Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Nyamuk Aedes Aegypti Sudah Kebal Fogging

18 Maret 2016   21:32 Diperbarui: 19 Maret 2016   01:30 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilsutrasi kegiatan fogging di pemukiman (kredit foto CNNindonesia)"][/caption]Tampaknya  Indonesia  masih menghadapi  masalah kesehatan Demam Berdarah karena terjadi beberapa perkembangan baru yang tidak baik.  Fogging yang dianggap bisa mengurangi nyamuk yang berperan sebagai vektor, ternyata  semakin tidak efektif.  Sudah ada beberapa peringatan mengenai akibat fogging serampangan.   

Namun selama ini tidak disertai bukti penelitian,  sampai  hasil penelitian guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Upik Kesumawati selama 2014  hingga 2015  membuktikan nyamuk Aedes Aegypti dari 35 kelurahaan (35 galur) di Kota Bogor telah kebal terhadap tiga golongan insektisida yang  kerap dipakai untuk pengasapan.  Penelitian itu dirilis di Bogor, 17 Maret yang lalu.

Di satu sisi status kekebalan dari tiga jenis insektisida itu  berbeda-beda.  Menurut penelitian Upik 74% nyamuk kebal terhadap malation (golongan organofosfat), 63%  resisten terhadap bendiokart (golongan organokarbamat, serta 86%  resisten terhadap deltametrin (golongan piretroid sinetrik).  Bahkan terdapat fakta 80% galur nyamuk  kebal terhadap  lebih dari satu golongan insektisida.  Namun secara keseluruhan hasil penelitian ini merupakan alarm bagi Dinas Kesehatan Kota Bogor  lebih seksama memilih jenis insektida untuk mengendalikan vektor.  

Dinkes Kota Bogor  perlu memiliki peta resistensi dan rotasi penggunaan insektisida.   Pemberian insektisida terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan nyamuk resisten. 

Penelitian Upik juga menunjukkan gaya hidup manusia modern menciptakan habitat baru bagi nyamuk aedes agypti.  Data yang dimiliki Upik pada 8 lokasi  penelitiannya menunjukkan varian berbeda  bebas jentik,  mulai  dari 17,8% hingga 88,5%.   Angka ini memberikan peluang terjadinya transmisi penyakit. Suatu kawasan bisa disebut aman kalau bebas jentik di atas 95%.  Banyaknya taman-taman baru di Kota Bogor  bisa memberikan peluang bagi nyamuk-nyamuk untuk bersarang.  Mereka tidak hanya bisa bersarang di tempat air atau pot, tetapi juga beberapa jenis pohon yang ditanam daunnya bisa menyimpan air.

Selain Upik,  pada  awal Maret  lalu  Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLP) Yogyakarta yang membawahi Jateng-DIY, juga  mengeluarkan peringatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) di semua daerah unuk memperketat tindakan fogging (pengasapan) di lapangan.  Kepala BBTKLPP, Hari Santoso melarang tindakan fogging dengan menyebutkan  hasil survei menunjukkan fogging itu sangat berbahaya dan justru membuat nyamukaedes aegypti menjadi semakin kebal.

Kecurigaan  bahwa nyamuk sudah kebal  terhadap obat fogging  dilontarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pada 10 Februari  yang lalu  Kepala dinkes kabupaten ini, Naniek Isnaneni seperti dirilis Tempo 10 Februari 2016   meminta Kementerian Kesehatan mengirim tenaga ahli untuk meneliti nyamuk penyebar virus demam berdarah di Kabupaten Tangerang. Diduga nyamuk telah kebal (resisten) terhadap obat fogging yang selama ini digunakan. Naniek menduga nyamukaedes aegypti ini kebal terhadap  obat fogging jenis aspasida dan malation (salah satu yang disimpulkan peneliti Upik). "Kami meminta agar dilakukan penelitian untuk membuktikan nyamuk di sini sudah mutasi gen," ujarnya.

Perkembangan  lain  berhubungan  dengan Demam Berdarah  ialah   penemuan vaksin yang digadang-gadang  bakal bisa menangani  DBD,  ternyata  belum  tentu efektif.  Awal  Februari  lalu Kepala Unit Dengue Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Tedjo Sasmono, di Jakarta,  mengungkapkan dari aspek virologi, tak ada perubahan ataupun mutasi virus dengue di Indonesia.   Empat  jenis serotypevirus dengue yang ada di Indonesia   DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Tiap tipe memiliki subtipe atau strain hingga ratusan.   Banyaknya variasi strain itu mempersulit upaya menemukan vaksin dengue terbaik.   Akibatnya orang yang kebal satu jenis virus dengue belum tentu kebal tipe lain. Kini, vaksin dengue dalam tahap izin di Kementerian Kesehatan.   Jika nantinya vaksin bisa beredar, itu tak menjamin penyebaran dengue bisa diatasi karena rantai virus dan vektornya tak putus.                                                                                                                     

Irvan  Sjafari

Sumber: Pikiran Rakyat, 18 Maret 2016,

Stop Fogging Nyamuk. Ini Bahayanya

Penanggulangan DBD Semakin Sulit

Pemerintah Tangerang Ingin Nyamuk Demam Berdarah Diteliti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun