Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Seandainya Kembali ke Gaya Belanja 1950-an hingga 1970-an, Ketika Kantong Plastik Belum Marak

22 Februari 2016   17:11 Diperbarui: 24 Maret 2016   21:45 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jujur, saya senang sekali kalau berbelanja dengan tas kain atau tas anyaman (apalagi dengan desain gaul seperti kata Kang Emil, Wali Kota Bandung) hilir mudik di pasar tradisional yang bersih,nyaman dan aman. Kemudian mampir  makan di rumah makan di pinggir jalan atau kaki lima yang juga nyaman (daripada di kafe mahal). Kalau perlu di kota  mobil, sepeda motor tidak banyak ya, serta kendaraan umum tersedia nyaman. Seru kali ya, kalau membawa belanjaan plus barang  seperti buku, barang elektronik dengan tas dengan tas kain/ tas anyaman  naik  transjakarta? (Maaf saya tidak punya mobil). Jangan lupa pedestrian harus sempurna dengan halte tempat berteduh memadai hingga kalau hujan turun pejalan kaki yang bawa  barang belanjaan tidak basah.    

Bandung mungkin mencapai hal ini, disimak dari langkah-langkah kebijakan pemerintah kotanya beberapa tahun terakhir ini.  Dari segi penerapan kantong plastik berbayar saja Bandung sejauh ini konsisten. Di Depok, kota saya sejumlah supermarket dan mini market mengaku belum ada perintah untuk menerapkan. Saya juga berbelanja di sebuah mini market di kawasan Fatmawati, Jakarta  ternyata belum menerapkan tarif Rp. 200/kantong.  

Pada Agustus  2015  lalu Kota Bandung mengklaim  ksatu-satunya kota di Indonesia yang memiliki Perda Pengurangan Kantong Plastik, yaitu Perda no.17/2012.    Sebanyak 90 persen anggota ritel yang tergabung pada asosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo) di  Kota Bandung  sudah mengkampanyekannya.  Tiga pasar yang sudah menggunakan keresek ramah lingkungan, yakni pasar Kosambi, Sederhana dan Karapitan. Sementara ritel yakni Hypermart, Carrefour, Giant, Lottemart, Borma, Yogya, Griya, Superindo, Indomaret, Alfamart, Alfamidi, Yomart, Circle K, Matahari, Metro, Ramayana dan Ace Hardware. 

Pada November 2015 pihak PD Pasar Jaya Bandung mengklaim 7 pasar yang telah menggunakan kantong plastik ramah lingkungan yaitu Pasar Sederhana, Kosambi, Karapitan, Astana Anyar, Cihaurgeulis, Gedebage dan Pasar Kiaracondong. Kantong plastik ramah lingkungan terbuat dari bahan singkong yang bisa terurai dalam tanah dalam jangka waktu 1-2 tahun. Belum lagi program bank sampah yang bisa menukarkan sampah plastik dengan buku bacaan, hingga gerakan pungut sampah.

Saat ini saya mematuhi gerakan ini. Tadi pagi saya berbelanja di sebuah pasar swalayan dengan tas ramah lingkungan produk pasar swalayan itu.  Tadi siang saya berbelanja di mini  market di kawasan ITC Fatmawati  menggunakan kantong plastik bekas (reuse) dan menolak diberikan kantong plastik baru, walau masih berbayar.   

Irvan Sjafari        

Sumber lain:

3 Pasar dan 17 Ritel di Bandung yang Pakai Plastik Ramah Lingkungan

Kantong Ramah Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun