Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Invasi K-Pop juga Terasa di Jepang: Sebuah Catatan

4 Juli 2013   21:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:00 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_272480" align="aligncenter" width="300" caption="Seminar Memahami Masyarakat Jepang: Pembicaranya mahasiswa S2 (Kredit foto: Irvan Sjafari)"][/caption]

Pada Rabu 3 Juli 2013 lalu, saya menyempatkan diri menghadiri Seminar seharidengan tema "Memahami Masyarakat Jepang Kontemporer dari bu(daya pop sampai kebijakan publik"di Japan Foundation Jakarta Gedung Summitmas,Jenderal Sudirman.Para pembicaranya umumnya adalah mahasiswa pasca sarjana Program Kajian Jepang Universitas Indonesia. Ada beberapa topik yang hendak saya share di sini.

Gita Frasiska di antara membahas Fenomena Korean Wave di Japang.Tema ini aktual karena, ternyata bukan hanya Indonesia, tetapi Jepang yang sebetulnya juga kiblat kebudayaan populer menghadap arus masuknya apa yang disebut Hallyu atau Korean Wave (Hangul: 한류) , dalam bahasa Indonesia: "Gelombang Korea" istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia).

Menurut perempuan kelahiran 1987 ini umumnya orang-orang di negara yang terkena dampak Hallyu terpicu untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea.Masuknya budaya pop Korea berkaitan dengan penandatangananJoint Declaration of the New 21st Century Korea-Japan Partnership. Budaya Jepang dapat masuk ke Korea dan begitu pula sebaliknya pada 1998.

Korean Wave mulai memperluas pangsa pasarnya ke Jepang pada tahun 2000 dan menjadikan Jepang salah satu pasar inti. Pada bulan April 2003 salah satu stasiun TV Jepang, NHK, memutar drama Korea Winter Sonata (冬のソナタ: Fuyu no Sonata). Drama ini menjadi fenomena budaya di Jepang dengan pemeran utama pria Bae Young Jun menjadi bintang nasional. “Drama ini berkisah tentang dipertemukannya sepasang pemuda yang saling jatuh cinta, mendapat respon baik oleh masyarakat Jepang khususnya dari wanita paruh baya,” ujar alumnus Jurusan Jepang, Universitas Padjajaran ini.

Menurut perempuan yang sedang menyusun thesis S-2 dengan tema yang sama begitu populernya Bae Yong-Joon, menjadikannya fenomena budaya. Ia dijulukiYon-sama ("Yon" dari nama "Yong-joon," dengan gelar kehormatan Jepang "Sama“(ヨン様). “Sindrom Yon-sama menunjukkan bahwa aktor laki-laki Korea memiliki "karisma romantis" yang langka ditunjukkan di TV Jepang: mereka kaku, belum tahu bagaimana membuat seorang wanita merasa senang,” paparnya.

Syndrom ini agaknya menular sampai ke politik. Buktinya mantan Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi selama pemilu Agustus 2004 untuk majelis tinggi parlemen mengatakan, "Saya akan melakukan upaya besar sehingga saya akan menjadi sepopuler Yon-sama dan disebut Juni-sama”.

[caption id="attachment_272481" align="aligncenter" width="300" caption="Winter sonata (Kredit Foto ww.Shrine.lowyat.net)"]

137294756220379038
137294756220379038
[/caption]

Melihat respon yang begitu besar, Jepang akhirnya menjadi salah satu negara yang antusias mengimpor program TV Korea. Semenjak 2005, Jepang telah menjadi pengimpor utama program TV Korea baik dalam jumlah volume dan belanja per-program. Dalam jumlahnya lebih dari 50 persen ekspor program TV Korea masuk ke Jepang.“Meskipun begitu saya belum melihat pengaruhnya secara bisnis bagi industri hiburan lokal,” imbuh Gita.

Menurut Korean Broadcasting Institute (2003, 2004) and the White Paper of Korean Culture Industry, oleh Korean Broadcasting Commission (2005, 2006) terungkap bahwa ekspor sinetron Korea ke Jepang memberikan konstribusi pendapatan$ 5,56 juta dollar AS atau sekitar 20,4% dari pendapatannya pada 2003.Nomor tiga setelah Taiwanyang memberikan pendapatan$ 9.7 juta dollar AS atau sekitar 35% dan Asia Tenggara yang memberikansekitar$ 6 juta dollar AS atau sama dengan 23,1 % pada tahun yang sama.

