Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nicholas II dari Rusia, Frans Ferdinand dari Austria dan Pangeran Hidayatullah dari Banjarmasin di Tanah Priangan 1890-an

15 Agustus 2016   17:58 Diperbarui: 16 Agustus 2016   13:51 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat kabar Bintang Barat terbit di Batavia Senin hingga Sabtu sejak 1870 hingga 1900-an memberikan Cukup banyak informasi tentang apa yang terjadi Tanah Priangan. Informasi maiih yang saya dapatkan dibuat menjadi tiga tulisan. Pada bagian pertama syaya menyinggung keberadaan anak Raja Russia dan Putra Mahkata Kerajaan Austria melancong ke Priangan untuk kegiatan berburu. Juga disinggung tentang kehidupan Pangeran Hidayatullah, pimpinan perlawanan rakyat Banjarmasin melawan Belanda yang diasingkan ke Cianjur.

Pangeran-pangeran dari Eropa

Pada Maret 1891, Tanah Priangan kedatangan tamu , yaitu anak Raja Rusia. Anak raja ini diceritakan berburu babi hutan di Cikurai. Bertemu jurang besar dan dalem di antara dua miringnja gunung 2800 m di atas laut. Anak raja gagah menembak bunuh 13 babi hutan ( Bintang Barat 10 Maret 1891) Selama dua hari di Garut, Anak Raja Rusia dua hari tinggal di rumah Bupati Garut Raden Ayu yang mempunyai enam kamar. Disebutkan bahwa Bupati Garut mendapat hadiah cincin emas dari anak Raja Russia ketika hendak kembali ke Batavia.

Tidak disebutkan nama anak Raja Russia yang berkunjung ke tanah Priangan. Namun Ajay Kamalakaran menulis di dalam harian online  Russia Beyond The Headlines mengkonfirmasikan nama Nicholas II (1868-1918), Tsar Rusia terakhir yang memerintah pada 1894 hingga 1918. Artikel ini membenarkan putra mahkota perjalanan dari Batavia ke stasiun Bogor sebelum melakukan perjalanan ke Bandung. "Buku harian Nicholas II menunjukkan bahwa ia secara fisik kelelahan saat ia berada di Hindia Timur dan panas dan kelembaban membuatnya bahkan lebih buruk," demikian kata sejarawan Russia Dudnik yang dikutip artikel tersebut. Waktu di Indonesia terdiri dari perjalanan panjang dan melelahkan untuk melihat gunung berapi [1] Pada waktu berkunjung ke Priangan, Nicholas II berusia 23 tahun. Sejarah kemudian mencatat bahwa Nicholas II menjadi korban dari Revolusia Rusia yang meletuas pada 1917.

Bangsawan lain yang menjadi tamu di Hindia Belanda ialah putra mahkota dari Kerajaan Austria (Oostenrijk) pada April 1893. Tujuannya jelas berpelesir. Tidak terlalu jelas siapa nama putra mahkota kerajaan Austria tersebut. Tetapi sebuah artikel dari Majalah Der Spiegel yang ditulis Matthias Schultz berjudul “Diary Rediscovered: Frans Ferdinand ‘s Journey Around The World”, juga dipublikan secara online pada 1 Maret 2013 memberikan konfirmasi namanya Frans Ferdinand Yoseph putra mahkota Austria-Hongaria berkeliling dunia pada tahun 1892. Usianya baru 28 tahun waktu itu.

Dalam artikel disebutkan bahwa Frans didampingi oleh lebih dari 400 orang, mulai dari pendeta angkatan laut ke bendahara kerajaan. Selama perjalanan, "FF," yang inisial resminya, menulis lebih dari 2.000 halaman catatan. Hindia Belanda disebutkan dalam ulasan, perjalanan itu tujuan utamanya India dan Amerika Serikat. Bisa dipastikan hanya Frans yang mengadakan perjalanan fantastis dan besar kemungkinan dialah yang singgah di Priangan. Frans Ferdinand ini putra mahkota yang terbunuh di jalanan Sarajevo, Serbia pada 28 Juni 1914 yang menyulut Perang Dunia [2]. Frans Ferdinand lahir pada 1868 dan tidak pernah naik tahta.

Kembali kepada kunjungan Frans Ferdinand. Pada masa itu Asia dipandang sebagai daerah eksotis untuk berpetualang. Tentunya rombongan bangsawan Austria ini mendapatkan sambutan meriah sejak menginjakan kaki di pelabuhan Tanjung Priuk. Mulanya kegiatan anak raja ini berburu buaya di Muara Baru, Batavia. Untuk kesenangan si bangsawan ini menembak buaya, pejabat di Batavia mengerahkan 25 serdadu dan empat papan yang ditarik satu stroombarker. Hadir dalam perburuan Asisten Residen Batavia. Tulisan dalam Der Speigel juga mengkonfirmasikan penembakan buaya di Batavia. Hanya saja disebutnya Jakarta.

It was a part of the world where the one could live in style. In April, FF and his entourage arrived at Jakarta, where he shot a crocodile. Afterwards, he had an opportunity to admire "conspicuously pretty Dutch women" wearing knotted skirts in the humid heat.

Dari Batavia rombongan putra mahkota Kerajaan Austria ini bertolak ke Bandung. Rombongan dijamu di rumah Residen siang harinya. Kemudian mereka berangkat pukul 3 sore ke Garut. Mereka tiba di stasiun Garut jam lima sore 13 April 1893. Stasiun dihiasi daun waringin dan cemara. Permadani terbentang di pelataran stasiun hingga keluar halaman. Turut dalam rombongan para pejabat seperti Residen Priangan. Beribu-rubu warga Belanda, Cina, hingga Bumiputera menonton dengan berdesakan menyaksikan upacara kedatangan tamu agung ini.

Menak kepala-kepala Soenda, semoea pakee pakean kabesaran berdjedjer di halaman stasion. Pangeran Oosterijk dihormati dengan moesik…Ada poen pakeannja Radja Peotra itu tjelana dan badjoe Trico Gading tepi blue aboe hampir semoea rata dengan penggiringnka (Bintang Barat,19 April 1893. Rombongan menginap di Hotel Von Horck yang jaraknya 25 tombak dari Stasiun Garut.

Frans Ferdinand Yosep dan eprmaisuri (kredit foto Der Speigel)
Frans Ferdinand Yosep dan eprmaisuri (kredit foto Der Speigel)
Malam Jum’at (Kamis malam) itu juga Putra Mahkota Austria menjadi tamu di Pendopo Kabupaten duduk dikursi beludru. Tamu agung menyaksikan pertunjukkan wayang orang dengan lakon gandanarma hingga pukul 21.30.

Keesokan harinya Jum’at April 1893 rombongan naik kereta kuda ke Cisurupan didepan diiringi 12 lurah dan 13 lurah. Ikut juga dua orang wedana. Di pesanggrahan Cisurupan berhenti sebentar minum kopi. Sesudahnya mereka naik kuda ke Gunung Papandayan melihat kawah kira-kira tiga jam lamanya. Mereka kemudian turun gunung dan kembali ke Garut pukul lima sore. Pangeran Austria itu menyaksikan kerajinan rakyat Garut. Bangsawan itu dilaporkan membeli aneka barang. Malamnya Putra Mahkota Austria hadir di pendopo melihat kelihaian menak-menak Bumiputera nayuban, ngibing sampai pukul sembilan malam.

Sabtu 15 April 1893 jam tujuh pagi rombongan tamu agung ini naik kereta ke Cigadog 6 pal jauhnya naik kuda. Dari Cigadog mereka ke Cisorok sekitar satu setengah pal dari Cigodok naik kuda residen. Acara perburuan babi hutan dimulai. Dari atas panggung bambu putra mahkota menembak babi hutan yang digiring begerombolan oleh warga setempat. Putra mahkota membunuh 30 ekor babi hutan. Dia digambarkan menembak tepat, satu kali kena. Bahkan ada babi yang dikerubuti anjing, putra mahkota bisa menembaknya tanpa kena anjing. Kegiatan berburu selesai pukul sebelas siang.

Tidak diberitakan babi hutan yang sudah mati ini untuk apa dan tampaknya hanya untuk kesenangan sang calon raja Austria. Pembantaian puluhan ekor babi hutan dilakukan hanya dalam waktu singkat. Yang jelas daging babi hutan tidak dimakan warga setempat yang semuanya muslim.

Rombongan Putra Mahkota Austria kemudian naik kereta api ke Cianjur dan menginap di sana. Hari minggunya ia berburu menjangan di Cianjur. Rombongan menginap di rumah bupati dan ikut undangan pesta di rumah Bola Cianjur. Pada waktu itu Cianjur adalah kota utama di Priangan sebelum akhirnya Bandung berkembang hingga ada sebuah rumah bola (Societet Concordia) di kota ini. Putra mahkota diberitakan berani mengunjungi ribuan orang yang memadati alun-alun untuk melihat sosoknya.

Kegiatan berburu menjangan dimulai minggu pagi. Putra mahkota ditemani Residen dan Bupati Cianjur. Penggiringnya sampai 37 kahar (delman). Putra mahkota diceritakan membunuh 4 ekor menjangan ukuran besar hanya dengan delapan tembakan dan dalam tempo dua jam. Pukul lima sore rombongan kembali ke Gadog, Cianjur. Juga tidak diceritakan apakah daging menjangan ini kemudian dimakan rombongan, diberikan pada warga atau dibiarkan mati kemudian dikubur untuk kesenangan bangsawan itu?

Keesokan harinya Senin 17 April 1893 Putra Mahkota ke Cidamar berburu macan, badak dan sampi hutan (banteng?). Kali ini tidak ditemani ambtenaar. Hanya Raden Suria Di Raga, wedana distrik Cikalong menemani. Wedana ini dapat persen dari putra mahkota uang F100 karena mau menggerakan 20 orang rakyatnya menggiring menjangan agar bisa ditembak Putra Mahkota Austria. Ketika pulang ke Batavia Bupati Cianjur mendapatkan hadiah dari putra mahkota Austria itu berupa satu tempat rokok dan Raden Demang Patih Cianjur dapat hadiah satu cincin intan kecil.

Putra Mahkota Austria dikabarkan pulang ke Bogor dan dari kota itu naik kereta api ke Batavia. Di antara penjabat Hindia Belanda yang mengantarkan Konsul Fock dan Gubernur Jendral. Sementara Residen dan Asisten Residen Batavia menyabut di Stasiun Gambir. Dia naik kapal kaiseran Elizabeth dari Tanjung Priuk untuk bertolak ke Australia, plesiran sang calon raja berikutnya. Perburuan terakhirdi Tanah Priangan diceritakan anak raja itu gagal membunuh macan dan badak, tetapi berhasil membunuh beberapa ekor monyet dan rupa-rupa burung. Semua untuk kesenangan bangsawan itu [3]

Dua putra mahkota dari dua kerajaan besar di Eropa jalan-jalan di Tanah Priangan pada awal 1890-an. Nicholas II dan Frans Feridnand petualang pada usia muda. Keduanya sama-sama mengalami akhri yang tragis.

Pangeran Hidayatullah di Cianjur

Bintang Barat edisi 5 Februari 1892 menyinggung tentang kehidupan Pangeran Hidayatullah dari Banjarmasin. Pangeran itu dibuang ke Cianjur oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda bersama istri, anak-anak dan pengikutnya pada 1862. Setelah 30 tahun tinggal di pengasingan perilaku Pangeran Hidyatullah dianggap sudah tidak lagi menunjukkan sikap perlawanan atau berkelakukan baik. Surat kabar itu memberitakan antara lain:

Dan sebab pangeran itoe soeda ada berdiam di Tjiandjoer lamanja 30 tahoen, sehingga gourvernment telah menilik bahoewa selamanja itoe, Pangeran Hidajat tiada sekali kelakoeannja jang bole ditjela, maka gouverment telah memberi gandjaran seriboe ropia padanja dan dikoeasakan poela pada Kepala negeri di Tjiandjoer akan kasih permisi pada Pangeran Hidajat, tiap-tiap seboelan boeat pergi melantjong bersoekaati ka Bogor, Betawi atau ka Soekaboemi.

Sejarawan tentang Indonesia MC Rickleff dari Australia menyebutkan bahwa tindakan Belanda yang tidak mengakui Pangeran Hidayatullah yang populer di kalangan rakyat menyebabkan meletusnya Perang Banjarmasin pada 1859. Belanda lebih menyukai Pangeran Tamjidlah yang memberikan konsesi ekonomi [4]. Sejarah mencatat Pangeran Hidayatullah, kelahiran Martapura 1822 ditawan tentara Belanda pada 1862 dan kemudian diasingkan Cianjur dan wafat 1904 di Tanah Priangan.

Pangeran Hidyatullah (kredit foto kredit foto : syahminan.blogspot.com)
Pangeran Hidyatullah (kredit foto kredit foto : syahminan.blogspot.com)
Berita itu memberi informasi bahwa Bogor dan Sukabumi sudah menjadi tempat wisata. Buku karya ahli geografi dan pelancong dari Amerika Serikat Eliza Ruhamah Seidmore yang berkunjung ke Jawa pada 1890-an mengkonfirmasi hal itu. Dalam Java: The Garden of The East, cetakan Singapur, 1984 (terbit pertama pada 1897) disebutkan sejak pertengahan abad ke 19 tanaman teh dirintis Tanah Priangan, mulanya bibit dari Cina dan Jepang pada 1826, tetapi kurang berkualitas. Kemudian 1865 the dari India lebih cocok. Kebun teh ini berkembang antara Bogor dan Sukabumi. Eliza mengunjungi sebuah

Irvan Sjafari

Tasikmalaya, Garut dan Pendakian Papandayan Akhir Abad ke-19: Pengalaman Seorang Penulis Geografi

Catatan Kaki:

  1. http://rbth.com/arts/history/2016/05/17/when-nicholas-ii-caught-singapore-off-guard_593667
  1. http://www.spiegel.de/international/zeitgeist/diary-of-archduke-franz-ferdinand-details-1892-journey-around-world-a-886196.html disebutkan antara lain Pada bulan Desember 1892, Ferdinand, yang berusia 28 tahun pada waktu itu, berlayar dari pelabuhan Mediterania Trieste di papan SMS Kaiserin Elisabeth   menuju Amerika Utara melalui India... kapal ini juga disebutkan dalam harian Bintang Barat.
  2. http://www.spiegel.de/international/zeitgeist/diary-of-archduke-franz-ferdinand-details-1892-journey-around-world-a-886196-2.html juga mengkonfirmasikan perjalnan Frans Ferdinand ke Australia.
  3. Merle Calvin Rickleff, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: Gajah Mada University Press, 2005 halaman 299

Sumber Primer :

Bintang Barat, 18 April 1890, 16 Desember 1890, 31 Desember 1890, 10 Maret 1891, 5 Februari 1892, 15 Maret 1893, 1 April 1893, 10 April 1893, 11 April 1893, 12 April 1893, 17 April 1893, 19 April 1893, 20 April 1893, 27 April 1893, 3 Mei 1893, 9 Mei 1893, 16 Mei 1893, 24 Mei 1893

Sumber foto:

Frans Ferdinand (kredit foto der Speigel)

Nicholas II (Getty images/www.rbth.com)

Panegran Hidayatulah (kredit foto : syahminan.blogspot.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun