Selain itu petugas militer di bidang pers di seluruh Indonesia dapat melanjutkan studi mereka setara dengan pendidikan universitas. Itu artinya para perwira yang berada di daerah yang tidak ada universitasnya bisa menambah kemampuan intelektual mereka di bidang penerangan bahkan wawasan.
Para “outwall Students” ini tidak usah menghadiri kuliah yang diberikan dosen, tetapi materinya dikirimkan lewat pos. Tetapi ketika dilangsungkannya ujian, mereka harus datang ke Bandung untuk menempuhnya. Untuk pelasana Outwall Students, Iwa Kusumasumantri menunjuk Ashari Sulaeman [9]
Dalam rapat selanjutnya awal Agustus 1960 diputuskan bahwa pembukaan dilakukan pada 17 September 1960. Kuliah direncanakan berlngsung pada pukul 16.00 hingga 20.00 di Gedung Unpad Dipati Ukur [10]. Para pengajarnya antara lain:
- Adinegoro (Pengantar Ilmu Jurnalistik dan Publisitas)
- Mr. Drs Ultrecth (Pengantar Ilmu Hukum)
- Drs. Darjono (Sosiologi)
- Drs. Lie Hian Jeng (Ekonomi Umum)
- Poerwo, Msc (Statistik)
- Mr. Boeshar Moehamad (Ilmu Tata Negara)
- Drs. WA Gerungan (Pengantar Ilmu Jiwa)
- Drs. Harsojo (Ilmu Kebudayaan)
- Ny.Purwo (Bahasa Inggris)
- Drs. Ukun Sutisna (Bahasa Indonesia)
- Prof. Jahja Kadirun (Filsafat)
- Moestopo (Studium General)
Pada 1960 Adinegoro adalah Direktur Persbiro Indonesia (PIA) dikenal sebagai wartawan professional dan pelopor jurnalistik.
Kelahiran Talawi, Sumatera Barat 14 Agustus 1960 dengan nama Djamaludin menempuh pendidikannya di STOVIA, namun minatnya tidak menjadikannya sebagai dokter, tetapi jurnalis. Adinegoro menulis pertama kali di Tjahaja Hindia pada masa Hindia Belanda. Kemudian dia menulis di sejumlah media seperti Pandji Poestaka, Pewarta Deli dan Bintang Timoer.
Sepanjang masa Hindia Belanda walaupun tulisannya tajam, tetapi ia selalu lolos dari perangkap presbreidel-ordonatie berkat kepandaiannya memilih kata-kata. Kelebihan Adinegoro ialah bisa menulis sarat pengetahuan umum tetapi dengan bahasa p opular yang bisa dimengerti orang yang tidak memiliki pendidikan tinggi (Soebagijo, 1987,halaman 36-46).
Peresmian
Fakultas Djurnalistik dan Publisitas Unpad dibuka secara resmi Minggu malam, 18 September 1960 dalam sebuah upacara di Gedung PBKA Panti Karya, Jalan Merdeka, Bandung. Hadir dalam upacara pembukaan Presiden Unpad Iwa Kusumasumantri, Djusar Kartasubrata mewakili Menteri PPK, Kepala Penerangan Militer Siliwangi Letkol Nawawi Latif, Ketua PWI Pusat T. Sjahril, para dosen dan mahasiswa.
Peresmian pembukaan PDP Unpad ini dilakukan oleh R.S Suradiradja, Wakil Ketua Jajasan Pembina Unpad setelah pidato penyerahan PDP oleh Djamal Ali dari Panitia Pendiri PDP. Dilakukan pula pelantikan senat sementara mahasiswa PDP Unpad oleh Dekan PDP Brigdjen Prof. Dr. Mustopo kepada Mochamad Djen Amar, Ketua Dema Unpad.
Dekan Fakultas FDP Brigjen Prof. Dr. Moestopo dalam sambutannya menyebutkan kewartawanan adalah alat penggerak revolusi. Pendidikan yang diberikan bukan hanya teori tetapi juga praktik yang diberikan pada tahun ketiga, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi. Moestopo menjanjikan akan mendirikan pers building , di mana dapat dilakukan riset pers dan pendapat umum, hasilnya bisa menjadi masukan kepada pemerintah.
Presiden Soekarno dalam amanat tertulisnya yang disampaikan Moestopo menyebutkan wartawan adalah patriot komplit. Soekarno meminta wartawan ikut serta dalam perjuangan menyelesaikan revolusi nasional dan menciptakan sosialisme Indonesia.