Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review “99 Cahaya di Langit Eropa” Menemukan (Kembali) Islam di Eropa

5 Desember 2013   18:09 Diperbarui: 4 April 2017   18:14 4688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_306634" align="aligncenter" width="300" caption="Poster 99 cahaya di langit Eropa (kredit foto Indosinema)"][/caption]

JudulFilm:99 Cahaya di Langit Eropa

Sutradara:Guntur Soeharjanto

Bintang:Acha Septriasa,Abimana Aryasatya, Raline Shah, Dewi Sandra, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marissa Nasution,Geccha Tavvara

Rated:***

“Kok Tante Hanum tidak berkerudung seperti kita?”cetus Aisye (Geccha Tavvara)gadis kecil berdarah Turki ketika mengetahui bahwa sahabat baru ibunya Fatma Pasha (Raline Shah) tidak memakai kerudung atau hijab seperti mereka berdua.Hanum Salsabiela Rais (Acha Septriasa) terhenyak, walau pun ia muslimah tetapi dia memang tidak berkerudung.Sang ibu menyadari pertanyaan kritis anaknya itu dengan tangkas berkilah: “Tante Hanum sakit kepala, jadi dia tidak berkerudung?”

Hanum pun menemukan cara berkilah:”Iya, Tante sakit kepala,” dengan wajah seperti tertohok. Dia semakin tersudut ketika Aisye mendesaknya dengan pertanyaan kritis berikutnya: Kalau sakit kepala hilang, janjinya ya Tante Hanum pake kerudung?” . Adegan dengan dialog yang menarik menurut saya merupakan bagianmenarik dari film 99 Cahaya di Langit Eropa.Chemistry ketiga tokoh ini terbangun lewat adegan ini.

Diceritakan Hanum mengikuti suaminya Rangga  Almahendra (Abimana Aryasatya) melanjutkan studi di Vienna, Austria.Dia mulai merasakan jenuh di negeri yang budaya berbeda dengan tempat asalnyadan ingin pulang ke Indonesia. Namun pertemuan dengan Fatma di tempat kursus Bahasa Jerman merubah jalan hidupnya.Dia bukan saja menemukan seorang sahabat, tetapi juga mendorongnya menemukan kembali nilai-nilai Islam.

Opening scene-nya sudah menghentak.Aisje di sekolahnya menjadi “alien” karena berkerudung. Oleh seorang temannya bernama Leon, dia kerap dibully. Misalnya ketika gurunya bercerita soal pengepungan kota Vienna yang diduduki oleh pasukan Turki dipimpin Kara Mustafa Pasha pada 1683.Pasukan Turki dikalahkan pasukan gabungan Polandia-Austria-Jerman dan menjadi peristiwa penting sejarah Austria.Leon mengolok-olok status Turki, Aisje, sekaligus juga dia sebagai muslim.

Tetapi Fatma dengan bijak menanggapi keluhan putrinya. Walaupun dia sendiri juga mengalami sulitnya mencari kerja karena berkerudung.Bahkan Fatma mengajarkan Hanum,kebijakan yang lain. Ketika Hanum, Aisje danFatma makan di sebuah kafe, Fatma bercerita asal usul minuman cappuccino ternyata dari Turki.Di sudutlain,ada dua pria Eropa mengomentari soal menikmati roti croissant (yang berbentuk bulan sabit)mengolok-olok muslim.

Hanum pun reaktif dan ingin melabrak.Tetapi Fatma punya cara yang lebih bijak dengan membayar makan dan minum dua pria itusambil menitipkan pesan: Saya muslim. Nikmati makanan Anda.Dia meninggalkan alamat email. “Saya agen muslim dan sebagai muslim ingin membawa kedamaian”.Hanum pun tertohok kedua kalinya.Tokoh Fatma juga memperkenalkan jejak-jejak Islam di kota Vienna yang membuat Hanum terperangah.

Di bagian lain cerita Rangga juga berjuang mempertahankan eksistensi keimanannya.Misalnya ketika diminta shalat di ruangan tempat orang menganut Buddha, Kongkucu dan agama lainnya beribadah.Kemudian dia harus memilih Shalat Jum’at atau ikut ujian mata kuliah professor yang mempromosikannya beasiswa.Dia berkawan dengan Stefan (Nino Fernandez), seorang yang mengagungkan rasionalitas dan seorang keturunan Pakistan bernama Khan (Alex Abbad) yang mempunyai pandangan berbeda denganRangga soal praktek ke-Islaman.Khan cenderung lebih kaku.

Bagi saya Rangga, Fatma di satu sisi mewakili satu pemahaman Islam dan Khan dalah mewakili pemahaman yang lain.Sementara Hanum mewakili orang-orang yang sedang mencari kembali identitas ke-Islamannya.

Ada tokoh lain bernama Maarja (Marissa Nasution), satu kampus dengan ketiganya.Maarja tidak terlalu penting dalam bagian pertama film ini.Dia hanya diperlihatkan tertarik pada Rangga.Ada juga Marion (Dewi Sandra) kawan Fatma, mualaf, seorang profesor Sejarah di Paris yang menjadi memberikan pencerahan lain bagi Hanum. Misalnya  bangunan bersejarah di Paris yang punya garis imajiner dengan Mekah. Juga berbagai jejak Islam yang tidak diketahui Hanum sebelumnya. Pertemuannya denganMarion lain cukup penting lewat paket titipannya pada Hanum untuk diberikan kepada Fatma.

Paket ini kelak membuka rahasia lain dari Fatma dan Aisye yang membuat saya menitik air mata ketika menonton adegan film ini.Apalagi adegan ini diiringi lagu pemenang X-Factor Fatin Shidqia Lubis, siapa pun yang punya hati akan menahan haru.Sayang penonton harus menyaksikan film ini dalam dua bagian seperti halnya Perahu Kertas dan Ketika Cinta Bertasbih.Mungkin karena durasinya panjang. Oh, ya Fatin sendiri ditampilkan secara mengejutkan di salah satu adegan.

[caption id="attachment_306635" align="aligncenter" width="300" caption="Adegan dalam 99 Cahaya di Langit Eropa (kredit foto Kapanlagi.com)"]

1386241553200030724
1386241553200030724
[/caption]

Kelebihan film ini terletak pada ceritanya yang memang diangkat dari novel karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra berdasarkan pengalaman mereka ketika belajar di Eropa. Jadi memang tidak mengada-ngada. Beda dengan kebanyakan film Indonesia. Cara bertuturnya tidak membosankan, diselingi komedi. Masukan juga kepada sineas Indonesia, pusing mikirin cerita? Ya, cari saja novel yang bagus untukdasar skenario.

Dari sisi sinematografi top banget! Pemandangan Vienna dan Paris membuat saya dan seorang bapak yang duduk di sebelah saya tak henti-hentinya mengucapkan takjub. Juga soundtracknya antara lain dibawakan Fatin juga menyentuh hati. Adegan azan di menara Eiffel juga orisinil.

Kelebihan ketiga, dari departemen casting, yang jadi bintang pada sekuel pertama adalah Geccha Tavvara, pendatang baru yang memerankan si kecil. Benar-benar natural, gesturnya seperti anak keturunan Turki yang dibully , juga cara berkomunikasi.Saya juga melontarkan pujian pada Raline Shah yang menghidupan tokoh Fatma, “agen muslim”yang bijak.AlexAbbad dan Nino Fernandez kalian juga main bagus. Begitu juga dengan Abimana Arsyasatya memerankan Rangga cukup hidup berbeda dengan kharakter di film lainnya, misalnya dalam Belenggu bisa jadi orang yang terganggu jiawanya.Saya kira bisa menjadi bintang masa depan.

[caption id="attachment_306637" align="aligncenter" width="300" caption="Abimana, Acha Septriasa, Fatin Shidqia dalam 99 Cahaya (kredit foto Hot.detik)"]

13862416691344597300
13862416691344597300
[/caption]

Di peran utama perempuan, Acha Septriasa tidak secemerlang ketika dia bermain dalam Test Pack, walaupun masih lebih baik dibanding film-film pertamanya.Dalam beberapa adegan kharakter Hanum yang meledak-ledak, namundi kala lain gundah memang bisa dimainkannya dengan tepat. Tetapi Hanum kan orang Yogya? Kok nggak keluar kultur Yogyanya (kecuali ucapan Mas memanggil suaminya)?Dalam berapa adegan lain malahmasih tampak Acha-nya.Mungkin di sekuel keduanya kharakternya Hanum bisa lebih hidup dimainkan Acha Septriasa. Untuk sementarasekuel pertama milik Geccha Tavvara dan Raline Shah.

Kelemahan lain ada berapa editing subtitle dialog yang kurang rapi. Untung tidak mengganggu peonton yang mengerti Bahasa Indonesia.Namun untuk ditonton di luar rasanya kurang mengganggu.Cara memasukan iklan produk kosmetik malah lebih halus dan tidak dipaksakan  seperti kebanyakan film-film Indonesia.

Secara keseluruhan 99 Cahaya di Langit Eropa adalah film Indonesia yang patut ditonton. Saya bersyukur bisa menonton pada hari pertama dan jam pertama di salah satu bioskop di kawasan Jakarta. Jumlah penonton cukup banyak memenuhi separuh studio.Catatan lain: Mengapa sih film-film Indonesia yang saya perkirakan bagus ditumpuk di bulan Desember? Ada Soekarno,Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Laskar Pelangi 2 Edensor, SlankNggak Ada Matinya yang semuanya patut diapresiasi.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun