Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Humanis Religius dalam Ummi Aminah

8 Januari 2012   11:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zarika ini memiliki hubungan khusus dengan bawahannya -- Ivan (Temmy Rahadi) yang sudah beristeri, Dewi (Elma Theana). Di jejaring sosial, Zarika menjadi bulan-bulanan, dituduh sebagai perempuan perebut suami orang. Di sisi lain Zarika memang terkesan pada Ivan yang dinilainya care sebagai seorang laki-laki. Saya memberikan point pada film yang antara lain mengangkat problem ini dan bagaimana agama (menurut Aditya Gumay) menyikapinya. Tidak begitu saja memberikan alasan poligami sekalipun Dewi digambarkan sakit hingga tidak berfungsi sebagai istri.

Istri Zainal, Rini (Revalina S Temat) sedang mengandung anak kedua. Mereka masih menumpang di rumah Ummi. Kerja Zainal hanya menyopiri Ummi ke berbagai tempat ceramahnya. Untuk menambah penghasilan, Zainal mencoba jualan sepatu di tempat-tempat Ummi ceramah. Malang baginya, Zainal dimanfaatkan teman bisnisnya sebagai kurir narkoba. Penangkapan Zainal disaksikan jamaah Ummi. Berita pun menyebar, Ummi hanya bisa pasrah ketika semua tempat-tempat pengajian membatalkan undangan ceramah

Ummi Aminah adalah film besutan Aditya Gumay yang ketiga saya tonton setelah Emak Ingin Naik Haji dan Rumah Tanpa Jendela. Ketiga film ini nafasnya sama dan sebangun , film keluarga yang sarat dengan nilai humanis-religius. Lewat cara bertutut-tuturnya pria kelahiran Jambi, 4 Oktober 1966 itu berhasil menggambarkan bagaimana nilai-nilai agama tidak hanya ada pada tataran teoritik yang baku tetapi nilai agama ada pada tataran praktek, yaitu ikut memecahkan masalah kemasyarakatan dan bukannya justru menambah runyam permasalahan sosial.

Tokoh Zidan, misalnya (tampaknya terinspirasi dari Zidane, pemain sepakbola Prancis 1990-an yang kebetulan beragama Islam) yang lahir memilik sifat seperti keperempuanan atau dalam bahasa genetikanya memiliki kromosom X yang lebih banyak. Dalam film ini Zidan tidak dihakimi (dalam beberapa film dan sinetron kita tokoh seperti ini jadi olok-olok). Sikap Aditya Gumay ini juga tampak dalam Rumah Tanpa Jendela, ada anak autis yang harus diperlakukan layaknya anak lain. Ini poin yang kedua, cara bertutur Aditya Gumay.

Point ketiga akting sejumlah pemainnya luar biasa. Saya berikan point pada Paramitha Rusady. Ini aktingnya yang cukup baik mengingatkan saya pada penampilannya pada film lawasnya. Saya terkesan pada Mitha dalam beberapa filmnya seperti Kidung Cinta (1985) sebagai Bugi, gadis tomboy dan Merpati Tidak Pernah Ingkar Janji (1986) sebagai Maria, seorang gadis yang berada dalam dilema menjadi biarawati atau mengejar cintanya terhadap seorang pemuda.

Rasyid Karim sebagai Abah juga mencuri perhatian. Scene ketika dia menghibur istrinya di villa milik anaknya mengesankan. Begitu juga akting Ruben Onsu, Revalina (tampaknya banayk memainkan perempuan berjilbab), serta Yessi Gusman yang sudah saya nanti penampilannya di layar lebar setelah film 1980-annya bersama Rano Karno yang menjadikannya ikon remaja masa itu (Saya terkesan pada Gita Cinta dari SMA, Puspa Indah Taman Hati dan Selamat Tinggal Duka yang memberikan kesan dia perempuan anggun). Tentunya juga akting dari Nani Wijaya spesialis artis watak senior.

Catatan lain ialah nafas sinetron kita yang ala Bollywood masih terasa lewat penampilan tokoh Ivan dan kemudian kawannya Tommy baik fotomodel, serta tokoh yang komikal (buat komedi khas sinteron Multivision) seperti tokoh Zubaidah dan cowok yang ditaksirnya Joko. Untungnya Aditya bisa membuatnya lebih halus. Sebagian jalan cerita bisa saya tebak -saya kira juga banyak penonton lain-kecuali ending yang menjadi penutup film ini yang membuat saya kembali mengacungkan jempol buat Aditya Gumay.

Tentunya juga soundtrack film ini yang antara lain dinyanyikan Paramitha Rusady yang membuat penonton sangat terhibur selain mengambil makna yang dalam.

Irvan Sjafari

1326023709440894554
1326023709440894554

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun