Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Beyond Skyline" antara Alien, Iko Uwais, dan Silat

7 November 2017   18:00 Diperbarui: 8 November 2017   01:52 3760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Beyond Skyline/Foto: Situs Mbah Sinopsis | mbahsinopsis.id

Pelataran candi menjadi medan pertempuran antara spesies manusia dan spesies Alien. Sebagian sudah porak poranda. Hanya ada kurang dari sepuluh pejuang manusia tersisa menghadapi kepungan mahluk yang tingginya beberapa kaki dari manusia, setelah yang lain berguguran.

Di antara mereka terdapat Mark (Frank Grillo), Sua (Iko Uwais), Audrey (Bojana Novakovic), Chief (Yayan Ruhian). Pertempuran ini menentukan nasib spesies umat manusia punah atau tidak. Para pejuang umat manusia menggunakan jurus pencak silat dan senjata api.  

Bagi saya adegan pamungkas inilah yang membuat saya datang untuk menonton Beyond Skyline. Seperti banyak penonton di Indonesia lain datang untuk menyaksikan aksi Iko Uwais dan Yayan Ruhian yang praktis sudah go internasional, syuting di kawasan Candi Prambanan (yang disebut dalam film ini sebagai kawasan segitiga emas).

Dari segi cerita hampir mirip dengan sejumlah film fiksi ilmiah hollywood yang menempatkan alien sebagai sosok antagonis, ingin menjajah, menumpas, atau memperbudak umat manusia dan ingin merampas planetnya.

Dalam hal ini sebetulnya fiksi ilmiah jenis ini hanya menyoal sampai seberapa hebat eksistensi manusia. Apakah ada spesies lain yang mempu mengungguli manusia? Sebetulnya juga disoal Planet of The Apes. Hanya saja alien diganti kera yang menjadi cerdas dan ajaib bisa bicara seperti manusia.Apakah menjadi cerdas harus bisa berbahasa manusia?

Beyond Skyline sekuel dari Skyline, Independence Day (1 dan 2), Battle in Los Angles menyebut Los Angles sebagai kota favorit untuk diserang. Entah mengapa kota ini menjadi favorit sineas Hollywood untuk dihancurkan termasuk dalam film bertema bencana. 

Fifth Wave, Battleship dan lain sebagainya punya pola yang serupa. Sosok Alien malah secara fisik serupa manusia dengan bentuk yang dimodifikasi.

Para mahluk sakti mandraguna ini selalu digambarkan mempunyai teknologi yang lebih tinggi dan hampir selalu meninggalkan tanda tanya bagaimana mahluk ini makan? Bagaimana mereka bernafas? Bagaimana mereka berkembang biak? 

Pola lain ialah pada umumnya fiksi ilmiah tentang alien memasukan unsur hubungan keluarga, seperti hubungan ayah dan anak, kakak dan adik (sebetulnya juga film tentang bencana), sebaliknya alien tidak digambarkan sebagai mahluk sosial yang punya keluarga. 

Adegan pembuka dari Beyond Skyline juga berangkat dari itu. Mark, seorang detektif polisi di Los Angles mendapatkan anaknya Trent (Jonny Weston) kerap berurusan dengan hukum. Hanya karena rekannya, Trent tidak ditahan. Trent digambarkan anak "broken home", ibunya sudah meninggal dan Mark seorang alcoholic.

Ketika mereka pulang menumpang kereta bawah tanah, Los Angles diserang mahluk angkasa. Mark, Trent, masinis kereta bernama Audrey (Bojana Novakovic),veteran perang Sarge (Antonio Fargas), serta rekannya polisi bertarung melawan alien, seperti dalam sekuel pertamanya mahluk ini yang suka mengambil otak manusia dan menyedot manusia ke pesawat raksasa.

Sampai akhirnya mereka tersedot ke pesawat dan terjadi pertarungan menegangkan di dalam pesawat antariksa itu. Di pesawat Mark dan Audrey menyelamatkan seorang bayi dan mendapatkan pertolongan tak terduga dari salah satu alien. Bayi ini adalah kunci dari film ini yang (mencoba) menjelaskan alasan mengapa alien itu menyerang bumi.

Pesawat terdampar di Laos dan sisa manusia yang selamat bertemu dengan kawanan penyelundup obat bius dipimpin oleh Sua dan adiknya Kanya (Pamelyn Chee), serta Harper (Callan Mulvey), bule esentrik. Mereka harus bertahan hidup dan menyelamatkan manusia dari kepunahan.

Adegan dalam Beyond Skyline/Foto: Viva.co.id
Adegan dalam Beyond Skyline/Foto: Viva.co.id
Dari segi cerita Beyond Skyline tidak terlalu istimewa. Dari adegan akhirnya tampaknya potensi dibuat sekuel ketiganya dengan tanda tanya besar, apakah seperti sekuel pertamanya berjarak tujuh tahun?  Tapi menurut saya tetap harus dibuat sekuel ketiganya yang menentukan apakah secara keseluruhan fiksi ilmiah ini menarik dan punya argumen tentang asal usul dan eksistensi manusia? Atau film hanya lewat begitu saja tanpa kesan harus diperhitungkan sebagai film fiksi ilmiah. 

Tentu saja sekuel kedua ini banyak lubangnya. Misalnya mengapa tentara Laos hanya memerangi para penyelundup dan tidak digambarkan tidak bertempur melawan alien. Bahaya yang lebih besar malah dibiarkan saja? Lalu mengapa penumpang kereta api bawah tanah begitu sedikit?

Secara keseluruhan segi cerita lebih menarik yang kedua, terutama diselamatkanoleh pertempuran candi. Sepertinya Sutradara Liam O'Donell meramu inspirasinya dari film model Die Hard (tokoh antagonisnya disisir datu demi satu hingga ke kepalanya), dengan film seperti Independence Day atau War of The World plus The Raid.

Tetapi secara keseluruhan sebagai film fiksi ilmiah masih di bawah film se-genre lainnya.

Catatan lain ialah dengan terlibatnya iko Uwais dan Yayan Ruhian dengan porsi yang lebih besar di film Hollywood menjadi pertanda bahwa tren film dengan melibatkan aktor antar bangsa sudah keniscayaan. Bintang Asia seperti Donny Yuen, Jet Li, Michelle Yeoh sudah lebih dahulu terlibat film Hollywood berbudget besar.  Hingga tidak jelas lagi film itu milik negara mana. 

Dalam Beyond Skyline Iko Uwais dan Yayan Ruhiyan terlibat jadi koreografer, bukan saja pemain dan banyak orang Indonesia terlibat dalam produksi film. Selain tentu saja syuting film mengambil di berapa lokasi di Yogyakarta. Tentu saja promosi wisata bagi Indonesia. Masih banyak wilayah lain yang punya potensi menjadi tempat syuting.   

Film ini juga memperkenalkan pencak silat, karena memang Hollywood membutuhkan inovasi baru ikon bela diri untuk jadi unsur dalam film, seperti halnya kung fu dengan Jet Li dalam film seperti Leathal Weapon 4, atau pada 1980-an ada film Only The Strong memperkenalkan capoeira. 

Irvan Sjafari

    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun