Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gorontalo 1920-an, Protes Miras, Judi dan Sarekat Islam

4 Desember 2017   17:15 Diperbarui: 4 Desember 2017   17:20 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Tak banyak literatur sejarah yang saya temukan menulis tentang Gorontalo pada masa Hindia Belanda. Buku yang ditulis oleh Hasunauddin dan Sri Suharjo, Gorontalo: Kerajaan Tradisional hingga Kolonial Belanda Suatu Tinjauan Sejarah Sosial Ekonomi (2001) hanya menceritakan bagaimana kontak pertama VOC pada September 1677  ketika Gubernur Maluku Padtrugge mengunjungi Grontalo hingga ditakulukkanya Gorontalo pada 1681, hingga Gorontalo akhir abad ke 19. 

Kontak itu berkaitan dengan perjanjian Bungaya dan itu artinya Gorontalo berada di bawah pengaruh Kerajaan Gowa.  Buku itu juga menyinggung sejak abad ke 17 Gorontalo menjadikan hukum adatnya bersendi syariah (Alquran). 

Data yang menarik pada 1889 di luar Pribumi Gorontalo sendiri, terdapat pemukim Suku Bugis sebanyak 63 jiwa dan Minahasa 266 jiwa, sementara orang Eropa 71 jiwa, Tionghoa 246 jiwa dan Arab 32 jiwa.  Penduduk Kota Gorontalo keseluruhan pada tahun itu 17.862 jiwa. 

Penduduk AfdeelingGorontalo sendiri berjumlah 61.249.  Itu artinya hampir sepertiganya bermukim di Kota Gorontalo.  Pada masa Hindia Belanda Gorontalo adalah afdeeling dari Keresidenan Minahasa dengan pusat di Manado  dan diperintah oleh Asisten Residen.      

Kajian saya atas beberapa surat kabar yang terbit di Gorontalo pada pertengahan 1920-an, mengungkapkan bahwa Gorontalo berpenduduk 130 ribu jiwa. Selain Tionghoa, kalangan keturunan Arab menjadi pedagang perantara.  Sarekat Islam adalah kekuatan utama pergerakan di Gorontalo dan beberapa surat kabar berada di bawah pengaruh Sarekat Islam.

Surat kabar yang saya kaji antara lain Persaudaraan 1926 dan  Oetoesan Islam edisi 1927 memberikan beberapa informasi menarik tentang perilaku warga kota, hingga  persoalan menyangkut pertanian.  Namun apa yang diungkapkan dalam dua surat kabar ini masih perlu kajian lebih lanjut.  Ini yang saya tangkap dalam catatan yang saya kumpulkan sambil lalu di Perpustakaan Nasional.    

Mabuk dan Judi

Gorontalo hanya sebuah kota kecil pada masa itu, sehingga satu saja kasus kriminal bisa membuat satu kota membuat keresahan. Pada 9 September 1926 sekitar pukul 22.00 hingga 23.000 seorang tahanan lari dari penjara.  Warga kota gempar, karena orang hukuman itu sempat naik ke rumah seorang warga Kampung bugis.  Warga itu terkejut mendapatkan tamu yang tidak dikehendaki berteriak, sehungga orang hukuman itu melarikan diri. 

PersaudaraanEdisi 13 September 1926  mendapatkan  kabar tentang seorang hukuman yang melarikan diri dari penjara pada malam hari antara pukul 22.00 hingga 23.00 pada 9 September 1926. Orang hukuman itu dilaporkan naik ke rumah seorang warga Kampung Bugis pada pukul 20.00. Yang punya rumah terkejut kedatangan tamu yang tak dikehendaki hingga orang hukuman itu lari dikejar sejumlah warga kampung.  Namun orang hukuman itu tiada tertangkap.

Orang hukuman itu disangkakan menusuk seorang warga  Gorontalo dengan pisau di Cilamuta dalam sebuah peristiwa perampokan. Kasus ini menyebabkan warga Kampung Bugis berjaga-jaga khawatir orang hukuman itu matanya gelap, karena perutnya kosong. Namun orang hukuman itu tidak pernah tertangkap.

Kota Gorontalo kekurangan opas dan polisi menyebabkan pelanggaran hukum terabaikan.  Van Dam dari Algemeene Politie  mengakui hal itu.  Ia tidak bisa berbuat banyak. Yang cukup mencolok ialah pelanggaran dalam mengendarai mobil, umumnya kejadian terjadi ketika kapal sedang berlabuh di Pelabuhan Gorontalo. Tenaga polisi dipusatkan di sana.  Kecelakaan umumnya terjadi di Perempatan Jalan Raya Kampung Bugis ke Jembatan Taromolo. 

Pada 2 September 1926 terjadi tabarakan mobil dengan bendi di Jalan Raya Kampung Bugis. Tidak ada korban manusia dalam kecelakaan itu. Pada 19 September 1926 mobil Kontrolir Kota Gorontalo, Jansen tergelincir di Jalan Raya Baru Limba B ke dalam got. Kecelakaan itu tidak menimbulkan korban jiwa, namun dipastikan kelalaian supir.

Jalan-jalan Gorontalo yang sempit hingga tidak bisa untuk mobil yang ngebut. Kecelakaan juga menimpa dr. Lumanauw, keitka mobilnya menubruk pohon kayu. Tidak ada korban jiwa. Pada 23 September 1926 putri dari  Said Alwi bin Abdul Rachman Al Mansyhur berumur 3 tahun ditabrak auto-nya Meneer Agaustus hingga menderita luka di kepala.

Warga menuntut Rybewys (SIM waktu itu) Augustus ditarik. Menurut kesaksian Kepala Kampung Bijawao Junggu Limboto anak itu berdiri di tengah jalan dan supir tetap menjalankan mobilnya.  Persaudaraan juga menyerukan karena supir mobil sering lengah, orangtua tidak membiarkan anaknya bermain di Jalan Raya.

Di pertigaan Jalan Pasar pada September 1926 itu juga  nyaris terjadi tabrakan antara mobil dan bendi. Tidak ada polisi atau opas yang mengatur. Pada 26 November 1926 terjadi tabrakan di Perempatan Jalan Toko Youn antara auto dari Weijdemekr dengan bendi. Mobil juga menghantam sebagian Toko Youn.

Pada 19-20 September 1926 dini hari pukul dua malam warga Kampung Bugis mengeluh para pengemudi mobil dan penumpangnya berteriak-teriak karena mabuk.   Sebagian warga kota gemar mengkonsumsi minuman keras berbenturan dengan nilai-nilai yang dianut warga kota.

Selain minuman keras, judi juga dituding menjadi masalah sosial lainnya  Seorang warga bernama Pahat memprotes adanya arena judi di Gorontalo yang ditudingnya merusak dan mengurangi pendapatan rakyat.

Seorang warga Gorontalo bernama Abasi diberitakan dilukai dengan kelewang seorang agen polisi bernama Abdullah. Agen polisi nomor 14 itu mengamuk. Diduga itu berkaitan dengan penagihan hutang belasting di Kampung Dongkala.

Abasi ini diminta Kepala Belasting menagih hutang kepada sejumlah warga, yang ternyata kurang berpendidikan. Mereka suka main judi. Agen polisi itu memakai uang belasting untuk main judi. Ketika ditegur, Abdullah malah melukai Abasi.

Beban belasting yang cukup berat masih ditambah dengan beban rodi.   Rakyat Bolang Deki mengeluh soal kewajiban. Tiap laki-laki  harus kerja rodi (heerendienst) setiap tiga bulan selama 7 hari . Kalau tidak bisa mereka membayar uang F16. 

Bukan itu saja kerja rodinya, dalam setahun ada kewajiban kerja pemerintah setiap bulan satu hari (gementedienst)  untuk memperbaiki jalan. Kalau tidak mau atau berhalangan harus bayar F6.  Setiap Sabtu warga harus bekerja memperbaiki jalan.  Seorang kepala Kampung harus bernama Sangadi harus menghadap ke kantor Kotamobagu membawa 4-5 orang kalau kurang bayar F5/orang.

Perekonomian Rakyat

Persaudaraan Edisi 15 November 1926 Gorontalo kekurangan bibit padi. Asisten Residen Gorontalo memesan dari Tondano sebanyak 100 pikul.  Namun bibit yang diturunkan di pelabuhan Gorntalo hanya satu karung bibit.    

Persaudaraan edisi 13 September 1926 menulis soal kebutuhan dokter hewan (Veer-Arts) di Gorontalo.  Negeri itu mempunyai 30 ribu ekor sapi dan kerbau menopang perekonomian rakyat untuk mengerjakan sawah dan ladang.

Dalam artikel itu diceritakan bahwa komoditas pertanian di Gorontalo terdiri dari padi Sawah dan ladang jagung.  Penulis mengingatkan bahwa sapi dan kerbau yang membantu anak negeri mengejrkan sawah dan ladang harus cukup makan seperti yang ia lihat di Jawa dan Madura.

Selain itu pada  sapi dan kerbau juga terancam oleh penyakit. Penyakit sapi dan kerbau bukan pertama kalinya melanda Gorontalo.  Antara 1913 hingga 1918 sekitar 14 ribu ekor sapi dan kerbau mati diserang penyakit.

Asisten Residen Gorontalo  diberitakan sudah mengajukan permintaan dokter hewan kepada Residen di Manado untuk di tempatkan di Gorontalo.  Untuk menempatkan dokter hewan itu dibutuhkan satu besluit.

Di negeri Gorontalo dan berapa negeri di Sulawesi, memiliki pohon kelapa adalah kekayaan.  Dalam sebuah artikel di Oetoesan Islam, ada soal pembagian warisan menyangkut perkebunan kelapa milik soerang kaya. Ceritanya pada 13 Maret 1927 ada sidang pembagian warisan dari seorang bernama Amili Temeij Ladjoewa kepada ahli warisnya sebanyak 1291 pohon kelapa. 

Jumlah pembagian begitu detail hingga menyebut bilangan pecahan, kemungkian beradasrkan hukum Islam.   Disebutkan isteri pertama dari Amili mendapat 484 1/8 pohon dan isteri kedua 53 1/24 pohon.  Anak laki-laki dari Amili bernama Ladjoewa T. Hapasi dan Padjagaloe masing-masing mendapat 167 1/59 pohon.  Sementara tiga anak perempuannya Niima, Tammida dan Hali masing-masing mendapatkan 83  73/108 pohon.

Sarekat Islam Gorontalo

Tidak terlalu banyak data yang didapat mengenai Sarekat Islam di Gorontalo.  Surat kabar Otoesan Islam di Gorontalo  juga dipimpin oleh pimpinan SI.  Dalam hal ini Panamon.  Organsiasi ini punya sekolah Madrasah Quran.

Pada   8 Juni 1927 murid-murid sekolah SI Madrasah Gorontalo  merayakan hari berangkatnya seorang gurunya bernama  J. Lohay ke Pitu (Ambonia).  Jam 9 pagi  Lohay dijempur 10 murid-murid dalam sekolah tersebut dengan musik dan nyanyian Gorontalo (Celebes).  Setelah musik dan nyanyian berhenti, maka berpidatolah Tuan K. Ponamon  panjang lebar atas jasa Lohay,

Atas djasanja Toean I Lohay selama toean mendjadi Hoofd Onderwijzer dalam sekolah ini, sekalipoen hanja lima boelan lamanja, maka kami aalah perasaan soenggoeh dan jakin menaroeh keperjaan pada toean jang pertama menanam benih jang moelia terhadap perserikatan kami, teroetama kepaad moerid-moerid jang ada sekarang ialah bangsa toean sendiri.  Di sini kami mengangkat topi kepada toean I. Lohay  adalah satoe pemoeda Bone (Gorontalo) jang soedah mendapat didikan sekolah goeroe telah memberanikan  diri toen memberi pengadjaran dalam sekolah.

Lohay adalah guru pemerintah. Dia  mendapat hadiah satu wekker dari murid-muridnya dari perpisahan itu.

HIS Madrasah Qur'an Gorontalo  memberi pelajaran Bahasa Belanda, Bahasa Melayu dan Agama islam. Pembayaran kelas pertama F1,50, kelas dua hingga kelas empat F dan kelas lima hingga tujuh F 2,50. 

Namun bukan berarti tidak tekanan terhadap Sarekat Islam Gorontalo. Pasca pemberontakan PKI 1926/1927 organisasi pergerakan mendapat tekanan.  Kantor SI Goronatlo digeledah. Tokoh SI  (voorziter)  Panamon mengecam dan menyebutkan bahwa kami orang Celebs bukan binatang. Panamon juga aktif   memprotes pelaksanaan belasting di Kampung Bugis. SI Gorontalo sendiri pada waktu itu  mempunyai anggota 5 ribu orang.  

Panamon sendiri menginginkan perbaikan ekonomi umat daripada sebuah konfrontasi dengan pemerintah. Panamon pernah mengajukan permohonan kepada Controleur AM Jansen, penguasa Belanda di Afddeeling Gorontalo agar pihaknya  (SI)  diberikan 300 bahu tanah untuk usaha perkebunan yang digunakan untuk umat.  

Hal lain yang diungkapkan surat kabar Oetosesan Islam masa itu ialah permintaan pembelian percetak (drukkerij) untuk keperluan propaganda Bumiputera kepada orang kaya keturunan Arab Gorontalo. Pada waktu itu keturunan Arab adalah pedagang perantara yang mendapat kedudukan terhormat.  

Ada beberapa pengusaha pemasang Iklan keturunan Arab di Oetoesan Islam , antara lain Firma Bin Joesoef & Co usaha batik asal Pekalongan, Firma Djibran & Co  untuk jenis usaha mesin tulis, lemari besi dan juga agen penjualan mobil merek Chevrolet. Ada lagi bernama SO Bassalamo pengusaha kayu besi dan AB Assagaf pengusaha kain.   

Oeotoesan Islam juga memuat persoalan internal umat.  Misalnya ada keinginan warga Kampung Hulangbatu memindahkan langgar yang berada di halaman Paneo, seorang pedagang.  Paneo melarang warga Salat Taraweh dan membaca kitab karena harus izin kepala agama. Warga mengirim surat kepada Controleur di Gorontalo.

Irvan Sjafari

Sumber primer:

Persaudaraan September-Desember 1926,

Oeotoesan Islam, Juli, 1927

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun