Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bandung 1959 (7) Bioskop Pasca Nasionalisasi dan Dinamika Bisnis Pariwisata

6 Mei 2016   16:55 Diperbarui: 6 Mei 2016   17:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil lain dari konferensi pengusaha hotel, penginapan dan rumah makan ini ialah membentuk organisasi gabungan dengan Ketua dipimpin Mohammad Saddak (Hotel Homann), Wakil Ketua Raden Seroean (pemilik Hotel Cipayung), Sekretaris J. Rasyid (PB Kensi Jawa Barat), Sekretaris II AJ Manulang, Bendahara Palar (Grand Hotel Preanger). Pengurus lainnya adalah Tambajong (Direktur hotel Orient) dan MT Sukardi (Direktur rumah Makan Ambassador).

Dengan demikian para pelaku wisata di Kota Bandung sudah menggagas pariwisata dikelola secara profesional dan memikirkan aspek internasional, suatu hal yang baru. Lagi-lagi Bandung yang menjadi pelopornya. Gairah bisnis pariwisata ini terasa pada triwulan pertama 1959 ketika setidaknya dua hotel baru dibuka. Yang pertama Hotel Tirtha Nirmala di Jalan Cipaganti 96 dibuka pada 1 Februari 1959. Pembukaannya diramaikan dengan kesenian degung dari mahasiswa yang tergabung dalam IMABA. Hotel kedua dibuka pada 15 Februari 1959 yaitu Hotel Juminto berlokasi di Jalan Imam Bonjol 19 (Pikiran Rakjat, 3 Februari dan 19 Februari 1959).

Pelaku bisnis pariwisata besar kian agresif menawarkan acara-acara di hotel yang tidak saja Barat, tetapi juga tradisional untuk menggaet wisatawan asing dan dalam negeri yang menyukainya. Misalnya Grand Hotel Lembang pada 14 Februari 1959 mempertunjukkan Gamelan Pusaka Sunda pimpinan OO Soemadinata dan penari Euis Tutjuranawati, Maemunah dan Mimih Rosmidi. Mereka juga menyelenggarakan cara dansa dengan iringan band kondang di Bandung The Cubaba Tiger di teras kolan renang. (Pikiran Rakjat, 14 Februari 1959).

Seminggu kemudian giliran IMABA menyelenggarakan malam hiburan di Hotel Savoy Homann dengan empat band terkenal The Young Brothers, Silver Bell Combo, serta The Eight Seven Six. Mereka membawakan lagu-lagu yang hits masa itu, yatu Tom Dooley, Hula Love At The Hop, King Creole, Little Darling. Hiburan untuk kasih tercinta ini dibandroll dengan tiket Rp25 (Pikiran Rakjat ,16 Februari dan 21 Februari 1959).

Mahasiswa dan pelajar di Kota Bandung memang gemar mengadakan malam gembira menjelang atau selepas ujian (sekalipun ada yang menyelenggarakan untuk amal), seperti katarsis. Tidak saja di hotel. Pelajar SMAN III Bandung pada pertengahan Februari 1959 menggelar Malam Gembira di Ruangan Bank Tabungan Pos dengan tarian Minang dan Medan. Tradisi selepas ujian ini diakui Direktur SMAN III Bandung Sundoro. (Pikiran Rakjat. 17 Februari 1959). Awal Maret 1959 giliran Gerakan Mahasiswa Bandung menyelenggarakan Batik Charity Night juga di Hotel Savoy Homann dengan dukungan ahli make up masa itu Trsityana (Beauty Salon), serta Rias Rambut oleh betty Kapsalon, serta tata gaya Glamour School pimpinan Nyonya E. Kusumanagara (Pikiran Rakjat, 5 Maret 1959). Lomba batik kembali mengantarkan Poppy Zoechra menjadi pemenang lomba untuk pakaian umum, sport). Pemenang kedua bernama Ikke Marina. Lomba juga diadakan untuk pakaian sore (pemenangnya tidak nama lengkap disebut Dini, Irene Tan dan Nani Pianta), Pakaian Malam (Blodine Hutabarat, Irena Tan dan Lely s). untuk kebaya ada nama Inat Prawirakusumah dan Lina Tan Hasil Batik Charity Night disumbangkan untuk PMI Bandung dan Rumah Buta (Pikiran Rakjat, 9 Maret 1959).

Pergelaran juga diselenggarakan untuk anak-anak. Minggu 1 Maret 1959 Taman Lalu Lintas Bandung menyelenggarakan pemilihan Pangeran Kumis dan Ratu Sanggul dalam acara yang disebut sebagai Fancy Fair. Ading Sentot seorang bocah umur 3,5 tahun begitu menggemaskan dengan kumis palsu ditunjuk sebagai pemenang. Sementara bocah perempuan Oej Lan juga seusia dengannya menjadi Ratu sanggul. Sebuah majalah di Jakarta sampai terpukau begitu seringnya kota Bandung mengadakan kontes bahkan untuk anak-anak (Pikiran Rakjat, 3 Maret 1959).

Komunitas skuter juga menunjukkan aktifitasnya. Pada pertengahan April 1959 Mukti Service Bandung di Jalan Gadapura mengadakan trip ke puncak melewati Sidanglaya Cianjur pulang-pergi (Pikiran Rakjat, 17 April 1959).

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun