[caption caption="Adegan dalam Pufnstuf (kredit foto www.bonocdisco.com)"][/caption](Untuk 53 tahun TVRI ) Saya merasa beruntung bisa menikmati televisi ketika masih era hitam putih pada 1970-an. Sewaktu saya masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak di bilangan Kebayoran Baru saya menonton program yang memang diperuntukkan seumur saya. Berikut sejumlah program yang berkesan bagi saya pada 1970-an , ketika saya masih kanak-kanak berdasarkan daya ingat dan saya crosscheck dengan sejumlah situs untuk mengetahui detailnya.
Serial Boneka : Puffntuff dan Stingray
Di antaranya yang saya ingat adalah serial boneka berjudul Pufntuff, dengan kharakter protagonist boneka laki-laki bertubuh tambun dan anak laki-laki (versi bioskopnya diperankan Jack Wild) dengan tokoh antagonis kelompok tukang sihir- mungkin dari dulu citranya perempuan, nenek-nenek dengan sapu terbang. Versi bioskopnya juga saya tonton. Saya jatuh hati benar pada film itu dan masih ada di benak dan bagi saya waktu itu menghibur. Kejahatan dikalahkan secara jenaka dan slapstick tidak dengan kekerasan yang brutal seperti beberapa serial kartun. Lagu-lagunya juga riang dan gembira.
Ceritanya si anak laki-laki bernama Jimmy bersama seorang kawannya terdampar di sebuah pulau dan bertemu karakter prortagonis, seperti naga bernama Pufnstuf. Karakter lain ada berbentuk burung, rumah yang bicara dengan pintu terbuka sebagai mulut. Pufnstuf menurut saya (pada pandangan saat ini) awal dari serial boneka popular yang belakangan melahirkan Muppet Show dengan konsep sebangun dan tentunya juga kualitas yang sudah diperbaiki. Serial ini dibuat sekitar 1968. Baik Pufnstuf mau pun Muppet Show sebetulnya lebih tepat adalah pertunjukkan theater dari pada sebuah film.
Serial boneka lainnya yang tertanam diingatan saya adalah Stingray, tentang kapal selam yang bisa meloncat di permukaan air laut seperti halnya ikan pari yang jadi inspirasinya (stingray artinya ikan pari). Tidak terlalu jelas siapa lawan-lawannya, tetapi tokoh “jagoannya” seorang dewasa pilot pesawat itu. Effek ledakan pada masa itu memukau dan tentunya sekarang kalah canggih. Stingray –walau sebetulnya kalau ukuran sekarang untuk anak-anak usia pra remaja- membuat saya jatuh pada science fiction.
Berdasarkan informasi yang saya dapat dari beberapa sumber ceritanya pada 2065 ada sebuah organisasi keamanan berbasis di Marineville membuat kapal selam super canggih dengan kecepatan hingga 600 knot (1.100 km / jam) dan mampu menyelam hingga 36.000 kaki (11.000 m). Kapal selam dengan spesifikasi seperti ini sangat fantastis masa itu bahkan hingga sekarang kapal selam yang menyentuh sampai dasar palung laut masih dalam cerita fiksi.
Pilot Stingray adalah rahang persegi Kapten Troy Tempest (yang Supermarionation boneka dimodelkan pada aktor James Garner). Dia dipasangkan dengan Dixie navigator Letnan George Lee Sheridan, dijuluki "Telepon" untuk perannya sebagai operator hidrofon Stingray ini. (Phones 'nama asli, George Sheridan). Stingray mencampurkan unsure mitologi The Aquaphibians, ras prajurit air, muncul secara teratur-biasanya di bawah komando Raja Titan (meniru Laurence Olivier), yang adalah penguasa tirani kota bawah laut Titanica. Serial televisi ini dibuat oleh Gerry dan Sylvia Anderson dan diproduksi oleh AP Films untuk ATV dan ITC Hiburan (Inggris) antara 1964 dan 1965.
Program Dalam Negeri Sarat Edukasi
Itu yang dari luar, tetapi program TVRI 1970-an menurut saya menawarkan banyak program yang tidak saja ramah anak tetapi juga sarat edukasi, ''Bina Vokalia asuhan Pranadjaja mengajarkan bagaimana cara bernyanyi dan ''Taman Indria" asuhan Bu Kasur) yang memindahkan Taman Kanak-kanak ke studio dengan pianisnya kalau tak salah ingat namanya Ibu Meinar.'
Kedua acara itu benar-benar menampilkan dunia anak-anak masa saya dengan tingkah polanya yang benar-benar anak-anak dan dikonstruksikan sebagai orang dewasa seperti anak-anak dalam acara televisi sejak 1990-an. Justru tingkah laku anak-anak yang dibiarkan natural membuat acara menjadi menarik. Tentunya juga ada acara Cerdas Cermat, Ayo Menyanyi, hingga acara seperti Derap Pramuka enta mengapa juga menarik bagi saya.
Orang-orang yang berada di balik produksi acara anak-anak 1970-an masih produk zaman Belanda dan menjadi dewasa pada 1950-an. Pranadjaja malang melintang memenangkan Bintang Radio 1950-an. Pak Kasur memberikan andil kepada isterinya. Majalah Aneka edisi 4/Tahun ke VIII 1957 membuat profil tentang demam film kanak-kanak melanda Jakarta. Pak Kasur dilaporkan sudah memimpin sebuah Taman Kanak-kanak masa itu dan bergaul dengan anak-anak dengan sewajarnya.
“ Melihat bagaimana dia bergaul dengan kanak-kanak dan bagaimana kanak-kanak begitu gemar padanja, maka kita berpendapat bahwa Pak Kasur bukan sadja mengenal djiwa kanak-kanak, tetapi malah dia anugerahi Tuhan suatu sifat jang ramah dan sesuai dengan kehendak djiwa kanak-kanak …
Acara anak-anak lainnya yang menarik bagi saya adalah “Keluarga Marlia Hardi”. Tokohnya ayah (dimainkan Awaluddin), ibu (Marlia Hardi) Kiki, Ruri dan Didu, serta seorang pembantu bernama Bi Supi. Figur ibu digambarkan begitu pengertian, sabar, memberikan nasehat. Sementara kenakalan anak-anak terutama oleh Didu begitu natural dan benar-benar wajar, tidak seperti anak-anak zaman sekarang yang sudah biasa mana yang kenakalan dan mana yang sebetulnya sudah menjurus ke perbuatan kriminal yang tercantum dalam KUHP. Serial ini sebetulnya konsep teaterikal dalam studio tetapi menggambarkan tipe keluarga ideal berkomunikasi orangtua dan anak, dengan setting ruang keluarga, ruang makan, halaman rumah.
[caption caption="Adegan dalam Keluarga Marlia Hardi (kredit foto www.banyubening17.com]
Irvan Sjafari
Foto:
Puffnstuf (kredit foto www.bonicdisco.com)
Keluarga Marlia Hardi (kredit foto www.banyubening17.blogspot.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H