Timur Asing
Pribumi
1922
HI Bussemaker, JC. Van Bloemenstein,Du Cloux, Franssen Van de Putte, TC.J Kroesen, JJ Munniks de Jogh, ND Veenstra, Dogterom, PR de Rochemont
Tak Kin djoen, Kho Sin Tjo
R.A.A Soerio Adiningrat, Danoesastro, R.P Pawitro Hadinoto, Koesno
1934
Joh A Buger, J.A Van Helsdingen, PK Heringe, JX Kampschout, H. Kruyne, Lafontaine, Rijksengan, Van De Vrijbeghe de Conigh, Mevrouw Haden (1)
Kho Sin Tjo, dr. Tjan Eng Young (3)
Abdoel Moethalib gelar Maharadja Soetan (2), R.Ismagoen,R.A Soeriodikusmo, PB Tumbelaka (4)Danoesastro, Prawirodirdjo
Sumber : Laporan tahunan Gementablad van Malang untuk 1922 dan 1934.(1) Mevrouw Haden adalah wanita pertamamenjadi Dewan Kotapraja. (2) kemungkinan mewakili para perantau dari Sumatra(3) tokoh ini dokter Tionghoa yang dekat dengan kalangan Muhamadyah(4) kemungkinan mewakili kelompok Minahasa dan Ambon yang banyak menjadi anggota militer.
Kota Malang mulai menunjukkan bentuknya pada 1914.Peta no.1 menunjukkan Kota Malang pada 1887 luasnya hanya seukuran sekitar-alun-alun dan suatu tempat pemukiman di bagiantengah barat. Luasnya itujuga sudah berkembang dari suatu daerah lebih kecil.Namun dibukanya aksesjalan kereta api ke Surabayapada 1879 menjadikan kota ini jadi strategis. Juga jarinagn kereta api Pasuruan-malang pada 16 Mei 1878. Sayang tidak disebutkan berapa luas awal Kota Malang menurut peta 1887 ini. Buku 60 tahun Kotapraja Malang menyebutkanbahwa rumah dan alun-alun kemungkinan besar dibangun pada 1882.
Jaringan jalan raya yang menghubungkan Malang dengan lokasi perkebunan dan kota Surabaya dan Pasuruan juga membuat kota ini berkembang.Namunmuaranya hanya satu: Kota ini sebetulnya diperuntukkan untuk kepentingan perekonomian kolonial.
Pada peta No. 2 Kota Malang menemukan bentuknya –yang menjadi bentuk awal Kota Malang sekarang-pada 1914. Jelas disebutkan luasnya 1503 Hektar. Kota berkembang pesat ke bagian utara, jaringan jalan semakin luas, serta ke bagian tenggara kota daerah sekitar KlentengStraat (jalan kelenteng sekarang). Kampung Temenggungan, Oro-oro Dowo berkembang.Peta No.3 dan peta No. 4 menunjukkan kota itu bertambah 300-an Ha.
Sumber-sumber Belanda menyebutkan alun-alun sebagai pusat kota sebagai lazimnya kota-kota tradisional Jawa lengkap dengan jalannya yang sebetulnya lebih indah.Pusat kontrol pemerintahan pada kota-kota kolonial di Jawa ditempatkan disekitar alun-alun kotanya. Semua bangunan pemerintahan seperti kantor Asisten Residen, Kantor Bupati, Penjara serta bangunan keagamaan seperti mesjid ( Di Malang juga Gereja) dibangun di dekat alun-alun.Perencanaan Kota Malang antara lain adalah konstribusi Thomas Karsten.Perencana kota dan arsitek ini dilahirkan di Amsterdam pada 1884.Ayahnya seorang guru besar filsafat yang banyak mendapat pengaruh gagasan revolusi Prancis dan Hegel pada Universitas Amsterdam. Karstenbelajar di TH Delft 1904-1909 dan banyak mendapat pengaruhSosialisme-Demokrat. Karsten meletakkan dasar perencanaan dan perancangan modern dari kota-kota seperti Bogor, Malang, Semarang dan Palembang.
Perencanaan Karsten dalam mengembangkan pemukiman urban di Jawa adalah peningkatan kualitas kampung.Hal ini ditempuh dengan cara mengelilingi kampung dengan pemukiman formal yang menjadi pagar luarnnya.Di belakang pemukiman formal ini hidup pemukiman informal dengan struktur yang tumbuh organis.Konsep dasar ini memungkinkan terciptanya suatu heterogonitas dan kerja sama antar penduduk yang berbeda status sosial.Dengan dikelilingi kampung-kota oleh strukturpemukiman formal, maka infrastuktur kota dimungkinkan tercapai oleh masyarakat informal.Penduduk kampung-kota memiliki potensi sebagai pemasok tenaga kerja; pembantu, supir dan pelayanan komersialbagi penduduk yang tinggal dalam struktur pemukiman formal (Wiryomartono, 1995: hal 151-152)
Sepanjang Jalan Celaket pada 1914terdapat banyak bangunan dan rumah milik orang Eropa dengan halaman yang luas. Orang-orang Eropa tinggal di sekitar Alun-alun (di sana ada rumah dinas residen), termasuk juga di Taloon, Tongan, Sawahan, Kayutangan, Oro-oro dowo, Kloedjenlor danRampal. Pada 18 Mei 1917 mulai dibangunkawasan untuk orangEropadi daerah yang kini Jalan Arjuno, Ijen, Wiheliminastraat.
