Â
Â
Pebisnis sepatu lainnya ialah Inteun Wulansari.  Alumnus Fakultas HukumUniversitas Parahyangan 2002  ini memulai bisnisnya sejak bangku kuliah dan mendapat inspirasi dari kakaknya. Bisnis sepatu dengan brand proudly dimulai dari sebuah grasi dan dia sendiri yang mendisain sepatunya. Bisnis Inteun berkembang hingga  mempunyai sebuah toko sepatu di kawasan Buahbatu  sejak 2012.
Â
Hera Susanti memutuskan menjadi pengusaha setelah memulai bisnis dengan menjadi reseller produk sandal orang lain orang lain.  Awal 2014 perempuan kelahiran 11 Juni 1989 merintis produksi apa yang disebut sebagai  sandal pelangi dengan brand  Mimoy.  Alumnus  Jurusan Adminsitrasi Niaga Politeknik Bandung ini mendirikan sebuah rumah produksi di kawasan Rancaekek dengan tiga karyawan.  Dalam enam bulan rumah produksinya mampu memproduksi 50 kodi sandal per bulan.  Hanya dalam waktu enam bulan Hera mempunyai tiga resller di Kota Bandung dan dua puluh di luar kota kembang itu. Produknya dijual antara Rp 25 ribu hingga Rp 40.000/per pasang.
Â
Kuliner
Wiraswasta muslimah ini  terjun di bidang kuliner. Anngi Caesariani, di antaranya menawarkan produk kue-kue klappertart, chic, choux, frozen churros, Cinnamon rolls lewat brand-nya Dapur Bubun.  Perempuan kelahiran 17 Januari 1984 ini  menggunakan media sosial untuk pemasaran bisnis dari  alumnus biologi FMIPA Universitas Padjadjaran.  Kue-kue  ini  sepintas lalu sebetulnya kue-kue yang lazim terdapat di pasar, namun keunggulan produk Dapur Bubun adalah pada kreatifitas pengembangannya.
Â
Punya banyak pengalaman berwirausaha sejak kelas 2 SMA menjadi modal tersendiri  bagi Yasundari Rani Kartawiria (kemudian menggunakan nama Yasundari Rinandita)  untuk mendirikan owner produk Thai tea asal Bandung, bermerek ‘SAY Tea’.  Alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini jatuh hati pada teh asal Thailand ini ketika ia mengajar Bahasa Inggris di dekat rumahnya, di kawasan Antapani.  Yasundari kemudian mencoba sendiri membuat racikan teh dengan berbagai rasa seperti advocado, pisang, stroberi, cokelat.Â
Perharinya, rumah produksi ‘SAY Tea’ bisa memroduksi sampai 400-an botol/cup yang dibandroll sekitar Rp 10.000 per cupnya.  Bisnis yang ia rintis pada 2013 hingga kini mempunyai lebih dari sepuluh reseller  baik di Bandung dan  di berbagai daerah.  Selain mengunakan online dan media sosial SAY Tea juga dipasarkan secara konsinyasi di beberapa rumah makan di Kota Bandung.