Bantuan dari pusat pun datang. Pada dini hari 14 Mei 1958 pendaratan dulakukan oleh satuan-satuan APRI di bawah komando Mayor Agus Prasmono di Bilungala, sekitar 15 mil sebelah Timru Gorontalo. Pasukan yang mendarat antara lain Batalyon 512 Brawijaya dan Batalyon 715 Resimen Hasanudin dan satuan antar daerah Indonesia Timur.Â
Â
Menurut Kantor Berita Antara pendaratan tidak mendapatkan kesulitan karena Residen Nani Wartabone menerima instruksi untuk memutihkan pantai Gorontalo sebelah Timur. Penduduk Bilungala ketika itu telah mengosongkan kampung mereka sejak 12 Mei 1958.  Sebelum pendaratan pasukan Permesta dengan kekuatan dua peleton sempat menyerang pantai dan membakar dua buah rumah. Setelah pendaratan Residen Nani Wartabone pun datang menemui Komandan Operasi Sapta Marga II Mayor Agus Prasmono dan stafnya pada 14 Mei 1958 itu juga.  Pasukan Sapta Margaini terdiri dari Batalyon 512 Brawijaya yang dipimpin oleh Kapten Acub Zaenal dan pasukan dari Detasemen 1 Batalyon 715 Hasanuddin yang dipimpin oleh Kapten Piola Isa.
Â
Perebutan kota Gorontalo dimulai sejak 17 Mei 1958 jam 10.00 induk pasukan di bawah pimpinan Mayor Agus didukung pasukan rimba Nani Wartabone melakukan gerakan tusukan langsung ke pusat kota Gorontalo.   Jalan yang dilalui pada waktu itu sangat berat dan tidak bias dilakukan oleh manusia. Baru saja 20 jam perjalanan non stop, melalui hutan dan hujan lebat. Sebagian pasukan menderita luka lecet di kaki. Mereka makan apa adanya mulai buah kelapa, hingga minum air selokan.
Â
Sekitar pukul 19.00 pada 18 Mei 1958 induk pasukan sebetulnya sudah berada 5 Km dari Kota Gorontalo, tepatnya di Desa Batupinggo. Namun baru tengah malam kompi bantuan menyusup ke tepi kota dan menduduki Bukit Dumbo sekitar 1 km dari pusat kota. Jam 04.30 induk pasukan mulai bergerak menuju kota dari seblah timur dan pesisir selatan di Desa Talumolo. Hanya satu peluru mortar ditembakan dair Bukit dumbo. Pasukan mendapat laporan kota telah dikosongkan.
Seluruh kota sunyi senyap. Tidak tampak manusia. Warga kota berlindung di rumahnya masing-masing. Pada jam 06.00 satuan APRI berhasil menduduki markas pemberontak di Jalan Merdeka. Pasukan Permesta ternyata sudah menyingkir melalui Desa Potanga, 5 Km dari utara kota. Gorontalo jatuh tanpa perlawanan dan dalam tempo 90 menit. Seluruh toko-toko, kantor-kantor, bank-bank, perbekalan ditemukan dalam keadaan utuh.Berkat jasanya oleh Bung Karno kemudian dia diangkat menjadi Residen pengganti Sulawesi Utara menggantikan Sam Ratulangie. Â
Â
Pada masa Orde Baru Nani Wartabone pernah menjadi anggota MPRS RI, anggota Dewan Perancang Nasional dan anggota DPA itu. Dia a menutup mata bersamaan dengan berkumandangnya azan shalat Jumat pada  3 Januari 1986, sebagai seorang petani di desa terpencil, Suwawa, Gorontalo. Pada peringatan Hari Pahlawan 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri menyerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Nani Wartabone melalui ahli warisnya yang diwakili oleh salah seorang anak laki-lakinya, Hi Fauzi Wartabone, di Istana Negara, pada tanggal 7 November 2003. Wartabone ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 085/TK/Tahun 2003 tertanggal 6 November 2003.
Â