Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Chingu Cafe, Resto Korea Rasa Bandung

4 Desember 2017   13:58 Diperbarui: 4 Desember 2017   14:24 3326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian belakang Chingu Cafe yang didesain seperti bagian kota Seoul/Foto: Irvan Syafari

Bandung memang semakin layak dijuluki kota kreatif.  Ide untuk menjalankan usaha benar-benar terkonsep dan dipikirkan. Bukan saja kulinernya tetapi juga bagaimana mendesain kafenya untuk membangun atmosfer. Di antaranya yang mengundang penasaran adalah Chingu Cafe.   

Demam K-Pop bisa dijadikan ide  untuk membuat kafe makanan Korea, dengan nuansa seperti benar-benar di Kota Seoul, harga ekonomis (tentunya pengusaha kafe ini memperhitungkan daya beli segmennya anak muda Bandung).      

Saya bersama rekan saya Widya Yustina menyambangi Chingu Cafe di Jalan Sawunggaling Bandung awal November lalu.  Foto-foto rekan saya itu memperlihatkan suasana mirip Kota Seoul mengundang rasa penasaran saya dan meminta dia jadi pemandu.

Bagian eksterior bangunan mirip rumah biasa yang  banyak terdapat di Bandung, kecuali plang atas  Chingu dengan huruf Korea dengan tagline Korean Fan Cafe. "Bagian luarnya memang seperti ini. Tetapi bagian dalam dan belakangnya baru tampak nuansa Koreanya," ujar Widya.

Begitu masuk di dalam hampir semua meja penuh dengan pelanggan yang kebanyakan anak muda. Kabar yang beredar bahwa kafe ini menjadi tempat tongkrongan anak muda benar adanya.  Saya melihat ada satu ruangan yang di desain mirip Stasiun Kereta Seoul pada ruangan sebelah kiri lobi. Namun kami memilih makan di bagian dalam.

Saya melihat menu makanan dan harganya menengah, masih bisa terjangkau mahasiswa dan pekerja kantoran.  Kami memesan Premium Mozzarella Wings (untuk dua orang)  dan minuman Yujacha (semacam teh menyegarkan). 

Mozzarella campuran enam potong sayap ayam  disajikan dengan dua pilihan bumbu, yaitu separuh manis dan separuh asin. Mirip dengan penyajian masakan Jepang.  Selain itu terdapat kentang, serta potongan gulungan campuran adonan ayam serta campuran keju (kemudian saya mencari tahu mendapatkan ternyata  mozarella itu adalah keju), disantap dengan nasi. Rasanya cocok untuk lidah kami.

Hanya saja saya ragu apakah masakan ini seratus persen asli Korea atau ada pengaruh dari Eropa.  Seingat saya Mozarella Wings itu juga ada di kuliner italia. Kemungkinan sayap ayamnya dimasak dengan rempah-rempah Korea, ada rasa pedas. Sementara kejunya pengaruh kuliner Eropa.    

Namun yang menarik sebelum disantap hidangan ini dipanaskan di kompor di atas meja mirip dengan kuliner Jepang.  Itu tandanya bahwa kuliner setiap negara saat ini juga mengalami globalisasi, slaing mempengaruhi.  Secara umum  terasa gurih disantap hangat dan mengenyangkan.

Setelah makan saya diajak ke bagian belakang. Barulah suasananya mirip Seoul.  Di sini pengunjung bisa menyewa busana Korea tentunya untuk keperluan foto.  Sebetulnya nuansa Korea sudah terasa pada tayangan video berbau Korea dan gambar aktris Korea di bagian interior kafe.  

Selain tolilet yang memadai, kafe ini juga mempunyai musala bagi umat muslim yang ingin beribadah, hingga tak perlu keluar kafe. Lahan parkir cukup luas walau sebetulnya dirancang untuk mereka yang mengendarai motor, yang banyak digunakan anak muda Bandung.  

Saya belum mencoba menu lainnya, tetapi saya kira kreativitas dijual di sini ialah hibrida Korea-Bandung.  Suasana Korea dipadu dengan keakraban dan atmosfer nongkrong anak muda Bandung. Keberhasilan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil membangun semangat kreativitas warganya agak bersambut.

Irvan Sjafari, Widya Yustina

Bagian eksterior, serupa rumah biasa. Belum tapak Korea-nya/Foto; irvan Syafari.
Bagian eksterior, serupa rumah biasa. Belum tapak Korea-nya/Foto; irvan Syafari.
Hidangan sayap ayam dengan keju dan kentang. Sebetulnya perpaduan kuliner Korea dan Eropa dengan racikan yang pas untuk lidah orang Indonesia/Foto; Irvan Syafari.
Hidangan sayap ayam dengan keju dan kentang. Sebetulnya perpaduan kuliner Korea dan Eropa dengan racikan yang pas untuk lidah orang Indonesia/Foto; Irvan Syafari.
Suasana bagian dalam kafe. Didominasi anak muda. Walaupun keluarga (muda) juga banyak yang jadi pengunjung/Foto; Irvan Syafari.
Suasana bagian dalam kafe. Didominasi anak muda. Walaupun keluarga (muda) juga banyak yang jadi pengunjung/Foto; Irvan Syafari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun