Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gairah Warga pada Pertunjukkan Hiburan Bandung di Tahun 1960

10 Juli 2017   13:00 Diperbarui: 10 Juli 2017   21:20 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eddy Karamoy/ Kredit Foto: www.Jakarta.go.id

Rachman Sainan dengan Yayasan Kesejaterahaan Pegawai Sirnagalih menggelar pertunjukan di Taman Luxor untuk kaum tidak berpunya. Acara yang ditampilkan ialah pertunjukkan Reog Hyper Modern dari Jakarta, Band Botjah dari Bandung dan dua bintang film dari Jakarta, yaitu dan Sumiati.

 Seminggu kemudian RRI Bandung kembali menyelenggarakan cara Gema, Gelak dan Gaya (3 G) di Gedung Bioskop Nusantara (eks Varia) di Alun-alun Timur. Panitia acara yang digelar ketiga kalinya ini diketuai oleh RS Brothokusumo. Acara yang dihadiri sekitar tiga ribu penonton ini mencari dana tambahan untuk para Bintang Radio Jawa Barat untuk mengikuti pemilihan Bintang Radio se-Indonesia di Jakarta.

Pengisi acara adalah para Bintang Radio Jawa Barat sendiri dengan bintang tamu Sam Saimun, Said Effendy, dengan penggiring Irama Bintang, Edy Karamoy, Dasa Ria, Nada Kencana.

Sementara untuk cara Gelak (maksudnya lawan), tampil Bing Slamet, Mang Topo dan Atmonadi dari Jakarta.  Sementara untuk Bidang Gaya tampil Tim Penari Melayu pimpinan Agoes Wirawan. Aacara berlangsung sejak 19.30 hingga tengah malam.  Bing Slamet dan Atmonadi juga pengisi acara 3 G yang pertama pada 1958.

Pikiran Rakjat edisi 29 Agustus 1960 merilis bahwa tiket yang berharga Rp50 hingga Rp75 habis terjual hanya dalam waktu tiga hari setelah diedarkan. Kapasitas Gedung Nusantara sebetulnya hanya dua ribu kursi dan semua kursinya diberi nomor. 

Namun karena warga Bandung banyak yang kerajingan pertunjukkan seperti ini maka jumlah penonton bertambah dengan cara nemerobos dan bersedia duduk di pinggiran. Mereka yang tidak sempat menonton sampai tiga kali dilaporkan mendatangi RRI Bandung agar didaftarkan untuk pertunjukkan tahun 1961.

Reog Sunda Modern di Kota Bandung/Foto: Irvan Sjafari Repro Majalah Aneka 1960..
Reog Sunda Modern di Kota Bandung/Foto: Irvan Sjafari Repro Majalah Aneka 1960..
Irvan Sjafari

---

Referensi pendukung:
Eddy Karamoy
Bandung 1958 (9): Dari El Dolores, Pelawak Us-Us, Band Saptawati dan Gemerlap Hiburan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang
Elok Dyah Messwati, "Idealisme di Tengah Langkanya Musik Jazz" dalam Kompas 8 Oktober 2000
Bandung 1959 (7) Bioskop Pasca Nasionalisasi dan Dinamika Bisnis Pariwisata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun