Penampilan Desy Natalia membawakan lagu Queen berjudul “Somebody to Love” dalam Gala Show ke 6 X Factor Indonesia (Season 2) 24 Juli 2015 membuktikan bahwa peserta sl Lombok ini kandidat finalis kuat. Tak dipungkiri bahwa lagu yang diciptakan Freddy Mercury ini tidak bisa dibawakan sembarangan penyanyi. Terutama pada bagian yang temponya cepat.
Everyday (everyday) I try and I try and I try/But everybody wants to put me down/They say I'm going crazy/They say I got a lot of water in my brain/Ah, got no common sense/I got nobody left to believe in..
Mendengarkan Desy menyanyikan lagu itu memperkuat keyakinan saya bawa X Factor Indonesia 2015 sudah menemukan “Whitney Houston Indonesia” . Lagu ini dibawakan dengan sempurna, tempo cepat, naik dan turun terkontrol baik sejak opening hingga closing. Wajah sang mentor Ahmad Dhani terlihat begitu puas, eksperimennya untuk mem”push” Desy dengan lagu pilihannya sekali lagi berhasil. Sekali lagi seperti saya tulis sebelumnya, menyaksikan Desy mendekati sebuah konser musik berkualitas internasional.
Bukan hanya pada Desy Natalia, penampilan Angela July juga memukau. Penyanyi yang kerap menggunakan harpa ini memukau dengan lagu “Lay Me Down” dari Sam Smith yang sekilas datar tetapi punya kesulitan tinggi. Dhani tepat memilihkan lagu ini karena Angela bisa mempertontonkan kemampuan olah "head voice"-nya dengan baik terutama pada bagian:
You told me not to cry when you were gone/But the feeling’s overwhelming/ they're much too strong/Can I lay by your side, next to you, you and make sure/ you’re alrightI’ll take care of you/And I don’t want to be here if I can’t be with you tonight
Kehilangan Sule Wijaya pada season sebelumnya membuat Dhani semakin cermat mengasah kemampuan muridnya. Sekali lagi referensi lagu yang luas dan modal management Republik Cinta-nya yang banyak "melahirkan" penyanyi, tentunya juga pengalaman sebagai musisi sejak Dewa Band membuatnya mampu memaksimalkan anak asuhnya. Kalau saja segmen Sule Wijaya memang tidak terbatas, serta kebanyakan penonton dari kalangan menengah ke bawah , rocker ini masih berada di posisi 8 besar.
Rontoknya Jago-jago Kategori Girl
Surprise bahwa peserta kategori Girl yang pada awalnya digadang-gadang menjadi kandidat finalis bahkan memenangkan kompetisi ini justru rontok secara mengenaskan. Pada Gala Show ke 4 Riska Wulandari keluar setelah kalah save me song dengan Sule Wijaya. Keluarnya Riska sebenarnya sudah saya perkirakan setelah performanya meningkat dalam dua-tiga gala show, tetapi kemudian sang mentor salah memilihkan lagu membuat dara asal Makasar ini stagnan. Namun saya kira ada faktor lain karena puya pengalaman sebagai juara tiga lomba bintang radio seharusnya Riska tidak keluar pada Gala Show ke 4 (10 besar).
Kemudian pada save song 24 Juli 2015 giliran Ismi Riza beradu dengan rekannya sesama kategori Girl, Ajeng Astiani. Keduanya berada pada posisi terbawah. Padahal keduanya tampil baik. Ismi Riza membawakan lagu “The Last Time” dari Taylor Swift dan Ajeng (yang punya pengalaman dari Mamamia) membawakan lagu "Andai Aku Bisa" yang dipopulerkan Chrisye dengan cara yang berbeda. Afghan kali ini pas memilihkan lagu buat keduanya dengan karakter mereka, tetapi mengapa keduanya menjadi posisi terbawah?
Kalau dari pandangan beberapa blog dan media sosial Ismi Riza diprediksi punya faktor X yang menjadi calon kuat juara karena berkaca pada Fatin yang punya penampilan unyu-unyu dan punya karakter unik. Saya sempat bergurau dengan kawan-kawan geng Apartemen Kalibata (julukan teman sekantor yang semuanya pendukung Ismi) bahwa penyanyi kelahiran 1997 tidak mendapat suara besar karena pendukungnya sedang mudik lebaran alias tidak memberikan suara.
Tetapi saya menduga bahwa Ismi Riza dan Riska Wulandari (juga barangkali Ajeng) tidak punya komunitas penggemar yang militan, Fatinistic seperti halnya Fatin Shidqia Lubis pada X Factor Indonesia season pertama. Fatinistic sudah terbentuk sejak Fatin audisi pertama mempopulerkan namanya lewat lagu “Grenade” dari Bruno Mars. Soal hijab yang dikenakan Fatin saya kira hanya salah satu faktor saja,- tidak faktor penentu pada Riska Wulandari yang sebaya dengan Fatin- tetapi citra sebagai kalangan kebanyakan, suara yang unik, manusiawi salah lirik, jadi padu.
Clarissa Dewi dan juga Ajeng memang masih punya peluang. Tetapi melihat cara Afghan melakukan coatch pada anak asuhnya masih jauh di bawah Ahmad Dhani dan saya belum dapat meraba militansi pendukung mereka. Tampak wajah stres Afghan ketika dua anak asuhnya menduduki posisi terbawah. Sementara berdasarkan obyektif sekalipun Clarissa Dewi dan Ajeng punya potensi, tetapi mereka agaknya masih di bawah anak asuhnya Ahmad Dhani, Desy Natalia dan Angela July.
Bagaimana dengan Jebe dan Petty semata wayang asuhan Rossa atau dua anak asuh Beby Romeo? Mengingat Aldy pernah menduduki posisi bawah dan penampilannya lebih banyak biasa saja dan Ramly juga tidak terlalu memikat agaknya keduanya sulit masuk final. Sementara Jebe dan Petty saya ragukan punya pendukung militan sekali pun mungkin bisa masuk lima besar.
Secara keseluruhan Gala Show 24 Juli 2015 salah satu pertunjukan terbaik X Factor Indonesia 2015 yang sulit diprediksi dengan tepat.
Irvan Sjafari
Kredit Foto:
Desy Natalia (kredit foto Kapanlagi)
Angela July (kredit foto duajurai.com)
Ismi Riza (kredit foto okezone)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H