Kawasan Pecinan terletak di tenggara alun-alun dan pribumi di kampung-kampung seperti Kebalen,Temenggungan, Jodipan, sebagian di Taloon dan Klodjenlor.Di sana terdapat pasar Pecinan yang menjadi ikon kota ini.
Kampung atau desa di dalam kota Malang bukan lagi dalam pengertian lama. Desa-desa dalam kota dihuni oleh campuran antara orang Tionghoa, Eropa, Arab dan pribumi yang menjadi pejabat, pengrajin dan kuli. Pada 23 Februari 1918 Kotapraja melakukan intervensi dengan membuat aturan baru bagaimana batas kota dan desa. Aturan-aturan untuk rumah juga dibuat.Wabah pes yang menghajar wilayah Malang termasuk kota initampaknya juga menjadi pelajaran bagi kotapraja.Tjahaja Timoer pada Januari 1915menyebutkan karena dahsyatnya wabah itu kota tidak merayakan tahun baru pada 1915.Lihat tulisan saya http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/01/horor-hantu-hitam-sebuah-catatan-tentang-wabah-pes-di-kabupaten-malang-1910-an--570020.html
Pada 1925 sebagai konsekuensinya Kampung Temenggungan diakusisi ke dalam kotadan 1927 Desa Klodjen dan Jodipan.Pada 1928 Kidoelpasar, Kottalama (Kotalama) , Sukorejo dan 1929 giliran Kuaman dan Oro-oro dowo. Ketika diakusisi maka administrasi,keuangan desa-desa ini menjadi bagian dari kotapraja, bukan terpisah seperti pada desa lama. Pada 1926 didirikanBalaikota Malangdi dekat lapangan yang disebut JP Coen.
Kotapraja Malang pada 1914 sudah mempunyai perusahaan air minum sendiri yang tadinya berada di bawah Keresidenan Pasuruan.Pada 1917perusahaan air ledeng dan pasarberkembang sedemikian rupahingga membutuhkan rekening dan catatan keuangan yang terpisah dari kotapraja.Pada awalnya perusahaan air minum ini mengalami kerugian. Namun kira-kira 1930 investasi sebesar f 1.131.879 telah kembali.
Padaakhir tahun1918, landbank (bank tanah) didirikan. Pada 1921pembentukanperusahaanjagal, pada tahun 1926diadakan pembangunansarana olahraga lapangan sepakbola. Pada 1928KotaMalang sudah mempunyai perusahaanyang bergerak di bidang pergudangan. Kolam renang untuk orang Eropa terdapat di Jalan Semeru dan Kawi.Pada 1931disebutkan kolam renang memberikan pemasukan sebesar F 28.222 (Arsip Kotapraja No Az 46/4 No 41 13Februari 1932). Prasarana olahraga lain yang dibangun ialah lapangan tenis.
Jumlah sekolah pemerintah dan partikulir 42 buah, tiga buah sekolah taman kanak-kanak, serta sebuah sekolah Montesori untuk anak-anak Eropa.Terdapat juga Sembilan sekolah untuk anak-anak pribumi, sebuah sekolah untuk anak perempuan pribumi,skeolah Tionghoa berbahasa melayu, sebuah sekolah untuk anak-anak Ambon, sekolah Netral (Neutrale Lagere School), dua sekolah Kristen, Sekolah Ursuline, sertasekolah untuk pastur dan suster, sekolah untuk anak-anak Tionghoa. Pada 1927 Malang baru mempunyai sebuah sekolah HBS dan AMS. Selain itu terdapat sekolah-sekolah yang didirikan oleh Muhamadyah dan Taman Siswa.
Selain Rumah Sakit Militer Kota Malangmempunyai ruma sakit Zending, Klinik Lavalette, serta sebuah Poliklinik yang didirikan oleh Muhamadyah.
Hotel di Kota Malang
Gaya hidup orang Eropa dimanjakan dengan adanya sejumlah toko seperti toko buku dan percetakan Kolff & Co. Terdapat Hotel Palace di Alun-alun Selatan sebagai salah satu hotel terkemuka. Hotel ini berdiri pada 1915 mempunyai 70 kamar. Bangunannnya bertingkat dua.Tarifnya pada masa itu bisa mencapai F 75 per malamnya.