Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

(Review) “The Forest” Pencarian Saudara Kembar di Hutan Aokigahara

12 Januari 2016   21:17 Diperbarui: 13 Januari 2016   16:56 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi para  wisatawan  datang mengunjungi Gunung Fujiyama di Jepang  untuk   menikmati panorama alam gunung bersalju  dan hamparan hijau di kaki bukitnya, bahkan bagi mereka yang suka  wisata petualang bisa mendaki gunung yang memiliki tinggi 3776 meter ini.   Tetapi ada bagian dari gunung ini  yang mempunyai sejarah menakutkan yaitu hutan Aokigahara, seluas 14 mil persegi.  

Hutan ini menjadi tempat favorit untuk  bunuh diri (nomor dua di dunia sesudah jembatan San Fransisco)  dan tempat pembuangan bagi  orangtua yang tidak mau lagi dipelihara anaknya.   Bagi orang Jepang  femonena ini disebut ubate. Selain itu kawasan ini dihubungkan dengan mitologi Jepang  berkaitan sebagai tempat setan. 

Legenda Aokigahara  ini menjadi inspirasi film The Forest.  Konon mereka yang mempunyai “kesedihan” terlarang untuk  hutan ini karena bisa tertipu.  Mereka yang serampangan untuk masuk hutan ini bisa bertemu “yurei” (semacam hantu).    Hutan dan  “yurei”  tidak mematikan “mangsanya” dengan mencekiknya  seperti dalam film horor  urban legend  tetapi mereka membuat “mangsanya” tertipu dan ingin mati dan kematian diakibatkan oleh tindakan mangsanya sendiri.

Sara Price (Natalie Dormer)  mendapatkan berbagai peringatan dari penduduk lokal  agar tidak keluar dari jalan,  tidak  masuk hutan dalam keadaan sedih.  Namun tetap saja Sara  datang ke hutan Aokigahara untukmencari saudara kembarnya Jess Price  yang hilang di hutan itu ketika berdamawisata dengan murid-muridnya.  Karena mereka saudara kembar, seorang yang bisa memberi firasat bagi kembaran kalau dalam bahaya.  Jess  sendiri diceritakan guru sebuah sekolah menengah. 

Diceritakan bahwa ayah dan ibu Sara serta Jess tewas dalam sebuah kecelakaan ketika masih berusia enam tahun.  Sara mengunjungi sekolah tempat Jess mengajar dan mendapatkan  obat anti depresan di  ruangan Jess.  Dalam pencarian Sara dibantu oleh Aiden (Taylor Kinney), seorang penulis perjalanan dan Michi (Yukiyoshi Ozawa), pemandu lokal yang punya misi mencegah orang bunuh diri.         

Seperti plot cerita horor umumnya   penonton disajikan adegan menakutkan mulai  di rumah tempat mayat  dalam hutan ditemukan , seorang nenek-nenek berkeliaran dalam  penginapan,  mayat orang gantung diri di hutan.  Sara kemudian memulai pencarian Jess   bersama Aiden dan  Michi, tentunya dengan SOP menjelajah hutan itu. Mereka menemukan tenda tempat Jess  menginap dalam hutan. Di dalam tenda terdapat buku berisi puisi karya penyair Amerika abad ke 19  Sara Teasdale yang menjadi  favorit Jess dan obat-obatan.

Karena yakin akan naluri sebagai saudara kembar bahwa Jess masih hidup, Sara nekad menginap di tenda milik Jess. Michi memperingatkan akan malam yang panjang.  Aiden kemudian menawarkan diri ikut menginap.  Sampai di sini bisa ditebak Sara terbangun tengah malam dan    Sara kemudian bertemu   sosok perempuan yang juga  tersesat di hutan  bernama Hoshiko (Rina Takasaki) yang mengaku kenal Jess. Hoshiko  ini membisikan  bahwa ada yang tak beres dari Aiden.  Pertanyaanya Hoshiko ini   sungguhan atau dia yurei?  Apakah Sara  berhasil  menemukan saudara kembarnya?  Ending cerita  tidak mudah ditebak.   

Dari segi  gagasan The Forest orisinal dan lebih rasional  bagi saya.   Kematian bagi manusia  disebabkan tidak lagi bisa membedakan mana halusinasi dan mana yang realita.   Hanya saja sinematografinya tidak terlalu baru, lebih banyak mengagetkan daripada menakutkan.  Selain itu hantu wanita Jepang  seperti dalam The Ring   tetap dijadikan unsur  untuk menakut-nakuti,  sekalipun  sutradara juga memasukan unsur panorama hutan pinus  malam hari,  suara angin  sebagai unsur horor.  Ini  yang mengingatkan saya pada film Blair Witch Project (1999). 

Catatan penutup  syuting film ini dilakukan di Serbia, Eropa bukan di tempat aslinya di Jepang  (karena memang dilarang).  Itu artinya kalau saja syutingnya di tempat aslinya horornya bisa jadi lebih menakutkan.                                                                                                                                                                       

Judul  Film           :  The Forest

Sutradara            :   Jason  Zada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun