[caption caption="Anak-anak boleh bermain apa yang dibutuhkannya."]
Berawal dari BSB Alang-alang
Dua dari lima instruktur di KAIT ini sudah saya kenal sewaktu mengunjungi Bermain Sambil Belajar (BSB) Alang-alang di kawasan Ciawi hampir empat tahun lalu ( Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/jurnalgemini/intip-belajar-sambil-bermain-alang-alang-di-ciawi_550de466813311c72cbc6012 ) dan http://www.kompasiana.com/jurnalgemini/falsafah-burung-hantu-di-bsb-alang-alang-ciawi-bogor_5510dd5b813311573bbc7094). Kedua sahabat saya itu, Tuti Lestari, 25 tahun bukan lagi siswi SMK tetapi seorang ibu rumah tangga yang juga menimba ilmu di universitas terbuka, sekaligus instruktur utama.
Tuti ini bahkan dulu didikan BSB Alang-alang ketika masih kanak-kanak. Lainnya adalah Nova Agnesha, 29 tahun yang saya kenal juga di Ciawi, Bogor. Ibu rumah tangga ini juga menimba ilmu di jurusan komunikasi sambal menjadi instruktur. Dia punya cita-cita tak ingin perempuan di daerahnya (dipaksa) menikah muda, pendidikannya terbengkalai hingga menyadari soal kesehatan reproduksi. Selain di Pamulang dan KAIT di Ciawi, Nova juga mempelopori sebuah lembaga pendidikan di kampungnya untuk menyiapkan anak-anak agar menjadi SDM yang cakap di berbagai bidang, di antaranya wisata. Apalagi Disneyland dikabarkan akan didirikan di daerah Lido. “Saya tidak ingin anak muda kampung kami hanya menjadi tukang sapu atau menjadi tukang ojek,” katanya.
Alang-alang kini sudah merambah. Anak-anak yang dididik di lembaga ini merupakan salah satu contoh masyarakat madani. Sewaktu saya berkunjung ke BSB Alang-alang di Ciawi, saya diajak melihat aktifitas sosial memberi makan lansia yang terlantar di rumah gubuk oleh para remaja. Nah anak-anak di sini diajar mengetuk rumah tetangga menawarkan kue yang mereka buat bersama (tentunya dibawah bimbingan) dalam program cooking. Inilah lembaga pendidikan yang mengajak anak bermain sambal belajar sekaligus menanamkan ahlak.
Saya tidak tahu bisa berkata apa kalau ada anak kecil –di kompleks perumahan di Jakarta (dan sekitarnya) kerap tidak mengenal tetangganya- tiba-tiba mengetuk rumah dan menawarkan: “Om, mau kue yang saya buat?” Sambil memperlihatkan wajahnya yang polos.
Irvan Sjafari (bersama anak-anak PKL SMK Link and Match, Ogi Shonya Tiara, Riko Septian, Dafa Nugraha)
Foto-foto dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H