Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Pariwisata Bali (2) 1950-1960-an: Awal Industri Pariwisata di Negeri Fajar Dunia

19 Mei 2016   14:33 Diperbarui: 19 Mei 2016   14:39 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah Le Mayeur digambarkan agak kecil, tetapi halamannya penuh kembang.

Dari Sanur, rombongan dibawa ke Bona untuk menyaksikan Tari Kecak. Dalam laporan ini disebutkan bahwa jumlah penari mencapai 150 orang, menari mengelilingi lampu minyak yang digantung pada sebuah tiang. Di samping melihat Tari Kecak, rombongan juga melihat Tari Lagong dan Tari Barong. Rombongan singgah di Bedugul, suatu tempat peristirahatan pegunungan yang sangat baik letaknya, hawanya sejuk dan nyaman dengan panorama telaga yang agak luas.

Tempat lain yang dikunjungi adalah Mengwi, tempat sebuah pura dengan Taman Ajun dengan pagoda-pagoda di dalamnya memuja Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Mereka juga mampir di Tampaksiring dekat Istana Presiden di mana terdapat satu mata air disebut Tirta Empul, airnya dianggap suci bagi Orang Bali. Di tempat ini para wisatawan bisa membeli barang-barang kerajinan tangan berupa ukiran dari tulang dan kayu.

Laporan ini kurang deskripsi, tetapi informasi yang disampaikannya banyak kesamaan dengan disampaikan wartawan Star Weekly, tentang Le Mayeur dan Tirta Empul. Selain itu terkesan bahwa obyek pariwisata di Bali masa itu terpusat di Timur Selatan. Bagian Bali Barat digambarkan tidak mempunyai pemandangan yang bagus.

Majalah yang diterbitkan oleh lembaga yang sama berjudul Bulletin Tourisme pada April 1960 memuat informasi tentang tarif hotel di Bali yang cukup mahal. Bali Hotel misalnya menyediakan kamar dengan kamar mandi di dalam dengan tarif Rp 336 per tempat tidur atau Rp588 jika si pelancong ingin kamar sendiri. Sanur Beach Hotel menawarkan Sembilan kamar dan tujuh di antaranya private masing-masing dua tempat tidur dengan tariff Rp157,50 per orang. Terdapat juga Segara Beach Hotel dengan Ida Bagus Kompiang sebagai Managing Director2 menawarkan penginapan dengan bungalow lengkap dengan private toilet dan shower, 12 twinbed untuk 24 orang. Untuk Grade A per bungalow Rp306,25 atau Rp175 per orang/per hari. Grade B dipatok Rp236,25 atau Rp135 per orang/per hari.

Sejak 1 November 1961 Garuda Indonesian Airways membuka penerbangan malam dari Jakarta ke Denpasar setiap Senin dan Jum’at. Pesawat digunakan jenis Convair 440 metropolitan. Penerbangan ini awal bahwa Bali sedang menuju Industri Pariwisata.

Agenda Palebon Ide Anak Agung Ngurah Agung Agustus 1961

Saya juga mengoleksi Buku Acara dari Atjara Karya Pitra-Yadnja Palebon untuk Arwah jenazah Ide Anak Agung Ngurah Agung, yang ditulis pada 1961. Ide Anak Agung Ngurah Agung adalah bekas Raja Gianjar (1892-1960). Disebutkan acara berlangsung pada 10-19 Agustus 1961. Dalam buku disebutkan dalam penghidupan orang Bali yang menganut Bali-Hindu tiap tingkat yang penting dalam hidupnya disertai oleh upacara-upacara yang ditentukan. Besar dan kecilnya upacara ditentukan oleh kedudukan yang bersangkutan dalam tingkatan masyarakat.

Buat orang Bali soal kematian merupakan hal yang penting karena adanya kepercayaan azas reinkarnasi. Kematian adalah suatu masa peralihan yang sangat penting di mana roh diharapkan menuju pada suatu tingkatan dan kedudukan yang lebih penting. Pemujaan dan upacara yang ditujukan kepada roh ini disebut Pitra Yadnya (pitra= roh, yadna=usaha-upacara). Salah satu tingkatan daripada upcara Pitra Yadnya ini ialah pembakaran mayat, bagi paar pelacong dari luar dan dalam negeri, serta ummat Hindu Bali sebagai Palebon. Tujuannya memulangkan kembali rohani dan jasmani manusia kepada asalnya.

Buku setebal 49 halaman ini memuat rincian acara. Misalnya pada hari pertama 10 Agustus 1961 sekitar 15.30 keluarga Puri Agung Gianjar berkumpul di Pelebahan Loji. Mereka menuju ke Rangki guna mengusung serta memindahkan jenazah Sri Paduka Ide Anak Agung Ngurah Agung ke Sumanggen. Pada hari itu sekitar pukul 18.00 Padanda (pendeta) mulai mepuja ngaturang ajaban. Pada hari itu ada persembahyangan, serta para semeton dituri santapan bersama. Kegiatan hari pertama diakhiri engan Tontonan Tantri selusupan dari Gianjar.

Pada 11-17 Agustus 1961 acara dimulai pukul 7.30 dengan tetabuhan. Selain persembahjangan pada malam hari pukul 19.00, terdapat berbagai tontonan seperti wayang kulti dari Sukawati,tontonan gambuh dari Batuan di Djeroning Ancak Saji, tontonan topeng dari Babatuan, yang menarik para pelancong. Terdpaat juga Tontonan Arja dari Gianjar dan Tontonan Legong Kraton. Pembakaran jenazah sendiri dalam buku itu diajdwalkan pada 18 Agustus 1961 pukul 17.30 dan pembuangan abu dilakukan keesokan harinya, pukul 19.00 19 Agustus 1961 di pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun