[caption caption="Tasya Kamila memimpin lagu Indonesia Raya dengan inspektur upacara Pak RW Sumiarso."][/caption]
Hiduplah Indonesia Raya…Indonesia Tanah airku/Tanah tumpah darahku…/ Shafa Tasya Kamila memandu warga Blok A Cinere, Depok yang sebagian besar seusia orangtuanya bahkan sudah kakek dan nenek menyanyikan lagu “Indonesia Raya” pada perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia ke 70 sekaligus silaturahmi antar warga. Mantan penyanyi cilik itu awalnya terlihat agak canggung tampil di depan warga “kampung” kediamannya namun kemudian dengan senyum khasnya dia berhsil menyelesaikan tugasnya bersamaan dinaikkannya Sang Saka Merah Putih.
Jangan terkejut di antara hadirin yang hadir pada perayaan bertajuk “Memperingati Hari Kemerdekaan RI ke 70 dan Silturahmi Warga dan Kawula Muda pada Minggu 23 Agustus ini masih ada yang melabelkan perempuan yang memang asli Cinere sejak lahirnya ini sebagai Anak Gembala. Tasya hadir sebagi Duta Lingkungan hidup dan diberi anugrah kawula yang berprestasi oleh Ketua RW kami Pak Sumiarso , mengadvokasi warga betapa pentingnya memilah sampah organik dan organik.
Di sela-sela acara perempuan kelahiran 22 November 1992 ini berdialog dengan Ida Royani yang juga warga Cinere soal lingkungan hidup. Ida Royani menceritakan anak-anaknya yang kuliah di Australia mendapatkan insentif dari pemerintah Australia sebesar 5 sen per kaleng bekas yang dikumpulkan. Tasya pun menyahut : “ Seharusnya bisa dilakukan di RW botol plastik air mineral dikumpulkan dan dijual. Lingkungan bisa membuat bak sampah bersama dan menjadi produktif.”
[caption caption="Tasya Kamila di tengah warga"]
Soal itu sebetulnya sudah saya alami sewaktu bekerja di Kelapa Gading, Jakarta Utara beberapa tahun silam. RW 08 Kelapa Gading Timur sudah menjadikan sampah organik sebagai pupuk kompos yang bisa dijual dan hasilnya masuk ke kas RW-nya. Begitu juga dengan botol plastik. Hasilnya, bak sampah di setiap rumah di RW itu nyaris bersih. Para pemulung menjadi gigit jari. Bukan tidak punya kepekaan sosial, tetapi para pemulung tidak bisa diatur.
Sistem itu bisa ditiru di tempat kami, apalagi para pemulungnya tidak bisa diberi penerangan. Saya sudah melakukan pemisahan sampah itu dan mensosialisasikannya pada pemulung yang saya temui: agar jangan merusak kantong sampah yang hitam berisi sampah organik dan bekas popok bayi, sementara kantong putih berisi botol plastik: silahkan ambil. Yang terjadi kantong berisi botol hilang dan kantong hitam tetap dibongkar. Sampah pun keluar bertebaran dari bak. Memang ada pengecualian pemulung yang dikasih botol plastik bekas (seorang ibu tua), mereka membalasnya dengan membersihkan sampah daun.
[caption caption="Ida Royani"]
Tasya juga memimpin warga menyanyikan lagu "Indonesia Pusaka". Pada lagu kedua ini alumnus Fakultas Ekonomi UI ini memperagakan kemampuan vokalnya, suara yang lembut dan improvisasinya membuat lagu nasional ini menjadi anak muda sekali. Tampil dengan busana merah dan putih Tasya bisa berbaur dengan warga: “ Saya baru pertama kali ikut acara seperti ini dengan warga dan saya senang bisa bersilturahmi, “ katanya seusai acara. Tasya kini menyiapkan album baru yang rilisnya masih dirahasiakan Sony Music.
Seperti halnya Tasya, sebagai orang yang bekerja jauh dari lingkungan tempat tinggal-bahkan akhir pekan sekali pun- saya hanya berapa kali ikut acara warga. Di kompleks kami tampil juga komedian Edwin Jodi yang didaulat menjadi MC. Selain itu ada bazaar, pertunjukkan marching band Istana (Drum Corps DKI), karena salah seorang pembinanya tinggal di RW yang sama. Drum band yang membawakan lagu-lagu yang dipopulerkan almarhum Benyamin yang memang keluarganya tinggal di RW kami. Acara lain ialah pertandingan basket-3 point, fashion show Ida Royani dan Jenahara, hingga bazaar. Acara juga dihadiri Camat Cinere yang juga berdialog dengan Tasya.
[caption caption="Marching Band"]
[caption caption="Edwin Jodi"]
Cinere sudah jauh berubah. Saya tinggal bersama keluarga pada 1983 ketika sekeliling pemukiman masih penuh semak dan alang-alang. Hanya ada satu toko serba ada di dalam kompleks. Baru kemudian pada 1990-an ada ruko dan disusul mal. Di dalam kompleks awalnya hanya ada mushola kecil dan kini masjid yang cukup besar. Jalan Cinere masih jalan lingkungan yang kemudian menjadi jalan dua arah. Namun itu hanya baru sebagian. Di bagian lain masih ada jalan sempit untuk dua arah dan kerap macet. RW saya terbentuk pada 1980, awalnya masuk Kabupaten Bogor, sebelum Depok menjadi Daerah Tingkat II.
[caption caption="Kawula Muda Cinere"]
Irvan Sjafari
Foto-foto Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H