Sistematika penulisan membingungkan bagi pembaca awam. Ada beberapa peristiwa 1948 tumpang tindih untuk kasus sama tetapi tidak dikelompokan. Semua artikel berserak seperti potongan puzzle. Padahal kalau dikelompokan per kasus atau periode lebih menarik. Selain itu seharusnya ada pengantar atau catatan kaki mengenai sejumlah tokoh seperti Mudjitaba terdakwa pembunuh Oto. Kecuali bagi mereka yang banyak membaca buku sejarah Indonesia bisa dengan mudah menangkap isi buku ini. Judul-judul artikel lainnya cukup mengerikan (begitu juga isinya) hingga saya tidak sanggup menuliskan di buku ini silahkan baca artikel : “Jamban adalah Kuburan Kalian” (halaman 63), “Apa Salah Kyai Dimyati Harus Disembelih PKI” (halaman 93), “Menginjak-nginjak Al Qur’an Seraya menyanyi dan Menari (halaman 177) dan masih banyak lagi. Cerita-cerita seram mini digali dari oral history atau kesaksian.
Membaca buku ini menjelaskan mengapa kalangan Islam banyak membenci PKI dan sejarah mencatat apa akibat memukul sarang lebah, terlepas apa peristiwa 1965-1968 bisa dibenarkan atau tidak, itu perdebatan yang lain. Buku ini juga menjelaskan suatu pertanyaan yang ada di benak saya mengapa PKI begitu bodoh menyerang kalangan Islam dan mengumpulkan banyak musuh dalam pengantarnya “Merah Putih Itu Nyaris Berganti Palu Arit: Surat kepadaMaria Felicia Gunawan” (halaman 2) berkaitan dengan ideologi Lenin, Stalin, serta Mao Tse Tung. Pada bagian lain buku ini tersirat dari alasan mengapa seorang SK Trimukti keluar dari Gerwani justru setelah dia berkeliling negara-negara komunis juga menarik.
Terlepas dari kekurangannya, karena kekuatannya pada sejarah lisan, justru Ayat-ayat yang Disembelih bisa dijadikan referensi. Bagi yang tidak setuju dengan buku ini dapat melakukan cross check terhadap para saksi mata, atau dengan sumber lain. Namun menurut saya akurasi narasumbernya untuk sebagian besar kasus patut diperhitungkan.
Judul Buku : Ayat-ayat yang Disembelih
Penulis : Anab Afifi dan Thowaf Zuharon
Penerbit : Jakarta : Jagad 2015 : 256 halaman
Irvan Sjafari
Sumber Foto : Facebook Anab Afifi
Tulisan terkait: