Â
Pembukaan Taman Renang sekaligus Taman Hiburan Karang Setra pada Sabtu pagi 3 Mei 1958 memantapkan kota Bandung sebagai kota yang layak untuk peristirahatan dan pariwisata, sekaligus juga kota yang nyaman bagi para pelajar.   Taman ini mempunyai luas 6,5 hektar dan mempunyai kolam renang terluas di Asia Tenggara pada 1950-an, dengan ukuran 100 x 100 meter.   Taman renang ini dilengkapi oleh ruang musik, ruang dansa, restoran, lapangan tenis dan souvenir shop.  Pembukaan Karang Setra hanya selang beberapa bulan dengan pembukaan Taman Lalu Lintas 1 Maret 1958. Kesamaan antara keduanya adalah keterlibatan unsur kepolisian, untuk Karang Setra dibangun oleh Badan Sosial Kepolisian Negara.
Pengguntingan pita dan pelepasan balon dilakukan oleh masing-masing oleh Presiden Soekarno dan bekas Wakil Presiden Mohammad Hatta setidaknya sedikit memberikan jenak bagi warga kota Bandung dari hiruk-pikuk politik nasional dan berkecamuknya perang saudara di Sumatera dan Sulawesi. Hadirnya Perdana Menteri Djuanda dalam upacara pembukaan juga memberikan kesan bahwa para elite politik yang sedang berselisih sebetulnya secara pribadi masih berhubungan baik.  Tokoh-tokoh lokal yang hadir juga beragam, di antaranya ada Oja Sumantri, Kepala Daerah Swatantra I Jawa Barat, Pangdam Siliwangi Kolonel Kosasih, Ketua Dewan Turisme Jawa Barat Abas Surjatna Atmadji, dari kepolisian Komisaris Besar Enoch Danubrata sebagai Ketua Badan Penguasa dan Ketua Panitya Pembukaan.
Pikiran Rakjat edisi 5 Mei 1958 melaporkan bahwa upacara diramaikan dengan demonstrasi loncat indah dan keterampilan berenang oleh perkumpulan renang Tirta Merta hingga kontes foto.  Kemeriahan berlangsung hingga malam hari dengan pertunjukkan wayang golek, peragaan bisana dan permainan kanak-kanak.  Dalam kontes foto Queen di Karang Setra yang diselnggarkan keesokan ahrinya mencuat nama Anne Roefidha Sobana yang menyisihkan 30 wanita peserta lainnya menjadi Photo Queen 1958. Sementara di tempat kedua Poppy Zoehra dan Ny Deet Dewajani.  Untuk juara harapan terdapat nama Winny Kartanageara, Ine Lupolisa, Tien Danukusumo, dan Giovanna Pellopesy.
Kehadiran Karang Setra mendapat berbagai sambutan dari warga Bandung. Sachlan, warga Gang Adikatjih 33 menganggap Karang Setra masih terlalu mahal bagi orang kebanyakan, baik ongkos perjlanan hingga tiket masuknya. Karang Setra hanya cocok bagi kalangan atas dan turisme, serta belum menjadi taman hiburan rakyat.   Bagi Sachlan hanya Taman Bandotan dan kolam renang di Bandung Selatan yang pas bagi kantongnya.  Restoran Setra disebutkan mengadakan pertunjukkan musik pada tiap akhir pekan malam pukul 20.00 hingga 24.00 dan matine setiap pukul 10.00 hingga 15.00.
Masih dalam rangka pembukaan, diadakan lomba renang di Karang Setra akhir pekan itu juga. Lomba renang ini diikuti oleh sekitar 200 perenang  perkumpulan renang Tirta Kentjana (Jakarta) dan Tirta Merta (Bandung). Pikiran Rakjat edisi 7 Mei 1958 menyebutkan dalam nomor Gaya Dada 50 Meter Putri muncul nama Iris Tobing dengan catatan waktu 47,7 detik dari Tirta Kentjana. Iris juga memenangkan nomor 100 meter Gaya Dada   Nama Iris Tobing ini kelak menjadi atlet renang Indonesia pada 1960-an.  Iris jauh di aats perenang-perenang tuan rumah seperti Ike Supartikah (SGPD) di Gaya Dada Putri 50 meter hanya ditempat kedua dengan 52 detik. Tidak ada kabar kehadiran jago renang dari Bandung ,Carla Oen.  Jago Bandung yang menang adalah Maritje Karundeng (SGPD) di nomor 50 Meter Gaya Kupu-kupu Putri, serta Kenken Sule dari Tirta Merta di nomir 50 Meter gaya Bebas Putri.
Kemeriahan di Karang Setra terus berlangsung pada 24 hingga 26 Mei 1958 dengan diselenggarakannya malam gembira untuk amal dengan acara tari-Bali oleh Anne Roefaidah, Juara Photo Queen 1958 hingga hibruan lain oleh serampang 12, Eldorores, Quintet Salsa, hingga pertunjukkan balet. Malam hiburan ini menggalang dana untuk para pelajar yang putus hubungan karena permasalahan antar daerah, yaitu pelajar dari Sumatera Tengah, Sulawesi Utara dan Sumatera Utara yang bersekolah di Bandung. Menurut Pikiran Rakjat edisi 27 Mei 1958 penyelenggara kegiatan ini ialah  Yayasan Bantuan Mahasiswa/Pelajar Sumatera Utara. Pada malam dana ini dinpilih Ratu Amal Ny. Tan Lian Hing (Jakarta) dan A.Rivai (Bandung).
Tanah tempat Karang Setra dibangun awalnya milik Direktur Perseroan terbatas NV Volker Aaneming Maatschappij, Theodurus Neervort yang meninggal dunia di Gravenhage pada 11 Agustus 1951. Kepergiannya meninggalkan dua bidang tanah di Kota Bandung yang merupakan bagian dari rencana pembangunan Sorghvliet III A yang luasnya kurang 62.224 M2 dan dikenal dengan nama Sportpark. Di antaranya adalah di Sinargalih. Tanah itu sejak awal memang direncanakan menajdi tempat rekreasi. .
Ahli waris Neervort yaitu Amelia Johanna Berrvort, Ingenieur Frederic Coenrad Neervort . Karel Bart Neervort, Bart Neervort karena berada di luar Indoensia meminta seorang notaries bernama Arie Poldevaart meneyrahkan dan mengoperkan dua bidang tersebut kepada Yayasan badan Sosial Pusat kepolisian, yang diterima kan oleh Raden said Sukanto. Peneyrahan itu dimaksudkan agar tanah tersebut dapat dibangun taman oalhraga. Harga pengopran tersebut Rp105.087,80 dan Rp9.553,43 untuk Insinyiur Aire Poldevaart sebagai pengganti untuk memimpin dan mengawasi pekerjaan. Biaya ayng diperlukan pembangunan itu sekitar Rp 3.000.000.  Pada 8 sdeptember 1954 Yayasan BSPKI membeli tanah seluas 52.891M2 dari Arie Poldervart di Bandung. Karang Setra kemudian mulai dibangun sejak November 1956 hingga 1957, kemudian diresmikan pada 19581.   Â
Nama Karang Setra sendiri menjadi perdebatan pada masa itu. Menurut Bahasa Sansekerta  kata setra itu artinya Padang. Kalau digabungkan sebetulnya menjadi padang karang. Soekarno sendiri pernah mengusulkan namanya diubah menjadi Ratna Kesetra atau sundara Kesetra. Namun rupanya perjalanan sejarah tidak menjadikan perobahan nema itu menjadi kenyataan.  Karang Setra kemudian terbukti menjadi ikon kota Bandung  dan taman renang ini menjadi  tempat piknik favorit wisatawan hingga 1980-an.
Â
Irvan Sjafari
Catatan Kaki:
- Sejarah awal Karang Setra bisa dibaca Kawasan Pariwisata Karang Setra Bandung, yang diterbitkan Yayasan Brata Bhakti, 2001.
Sumber Foto:
Karang setra 1958Â (kredit foto www.delcampe.net)
Piknik di Karang setra 1960-an (Kredit Foto http://smakpa11.page.tl/Photo2-tempo-doeloe.htm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H