“Dia harus menatap mataku ketika aku membunuhnya!” Demikian cetus Katniss Everdeen (Jennifer Larence) mengungkapkan kebenciannya yang meluap-luap kepada Presiden Snow, penguasa lalim Capitol. Dengan kematian ditaktor itu menurut Katniss tak ada lagi game yang mengharuskan sepasang remaja dari 12 distrik saling membunuh yang disiarkan secara langsung televisi sebagai hiburan warga Capitol. Tak ada lagi siaran propaganda di televisi yang membodohi rakyat Amerika.
The Hunger Games: Mockingjay Part 2 adalah sekuel pamungkas dari The Hunger Games yang diadaptasi dari novel Suzanne Collins dengan judul yang sama. Dalam sekuel terakhir ini Katniss Everdeen bergabung dengan pasukan pemberontak yang dipimpin Presiden Alma Coin (Julliane Moore) tandingan dari distrik ke 13 yang dianggap hilang, tetapi sebenarnya bergerak bawah tanah. Perang saudara yang dahsyat meluluh lantakan setiap distrik yang melawan Capitol.
Sebagai simbol pemberontakan, Katniss mendapatkan gelar Mockingjay tidak saja mempertaruhkan nyawanya, tetapi juga orang-orang yang disayanginya. Di antarnya Peeta Mellark (Josh Hutcherson) tertawan pasukan pemberontak ternyata dipengaruhi oleh Capitol untuk program membunuhnya. Dalam sekuel keempat ini cerita bermula dari pertempuran merebut distrik 2, distrik loyalis dan benteng terakhir Capitol.
Ada adegan yang saya suka dalam perebutan Distrik 2 ini, sebuah adegan yang mencekam di depan terowongan kereta, ketika Katniss disandera seorang milisi Distrik 2. Katniss dengan tenang berkata: “Kalau kau ingin membunuhku silahkan! Aku mati bukan sebagai budak Snow!” Kira-kira demikian. Si Milisi terdiam. “Aku juga bukan!” Bagi saya milisi itu berperang bukan untuk tiran Snow tetapi untuk distriknya. Katniss sempat guncang ketika pemberontak rtega membom bungker yang bias membunuh warga sipil di Distrik 2 yang belum tentu setuju dengan kebijakan Snow.
Cerita terus bergulir. Katniss ikut tim penyusup ke Ibukota Capitol dipimpin oleh Boggs (Mahershala Ali), dengan sejumlah kawan Katniss seperti Gale (Liam Hemsworth, Finnick (Sam Clafin), Commander Paylor, Commander Lyme, juga Peeta. Dalam perjalanan menuju Capitol Katniss dan kawannya harus menempuh berbagai block ibarat permainan game dengan jebakan maut, mulai dari banjir minyak pekat, ladang dan mahluk mutant. Adegan perjalanan ini begitu menengangkan dan membuat saya tak bernafas. Sebagian kawan-kawan Katniss berguguran. Dalam perjalanan mereka menyaksikan kisah perjalanan mereka dimainkan menjadi propaganda oleh kedua belah pihak melalui televisi virtual. Begitu juga janji-janji kedua belah pihak. Misalnya saja Presiden Snow tiba-tiba saja menjanjikan pemilu bebas membuat saya tersentak, oh begitu ya kalau ditaktor sedang terdesak.
[caption caption="Jennifer Lawarence dalam The Hunger Games : Mockingjay 2 "]
Adegan jatuhnya Capitol adalah adegan yang paling seram dan kejam. Ketika Katniss ikut terjebak dengan arus pengungsi ibukota memasuki puri kepresidenan mengingatkan saya pada jatuhnya kota dalam berbagai perang di dunia. Persis di depan pintu gerbang puri ketika terjadi serangan dari pemberontak, bom jatuh. Katniss kehilangan Prim, adiknya yang menjadi anggota palang merah di depan matanya. Namun bagi saya mengenaskan ialah teriakan seorang anak perempuan kecil “Mommy!” Perang memang kejam, tetapi perang yang paling kejam adalah perang saudara.
[caption caption="Adegan dalam Mockingjay 2"]
[caption caption="Adegan dalam Mockingjay 2 Part-2"]
Pertanyaannya apakah revolusi begitu saja menyelesaikan masalah? Apakah dengan kematian Snow ke 12 distrik hidup dengan damai atau justru muncul tiran baru. The Hunger Games: Mockingjay Part 2 memberikan pelajaran tentang teori konspirasi, machiavelisme dan betapa berbahayanya media massa (terutama televisi) untuk membiaskan fakta bahkan memanipulasinya, menciptakan hipperrealitas bahkan membuat realita palsu. Media mampu menciptakan kecintaan tetapi juga kebencian secara massal sekaligus.
Bagi saya sekuel terakhir ini mempunyai dua sisi yang menarik. Pertama sekalipun film ini fiksi tentang dunia masa depan, tetapi ada pesan yang masih relevan dengan politik global sekarang. Misalnya siapa yang menjamin kejadian di berbagai tempat di Timur Tengah benar seperti yang diberitakan televisi? Tidak usah jauh-jauh di luar negeri beberapa isu politik di dalam negeri ini saja antara stasiun televisi yang satu dengan televisi lain berbeda-beda.
Kedua, Katnis Everdeen sosok perempuan mandiri, kombatan perempuan yang tidak menunggu diselamatkan “pangeran” bahkan dia yang menyelamatkan “pangerannya”. Mungkin karena diangkat dari novel yang penulisnya perempuan nafas feminis terasa. Bahkan dalam film ini bukan hanya laki-laki yang bisa berbuat zhalim, tetapi juga perempuan bisa punya potensi sama.
Dari departemen kasting hampir semua karakter bermain baik, sinematografi juga bagus dengan segala efeknya. Tetapi paling acungan jempol untuk Julianne Moore. Saya tidak menyesal memilih The Hunger Games : Mockingjay Part 2 untuk film asing yang saya tonton untuk November ini dan memilih tidak menonton Spectre. Oh, ya ini bukan film yang ramah untuk ditonton anak-anak dan kalau pun mengajak harap didampingi.
Judul Film : The Hunger Games : Mockingjay Part 2
Sutradara : Francis Lawrence
Bintang : Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson. Liam Hemsworth, Donald Sutherland, Julliane Moore, Sam Clafin, Willow Shield, Mahershala Ali\
Rated : ***
Irvan Sjafari
Sumber Foto:
Adegan dalam Mocking Jay (kredit http://variety.com/), http://assets.nydailynews.com/ http://www.flickeringmyth.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H