Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yvonne Jaquet, Tokoh Balet Kota Bandung 1950-an Akhir

8 Juli 2016   14:53 Diperbarui: 8 Juli 2016   15:05 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iklan di Pikiran Rakjat edisi 20 Juli 1959 menginformasikan bahwa International School of Classical Ballet Yvonne Jaquet mengadakan pertunjukkan ballet “A Night of The Ballet” di Yayasan Pusat Kebudayaan Jalan Naripan Bandung pada 24 dan 25 Juli 1959. Harga tiketnya Rp25, Rp20 dan Rp15. Pertunjukkan yang disuguhkan anak asuhan Yvonne Jaquet mendapatkan sambutan. Itu sebabnya pada 30 dan 31 Agustus 1959 sekolah baletnya kembali mementaskan “A Night of The Ballet” di tempat yang sama. Hanya saja pada dua pertunjukkan kedua ditambahkan dua tarian baru, yaitu “Sleeping Beauty” dan “A Rose and A Nightingale”.

Informasi ini menarik karena menunjukkan bahwa kota Bandung adalah salah satu sedikit kota di Indonesia yang mempunyai seni pertunjukkan yang beragam, mulai dari seni tradisional bernuansa Sunda hingga yang kental dengan pengaruh Barat. Khusus untuk balet tampaknya hanya Bandung, Surabaya dan Jakarta yang mempunyai sekolah ballet. Namun banyaknya orang Eropa yang masih bermukim di kota kembang ini hingga akhir 1950-an membuat sekolah-sekolah balet ini punya eksistensinya, sekalipun peminat sekolah balet datang dari berbagai etnik. Terdapat empat sekolah balet termasuk International School of Classical Ballet di kota Bandung.

Majalah Aneka nomor 18/X/20 Agustus 1959 mereview pertunjukkan balet itu menyebutkan bahwa Yvonne Jaquet sendiri ikut menari dalam pertunjukkan “Dying Swan” ciptaan Forkine bersama penari tamu Willem Roemers dari Sekolah Tari Ballet Indonesia Jakarta. Artikel itu menyebutkan penari Tjauw Tjun Liem mempersona penonton dengan senyumannya. Sementara Siti Arini yang bertubuh mungil menarikan “La Fillete Fastaques” secara tunggal. Begitu juga pertunjukkan “Springtime” mempersona para ibu karena keterampilan para pebalet cilik.

The Internasional School of Classical Ballet Bandung berdiri pada 1955. Yvonne mulanya bekerja pada sekolah ballet yang dikelola Gina Meloncelli pada 1953, sebelum ia memutuskan membuka sekolah ballet sendiri. Awalnya ia hanya mempunyai 10 murid yang umurnya di bawah 10 tahun. Jumlah muridnya kemudian bertambah berusia antara 5 hingga 25 tahun. Tidak semua muridnya perempuan, ada juga berapa laki-laki.

Pada 1959 sekolah ballet ini memiliki sekitar 150 murid. Murid-murid sekolah balet itu kerap keluar masuk, terutama dari kalangan warga negara asing. Mereka ada yang pulang ke negerinya seperti Belanda, RRC atau Inggris. Untuk belajar di sekolah ini setiap murid dipungut biaya Rp50/bulan. Menurut Yvone dalam sebuah wawancara untuk Anekapada 1959 diperlukan sepuluh tahun paling tidak untuk menguasai ballet klasik. Itu pun belum tentu bisa disebut ballerina. “Seorang ballerina harus bekerja seumur hidupnya,” kata Yvonne.

Pertunjukkan pertama sekolah ini pada 28 Maret 1956 di Yayasan Pusat Kebudayaan dengan judul pementasan “Duimelisje” atau seorang gadis yang besarnya hanya seukuran jempol. Pertunjukkan kedua “De Kleine Zimmermin” atau Putri Duyung dipentaskan di Lyceum pada 26 Januari 1957. Pertunjukkan ketiga diadakan di Panti Budaya Bandung pada 1957. Total lima pertunjukkan sudah diselenggarakan Dosen Luar Biasa Akademi Pendidikan Jasmani di Bandung ini.

Sayangnya baik Pikiran Rakjat maupun majalah Aneka tidak memberikan informasi yang cukup tentang apa dan siapa Yvone Jacquet lebih jauh. Tetapi pertunjukkan balet yang diselenggarakannya mempunyai pasar sendiri di kota Bandung. Yvonne Jaquet sendiri kepada Aneka hingga pertengahan 1959 menyebutkan bahwa ia tidak mengadakan pertunjukkan di kota lain. Namun timnya sudah diundang untuk tampil ke kota-kota lain.

Irvan Sjafari

Majalah Aneka, nomor 18/X/20 Agustus 1959, nomor 23/Tahun X/ 10 Okotber 1959.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun