Penyanyi jebolan The Voice of Indonesia, Yura Yunita Rachman mampu membuat lagu berlirik Sunda “Kataji” menjadi begitu “ngebeat”. Dari sisi musik etnik di tangan musisi Bandung bukan tidak mungkin suatu ketika muncul Sunda Pop yang setara dengan K-Pop dan J-Pop, karena SDM-nya sudah ada. Idhar Resmadi, menyebutkan masih diperlukan peran arranger yang mengkonversikan musik Pop Sunda dalam konteks kekinian [5]
Mahasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran mengaggas event yang disebut sebagai Kampoeng Jazz sejak 2010 sebangun konsepnya dengan Jazz Goes to Campus-nya FEUI menghadirkan tiga panggung dengan pertunjukkan berbeda, sehingga penonton mempunyai pilihan. Musisi yang dihadirkan dari internasional, nasional hingga lokal (Bandung). Menurut saya kekuatan Kampoeng Jazz itu justru di sini di mana musisi lokal mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan internasional sehingga menstimulasi perkembangan musik di Bandung.
Event seperti Ganesha Music 2015 di kampus ITB, Jalan Ganesha, Bandung pada 11 April 2015 contoh lain keterlibatan kampus. Event ini menampilkan band para mahasiswa ITB Komunitas Apres, band mahasiswa lainnya Rotten Boys dan Fine Cut. Para peserta didominasi musik rock. Keterlibatan kalangan terpelajar dalam perkembangan musik Bandung (bukan saja latar belakang personel band-nya), tetapi penyelenggaraan event dan think tank. Itu juga tampak dibentuknya Pembentukan Berani Beda Bandung (BBB) 2 Mei 2015 klub diskusi musik dengan cepat mengumpulkan 110 anggota hingga akhir Juni 2015. Beberapa jurusan seni musik di perguruan tinggi juga menjadi faktor mendukung iklim bermusik dengan baik.
Harga tiket sebuah pertunjukan musik rata-rata relatif terjangkau untuk tingkat penghasilan warga Kota Bandung berkisar antara Rp20 ribu hingga 200 ribu pada periode 2013-2016. Itu sebabnya setia event di kafe dengan mudah mendatang setidaknya seratusan penonton dan event yang lebih besar seperti Kampoeng Jazz bisa dihadiri lebih dari seribu penonton. Sebagian pertunjukkan gratis dan dibiayai sponsor atau mal. Kalau dari tiket dan hitung-hitungan sponsor, bisa jadi bayaran penyanyi atau musisi tidak bisa dibandingkan dengan penyanyi yang sudah jadi, tetapi mungkin saja para musisi kota Bandung lebih banyak memelihara komunitas daripada mengejar penghasilan tinggi (misalnya dengan memburu show sebanyak-banyaknya, tetapi akhirnya mengabaikan kualitas.
Para musisi mampu menciptakan lagu dan menjadikan peluncuran single atau album sebagai sebuah konser yang juga melibatkan musisi “kawan”. Jumlah CD yang dirilis untuk sebuah album tidak terlalu banyak. Band Themilo ketika merilis kembali Let Me Begin pada 1Mei 2015 menyediakan 500 CD dan 250 dalam bentuk piringan hitam. Penjualan di tempat juga dilakukan Yura Yunita Rachman (jebolan The Voice of Indonesia ) pada Konser Balada Sirkus-nya di IFI Bandung pada September 2014 dan di event seperti Kampoeng Jazz pada Mei 2014 ada CD dan kaos Yura dijual.
Terobosan kreatif yang dilakukan ialah sistem arisan dilakukan sekelompok kaum muda urban berjuluk Lazy Club untuk menggelar suatu festival musik. Uniknya komunitas ini bermula dari kegiatan hiking bersama, kelompok beranggotakan para musisi dan pekerja kreatif lainnya itu akhirnya memutuskan menggelar suatu cara independen yang dibiayai dari hasil patungan para anggotanya.
Sistem arisan untuk menjalankan program yang mereka namakan lazy festival ini diikuti 10 band, seperti Taman Sebangku, Nadafiksi, Deugalih,The Fox and The Thives, Trou, Spring Summer, Space and Missile, Sigmun, Bottlesmoker, dan The Triangle.
Dari setiap pengundian dipilih dua band untuk tampil dalam suatu konser yang dibiayai uang hasil patungan peserta arisan. Menurut Ketua pelasakana Lazy Festival pertama bertajuk”Encorel Music Corperation#1, Dwi Kartika Yudhaswara, jumlah peserta arisan edisi pertama ini sengaja dibatasi karena pertimbangan waktu. Selain menampilkan dua band peserta arisan, setiap band mengundang masing-masing satu band tamu untuk memeriahkan panggung musik [6]
Kerap melakukan koloborasi adalah faktor lain yang membuat musik Bandung berkembang. Koloborasi bahkan dilakukan secara berani. Misalnya saja antara Gitaris Tesla Manaf dengan pemain biola Ammy Kurniawan pada Februari 2015 dalam acara “Musik15 #7” di Java Preanger Coffee House, Cisangkuy, Bandung. Koloborasi benar-benar oase dalam pikiran bermusik saya,” kata Ammy [7]
Yang perlu dilakukan pemerintah-setidaknya pemerintah kota-ialah menambah fasilitas tempat bermusik dan infrastruktur lainnya. Bandung memang punya taman musik, tetapi masih perlu gedung dan perpustakaan musik. Tempat penyelenggaraan musik didominasi Sasana Budaya Ganeshadan Bumi Sangkuriang di Ciumbuleuit, Gedung Kesenian Rumentangseang untuk jumlah penonton yang besar, serta sejumlah kafe seperti Bober Tropica, Vanilla Kitchen,Chinock Cafe serta tempat seperti lou Belle Shop, The Maja House, Lawawangi Creative Space yang hanya bisa menampung sekitar seratusan orang. Beberapa hotel juga menjadi tempat pertunjukkan.