Namun pada 2005revenue yang diberikan Jepang menjadi63,5 juta dollar AS atau sama dengan 61% dari pendapatan ekspor.Di tempat kedua adalah Asia Tenggarayang memberikan pendapatan untuk Korea Selatan sebesar10 juta dollar AS atau 14,4%. Pada 2008, ekspor budaya Korea Selatan naik menjadi US $ 2 miliar untuk pertama kalinya, mempertahankan tingkat pertumbuhan tahunan lebih dari 10%. Pada tahun itu, Jepang menyumbang hampir 68% dari seluruh pendapatan ekspor K-pop.

Yang saya simak dari penuturan Gitaboleh dibilang sejak 2000-an telah terjadi perubahan. Sebelumnya pertukaran budaya Asia Timur yang melibatkan Jepang telah hampir dijalankan satu arah saja.Oleh karena itu terobosan masuknya drama Korea, menjadi lebih seimbang dalam pertukaran hiburan di Asia Timur,” cetus Gita lagi.

Bukan hanya sinetron. Ekspor budaya populer Korea Selatanjuga terjadi pada music. Pada 2002, BoA menjadipenyanyi K-pop yang pertama mencapai No 1 di chart musik Oricon Jepang.Contoh lain ialah Mei 2007: Rain adalah artis musik K-pop pertama yang tampil di ruang konser terbesar di Jepang, Tokyo Dome, di depan 40.000 penggemar. Acara ini terjual habis dalam waktu dua hari setelah tiket mulai dijual.Penggemar K-Pop ini datang dari segala usia dan kalangan, bukan hanya kalangan muda, juga keluarga elite politik di negara Sakura itu.

K-Pop di Indonesia

Cukup banyak tulisan yang menyorot pengaruh K-Pop di Indonesia. Saya melansir beberapa pandangan Nyoman Lia Susanthi, Dosen PS Seni Pedalangan ISI Denpasar.Penyebaran budaya popular dari negeri gingseng ini dilihat sekitar 2002 dengan tayangnya salah satu ikon budaya popular berbandrol drama seri berjudul Autumn in My Heart atau Autumn Tale yang lebih popular dengan judul Endless Love, ditayangkan stasiun TV Indosiar. Setelah itu disusul sekitar 50 judul K-drama tayang di tv swasta Indonesia.1

Seperti halnya di Jepang populernya K-drama diikuti oleh populernyalagu-lagu Korea. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa pemeran drama Korea juga berprofesi sebagai penyanyi, sehingga menjadi idol bagi masyarakat. Contohnya drama Korea Athena yang melibatkan boyband Super Junior, atau drama Korea berjudul Full House menjadikan Rain yang juga sebagai penyanyi, memperkenalkan musik Korea di Indonesia. Sehingga membuat musik Korea marak menjajal Indonesia.

Survei AC Nielsen Indonesia menunjukkan Endless Love rating-nya mencapai 10 (ditonton sekitar 2,8 juta pemirsa di lima kota besar), mendekati Meteor Garden dengan rating 11 (sekitar 3,08 juta pemirsa) (Kompas, 14 Juli 2003).2

Di Indonesia kemunculan boy band dan girl band Korea mendorong munculnya grup-grup serupa. Sebut saja SM*SH, 7 Icon, Cherrybelle dan masih banyak lagi.Bahkan pertumbuhan boy band dan girl band menurut saya sudah terlalu banyak pendatang baruyang nyaris seragam.Selain musik, sejumlah sinetron Indonesia dan film juga mengadopsi tema-tema yang ada di Korea. Misalnya saja Benci Bilang Cinta terasa seperti Princess Hours, Demi Cinta terasa sebagai Endless love dan masih banyak lagi. Tentunya inspirasi bukan dari K-Drama saja, tetapi juga Taiwan dan Jepang. Mudah-mudahan terasa tidak aneh dengan kondisi sosial di Indonesia.

Saya kembalik ke diskusi di Japan Foundation 3 Juli lalu.Sempat terlontar pernyataan kalau Jepang punya J-Pop, Korea punya K-Pop, kapan Indonesia punya I-Pop?Saya kira masih ada harapan. Beberapa film dan sinetron Indonesia bisa menjadi populer karena punya cerita yang kuat.Ada Apa dengan Cinta? Sempat membuat booming lagu-lagunya, hingga memicu kalangan remaja untuk suka puisi, begitu juga Ayat-ayat Cinta dan sinetron yang dibintangi Marshanda ikut memberikan pengaruh model busana muslimah(di luar lagu-lagunya), seperti Jilbab model Rianti Cartwright, jilbab model Marshanda.

Irvan Sjafari

Catatan Kaki:

1.http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia.Diakses pada 4 Juli 2013.

2.http://falcondhehacker.wordpress.com/2012/05/17/fenomena-hallyu-di-indonesia/ diakses pada 4 Juli 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun