Film ini bersettting 1980-an akhir hingga awal 1990-an.
Diceritakan pada pertengahan 1988 Alif akan lulus SMP. Dia bersama sahabatnya, Randai berharap bisa masuk SMA terkenal di Bukit Tinggi, lalu lanjut kuliah di ITB. Namun ibu Alif menginginkan Alif untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo, Jawa Timur. Alif memberontak tapi akhirnya memenuhi pinta orangtuanya walau setengah hati. Ada adegan yang menyentuh ketika si Ibu memasang foto Alif di tengah dua tokoh kebanggaaan Minangkabau, Hatta dan Hamka. Sebuah simbolis dari sinematografi film ini.
Alif akhirnya di Pondok Madani. Kesannya tempat itu 'kampungan' dan mirip penjara karena peraturan yang ketat dan keharusan ikut kelas adaptasi setahun. Alif sering menyendiri. Seiring berjalannya waktu, Alif mempunyai sahabat , yaitu Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, dan Dulmajid dari Madura. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara. Bagaimana pergumulan Alif di dunia yang semula dianggapnya aneh adalah cerita film ini. Tiga bintang untuk film ini. Penuh filosofi sejak awal hingga akhir. Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H