dua film bergenre horor lainnya ada di posisi 6-9, yang dua lagi genre religi dan drama komedi.

2018, Dilan 1990 tampaknya tak terkejar lagi untuk posisi puncak Box Office.  Angka 5,8 juta penonton hingga Senin, 19 Februari 2018 cukup meyakinkan. Karena  film besutan Fajar Bustomi ini masih diputar di banyak layar. Kalau Angka 6 juta bisa ditembus, maka sulit dikejar lagi. 

Bagaimana film dengan segmen  remaja lainnya? London Love Story 3 tidak terlalu sukes di bawah angka 500 ribu.  Sementara produser Ram Soraya  ketika meluncurkan Eiffel, I'm in Love 2 tepat pada Hari Valentine, sepertinya berharap  mengikuti sukses sekuel pertama pada 2003 sebanyak 3,8 juta penonton kalau bisa lebih.  Tampaknya kesuksesan Ada Apa dengan Cinta 2 diharapkan bisa menular pada film ini. Tetapi hingga Senin, 19 Februari angkanya hanya 495.717 penonton.  

Ketika saya mengunjungi sebuah bioskop di kawasan Depok, akhir pekan lalu, film yang dibintangi Samuel Rizal dan Shandy Aulia hanya diputar satu layar, tidak seperti ketika Dilan 1990 diputar mengambil tiga layar. 

Prediksi saya Eiffel I'm in Love 2tidak mengulangi jumlah penonton pendahulunya. Pada waktu itu belum ada saingan film remaja lainnya dan penonton Indonesia masih menanti film remaja sejenis Ada Apa dengan Cinta?

Ketika sekuel kedua diluncurkan demam Dilan menjangkiti segmen generasi milenia.  Waktu di bioskop saya ngobrol dengan dua penonton remaja putri mengaku membeli tiket Eiffel I'm in love 2, tetapi karena dia telat membeli tiket Dilan 1990.

"Saya penasaran dengan Dilan, kalau Eiffel kan generasi dulu?" katanya. "Tadinya mau Bayi Gaib, tapi kesan seram benar."  

Saya kira film ini juga meraup  mantan penonton sekuel pertamanya dan sebagian penonton generasi milenia. Hanya saja tidak sesukses Dilan 1990.  Kalau angka dua juta  saya prediksi masih bisa ditembus film besutan Rizal Mantovani ini. Kalau itu tercapai maka genre drama remaja menempatkan dua film di posisi lima besar.

Apakah ini bisa dibaca bahwa genre drama remaja bakal mengalahkan genre horor pada 2018? Nanti dulu, kebetulan dua film ini memang kuat sebagai pop art yang menyihir generasi milenia, seperti halnya ketika A2DC ketika muncul.

Jangan lupa, bioskop khususnya film Indonesia didominasi generasi milenia. Keberhasilan film horor merajai 10 besar Box Office Indonesia 2017, karena penonton yang harusnya genre remaja pindah ke genre horor.  Pengabdi Setan dan Danur I Can See The Ghost sebagai pop art-nya, tentunya ada pengaruh film horor Hollywood, serta budaya masyarakat Asia Tenggara yang suka hal mistis.

Film horor yang muncul pada awal 2018 bukanlah film yang terlalu tepat untuk memikat penonton generasi Milenia. Bayi Gaibyang dibintangi Rianti Cartwright cukup memikat, tetapi tidak terlalu kuat. 

Maddah, Film Horor yang Dinanti

Yang justru saya nanti dan saya kira juga penonton generasi milenia ini adalah Maddah, sekuel dari Danur. Film yang diangkat dari novel  karya Risa Saraswati ini saya prediksi mampu meraup di atas angka dua juta penoton, karena novelnya juga populer dan trailernya juga memikat. Dari bisik-bisik mereka penasaran terhadap lima hantu bule dan tentunya juga penggemar Prili Latuconsina.

Seperti halnya pendahulunya Maddah, merupakan film horor yang saya tunggu. Ceritanya lebih membumi, berdasarkan novel populer yang kebetulan penulisnya adalah indigo.  Film mini juga  tidak menjual esek-esek, penyakit film horor Indonesia di masa lalu.

Masih ada beberapa film horor lainnya yang cukup kuat memikat penonton akan dirilis,  tetapi saya kira Maddah sampai saat ini paling kuat. Prediksi saya genre ini masih mendapatkan tempat di lima besar dan masih dominan. 

Genre lain drama komedi Benyamin Biang Kerok, cukup kuat sebagai "kuda hitam".  Masuk lima besar mungkin, paling tidak di sepuluh besar. Timing yang dipilih 1 Maret cukup bagus mengingat waktu itu Dilan 1990 maupun Eiffel I'm in Love 2 sudah habis masa tayangnya atau sudah berkurang layarnya.

Tentunya masih ada sepuluh bulan lagi yang bisa saja memberikan kejutan, genre lain seperti religi atau thriller. Tetapi rasanya film genre drama remaja untuk tahun ini mampu mengimbangi genre horor memperebutkan segmen penonton muda.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun