Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

The Curse, Jejadian Asia di Negeri Kanguru

14 Mei 2017   07:47 Diperbarui: 14 Mei 2017   19:57 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Awalnya saya khawatir The Curse adalah film horor Indonesia hanya sekadar keren judulnya menggunakan Bahasa Inggris dengan setting di Australia pula. Memang sutradaranya Muhammad Yusuf, nominasi penulis skenario terbaik dalam FFI 2011 bisa jadi jaminan bahwa film ini tidak akan kembali menjadi film horor Indonesia yang sekadarnya.

Kehadiran Shareefa Daanish yang memukau dalam Danur juga menjadi daya tarik sendiri untuk datang ke bioskop walau saya sebetulnya “terlambat” untuk  menonton, mengingat film ini dirilis 27 April yang lalu.  Lagi pula adalah Prisia Nasution, aktris terbaik FFI dalam Sang Penari setidaknya menawarkan akting yang bukan sembarangan.

Hasilnya setelah Danur, The Curse adalah angin segar bagi film horor Indonesia. Film ini mengusir bayangan saya sebelum menonton bahwa hantu yang menteror bukan hantu Indonesia yang beraksi di negeri orang. Sekalipun jejadian itu tetap khas Asia.

Diceritakan Shelina Oktaviany (Prisia Nasution), seorang pengacara yang menangani kasus pembunuhan yang dilakukan seorang warga negara Indonesia terhadap istrinya sendiri dan kekasih gelap istrinya.  Dia juga menghadapi tekanan berat karena menghadapi kasus perceraian dengan suaminya di Jakarta.

Ada orang Indonesia jadi pengacara di sebuah firma di Australia? Hal yang tidak aneh di era global ini.  Bukankah cukup banyak warga negara Indonesia di Negeri Kanguru ini? Yang terbunuh seorang dosen Sastra Indonesia di sebuah universitas di Melbourne, bukan hal aneh karena di sana studi Indonesia penting.

Cerita bergulir tiba-tiba saja Shelina diteror sesosok jejadian perempuan tua berkuku panjang di depan jendela rumahnya, memasuki rumahnya, serta berapa penampakan lainnya.  Curhat dengan Putri rekan kerjanya (Lia Waode) mengesankan bahwa dia stres. Tetapi akhirnya dia memanggil paranormal dari Indonesia.

Nasehat paranormal ini membawa dia kembali ke masa lalunya, ketika dia menangani kasus pembunuhan yang diduga dilakukan Leann Wijaya (Shareefa Daanish)  terhadap suami dan anaknya dengan cara diracun. Sang suami adalah ekspat kaya, memiliki properti luas yang tentunya bisa ditebak motifnya.

Bagaimana jejadian itu bisa datang? Apakah itu arwah penasaran? Ada hubungannya, tetapi tidak seperti itu. Inilah yang membuat The Curse berbeda karena tidak bisa ditebak hingga akhir film.  Walaupun tetap ada beberapa lubang pada ending film ini. Tetapi secara plot yang cenderung berlapis, The Curse tetap punya nilai lebih.

Kalau dari segi sinematografi The Curse benar-benar menakutkan bukan lagi mengagetkan-seperti kebanyakan film horor Indonesia.  Di antaranya adegan Shelina berhadapan dengan jejadian. Namun yang mengancam jiwa Shelina bukan jejadian itu. Di bagian akhir antara film thriller dan horor menjadi berbaur.  Inilah kejutan laindisuguhkan Muhammad Yusuf.

Penggunaan dialog dengan Bahasa Inggris pada sebagian besar-kecuali antar warga negara Indonesia-pas dan seharusnya begitu.  Panorama pertanian Australia juga menyegarkan mata, begitu juga landscape kota Melbourne.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun