Bagaimana rasanya sudah sendirian di hutan pada musim salju, dalam keadaan terluka parah, hati remuk redam karena anak semata wayang tewas dibunuh kawan seprofesi? Tanyakan pada Hugh Glass (Leonardo DiCaprio) seorang pemburu kulit binatang sekitar 1820-an di Amerika. Belum lagi dia harus menghadapi ancaman binatang buas dan suku Indian yang tak kenal ampun. Revenant dalam kamus diadaptasi dari Bahasa Prancis punya arti kembali dari kematian, pas menjadi judul film ini. Bagi penggemar film petualangan The Revenant adalah tontonan menarik awal 2016.
Adegan awal sudah mencekam menggambarkan kerasnya alam Amerika. Glass dan anaknya Hawk (Forest Goodluck) berburu di hutan senyap untuk makan. Hawk adalah anaknya dari seorang perempuan Indian Suku Pawnee yang diceritakan sudah meninggal. Tak jauh dari sana kawan-kawannya dari sebuah tim ekspedisi pemburuan yang dipimpin Kapten Henri (Domhnall Gleeson) baku hantam dengan sekawanan Indian yang ingin merebut kulit hewan yang susah payah mereka kumpulkan. Dari 45 anggota ekspedisi hanya tinggal sepuluh orang.
Sejak awal penonton sudah diperkenalkan tidak saja dengan alam liar yang kejam, tetapi juga karakter yang keras. Glass kerap berhalusinasi tentang isterinya, pekerja keras dan mau hidup untuk anaknya Hawk. Ada Fitzgerald (Tom Hardy), seorang tentara bayaran yang mengawal ekspedisi itu sudah digambarkan begitu individualis, tidak suka pada anaknya yang berdarah Indian. “Dia hanya melihat kulit dan wajahmu yang merah!” cetus Glass pada anaknya.
Malapetaka timbul ketika seekor beruang Grizly menyerang dan melukai Glass. Henri kemudian memerintahkan Fitzgerald dan seorang anak muda bernama Bridger (Will Poulter) untuk menjaga Glass dan anaknya, sementara ia mencari bala bantuan. Namun yang terjadi Fitzgerald tidak amanah, malah membunuh Hawk, ketika Bridger sedang mengambil air di sungai. Fitzgerald membohongi kawannya bahwa Hawk sudah mati dan memaksa Fitzgerald meninggalkan Glass. “Kita harus memikirkan kepentingan sendiri!” ujar Fitzgerald. Tetapi Bridger tidak tega meninggalkan Glass setengah terkubur begitu saja, dia masih memberikannya tempat air minum.
Di cerita lain, Glass kemudian harus bertahan hidup mulanya bergerak dengan merangkak menyeret kakinya di tengah bumi yang membeku. Sampai kemudian ia ditolong seorang Indian suku Pawnee, kehilangan keluarganya ditumpas Suku Sioux. Mereka berkuda bersama dan Indian itu mengobati Glass dengan caranya. Sayang Indian itu tewas digantung kelompok ekspedisi Prancis yang juga menyandera seorang perempuan Suku Pawnee.
The Revenant benar-benar film jungle survival. Suatu adegan yang membuat saya bergidik, ketika Glass untuk bisa bertahan hidup dari kedinginan mengeluarkan isi perut kuda dan tidur semalaman di dalamnya. Glass harus meluncur di air sungai deras yang dingin dengan tubuh tanpa perlindungan melintasi jeram-jeram (grade 5 bagi penggemar arung jeram) agar terhindar dari serangan Indian yang mengejar rombongan kulit putih yang melarikan anak perempuan kepala suku. Di akhir cerita Glass menentukan sendiri sikapnya apakah harus membalas dendam dengan tangannya sendiri atau harus menyerahkannya pada hakim lain, yaitu alam buas yang malahan bisa lebih adil.
“Balas dendam itu milik Tuhan!” Dia teringat kata seorang Indian. The Revenant mengajarkan pada saya bahwa filosofis homo homoni lupus dari Thomas Hobes sisi lain dari manusia sebagai mahluk sosial. Manusia adalah species yang paling buas di muka Bumi. Bila beruang menyerang Glass karena disangka mengancam anaknya, maka manusia membunuh hewan lain bahkan sesamanya karena keserakahan. “Kalian sudah mengambil segalanya dari kami, tanah dan binatang,” cetus orang Indian pada orang kulit putih pada salah satu adegan.
Judul Film: The Revenant
Sutradara: Alejandro Gonzales Inarritu
Bintang: Leonardo DiCaprio, Tom Hardy, Will Poulter, Forest Goodluck, Domhnall Gleeson, Melaw Nakeh’ko,