Padahal banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi sekali jalan, misalnya satu hari menelusuri Jalan Dago, Taman Hutan Raya, Tebing Kraton, Permainan Hong di Bukit Pakar, beberapa tempat kuliner yang menyajikan view yang bagus. Sayangnya akses jalan buruk dan memaksa turis memakai jasa ojek walau sudah menyewa mobil bisa menghalangi efesiensi tur. Tidak bisa memukul rata semua turis harus punya uang banyak untuk berlibur di Bandung dan menganggap semua kaya.
Bandung bisa kalah bersaing dengan Yogyakarta yang banyak menawarkan alternatif wisata, serta keterlibatan warga yang bersahabat terutama bagi backpacker. Pengalaman saya waktu ke Yogyakarta, tukang ojek mematok harga bersahabat ketika ke Desa Wisata Pentingsari ke akses jalan umum dan dijemput lagi. Para tukang ojek sadar bahwa yang penting informasi keramahan bakal menyebar dari mulut ke mulut. Petugas hotel kelas backpacker pun bahkan menawarkan jasa ke luar kota jika pulang dari shift malam, apalagi sekadar memberikan informasi tempat makan yang murah dan sehat hingga yang mahal.
Budget saya untuk wisata di Priangan Selatan selama 3 hari empat malam di atas keliling Yogyakarta dan jalan-jalan ke luar kotanya dalam kurun waktu yang sama tidak terlalu jauh beda. Namun efesiennya di bawah. Memang ongkos dari Jakarta ke Yogyakarta memang lebih mahal, tetapi biaya penginapan dan kuliner masih bersaing Yogyakarta. Akses keluar kota lebih cepat, sekalipun harus diburu jam malam karena tidak ada angkutan umum untuk tujuan tertentu.
Kesan saya pariwisata di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, apalagi sampai ke Tasikmalaya tidak terintegrasi dan ingin jalan sendiri-sendiri. Pembangunan infrastruktur juga berjalan lambat dan pelayanan angkutan umum untuk warga Jawa Barat tidak memuaskan. Selama ini tidak terintegrasi dan tidak dibenahi infrastruktur terutama di luar Kota Bandung, rasanya pariwisata di Jawa Barat akan mandek pada suatu ketika.
Irvan Sjafari
Bagian Ketiga dari Tulisan untuk HUT Bandung ke 206
Catatan
- Dkutip dari tulisan Mutia Rachmi ““Helixisme” untuk Desa Indonesia dalam Pikiran Rakjat, 9 Juni 2016.
Sumber Lain:
Pikiran Rakyat 2 November 2015, 18 September 2015, 9 Juni 1985, Majalah Plesir Volume 01, 2014. Foto Pertunjukan di Saung Udjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H