Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Malang Masa Hindia Belanda 1914-1942, Het Dorado van Oost Java: Catatan Awal

1 April 2014   23:04 Diperbarui: 4 April 2017   16:54 3654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_329495" align="aligncenter" width="300" caption="Bagian dalam Hotel Palace di Malang pada masa Hindia belanda (kredit foto Imansantos.blogspot)"]

13963427541855765713
13963427541855765713
[/caption]

Hotel besar lainnya di Kota Malang adalah Splendid Inn terletak di Jalan Speelmanstraat (sekarang jalan Majapahit).Hotelini dibangunpada 1923 atas jasa kantor arsitek Smits-Kooper (berkantor di Lowokwaru).Hotel ini mempunyai 40 buah kamar. Pemiliknya bernama CC Mulie.Keunikan hotelini adalah pada arsitektur bangunannya yang bergaya Nieuwe Bouwen (berbentuk kubus dan atap lurus)

Hotel lainnya ialah Hotel Victoria di Jalan Van Imhoffstraat yang dimiliki oleh A.G.M Funckle.Informasi yang menarik tentang hotel ini pada Oktober 1930 menawarkan sewa bulanan per kamar sebesar F 125.Di Bromostraat (Jalan Bromo)no 17 juga terdapat hotel astor dengan tarif F 150 per orangnya dan kalau dua orang F 250(De Malanger, 1 Oktober 1930).

Sarana penginapan lainnya yang unik di Kota Malang pada 1920-an adalah Sans Souciens yang dimiliki seorang berkebangsaan Prancis bernama H. E Arrians. Bangunan penginapan yang mempunyai dia bagian ini terletak di Jalan Jualianastraat.Bangunan pertamaterdiri 5 kamar untuk keluarga dan satu kamar untuk satu orang.Sementara bangunan kedua terdiri 4 kamar familie dan 1 kamar untuk dua orang(arsip tata kota No 3459/8 no 165, Malang 22 agustus 1929). Masih terdapat penginapan model Pension (Wisma), seperti Pension Elvira di Celaket dan Pension Henriette di Klodjen Kidul no 11.

Jalan Kayutangan: Sentral Bisnis dan Gaya Hidup Kota Malang

Sentra gaya hidup orang Eropa di Kota Malang ada di Jalan Kayutangan (kini Jalan Basuki Rahmat).Beberapa toko di sanamenjadiikon kota ini. Pada 1920-an terdapat toko serba ada,semacam departemen store masa ituWarenhuis (toko serba ada) Weissberg kepunyaan orang Amerika.Dalam de Malanger 17 Juni 1929 Warenhuis Weissberg sempat mengiklankan penjualan piano dan alat-alat musik.Toko itu beralamat Jalan Kayutangan no 5 dengan nomor telepon 16.

[caption id="attachment_329498" align="aligncenter" width="300" caption="Warrenhuis weissberg (kredit foto Het Dorado van Oost Java, 1929)"]

1396342869580062000
1396342869580062000
[/caption]

[caption id="attachment_329499" align="aligncenter" width="300" caption="Toko Oen masa kini (kredit foto Detik Travel)"]

1396342957514519193
1396342957514519193
[/caption]



Pada 1930pemiliknya berganti kepada seorang Tionghoa yang mendirikan Toko Oen, restoran yang menjual ice cream yang sampai kini masih berdiri dan menjadi ikon Kota Malang dengan alamat dan nomor telepon yang sama.Menariknya Pada alamat dan nomor telepon yang sama sebelum berdirinya Toko Oen terdapat Toko Liberty Magazijn yang menjual pakaian jadi.

Orang-orang Jepang jumlahnya ditaksir hanya puluhan orang di Kota Malang.Mereka menjalankan bisnis di beberapa toko di Jalan Kayutangananatra 1914-1930-amBisnis orang Jepang yng cukup menonjol di Kota Malang ini ialah Coiffeur (piñata rambut) dan barbier (cukur rambut) untuk pria.Paling sedikit ada empat salon pria di jalan itu yang diusahakan orang-orang Jepang ini, yaitu Maison Kobe (beralamat di Jalan Kayutangan nomor 36, Toko Minami & Co (beralamat di Jalan Kayutangan nomor 57 dengan telepon 881, serta LS Coiffeur dengan pemilik bernama Matayoshi dengan dua toko yaitu nomor 38 dan 91.

Di depan Kantor PosMalang tepatnyadi toko nomor 6 mulanya ada TokoMusiklyra. Kemudian Toko ini juga menjual alat-alat optic (kacamata) kepunyaanseorang Yahudi bernama JH Goldberg. Dia memulai usahanya di Surabaya pada 1908 di Jalan Pasar Besar 36 sebelum ke Malang dan kemudian juga cabang lain di Weltervereden.

Di jalan Kayutangan juga berdiri Onderling Belang, toko serba ada yang megah di Kota Malang masa itu. Toko ini juga mempunyai cabang di Surabaya dan Bandung. Onderling Belang adalah perkumpulan perdagangandari Rotterdamyang diperkirakanmasuk ke HindiaBelanda berdiripada 1910-an.Onderling Belang menjadi belanja busana yang tren masa itu bagi orang-orang Eropa.Toko ini hancur dalamPerang Kemerdekaan,ketika Belanda melakukan Agresi I pada Juli 1947.

Toko-toko lain yang adayang ada di Jalan Kayutanganyang pernah berdiri pada itu adalah Toko Tourist (Jalan Kayutangan no 75 menjual sepeda), salon khusus untuk perempuan di jalan Kayutangan no. 28), binatu, Restoran Eldorado, showwroom penjualan mobil dari General Motor, Juvelier Thio (Kayutangan nomor 41), Toko Piet (Kayutangan no.63) yang menjual kebutuhan untuk kamar mandi, rumah tangga, kosmetik, Toko Roti NV Mabes (nomor 49), Malangsche Winner Bakery (nomor 75), toko buku Kolff & Co.Hanya ada satu toko milik pribumi di Jalan Kayutangan, yaitu toko perabotan rumah tangga dan tempat tidur milikMas Haji Hasyim beralamat di Jalan Kayutangan nomor 47.Lihat jugahttp://sejarah.kompasiana.com/2012/08/30/bisnis-dan-dakwah-catatan-tentang-kiprah-para-pengusaha-muslim-pribumi-di-kota-malang-1914-1950-an-483162.html

Terdapat dua apotik yaitu NV Apotheek Malang (Kayutangan nomor 70) dengan apoteker HAC Boelman dan NV Apotheek de salamander (Jalan Kayutangan nomor 16).Di Jalan Kayutangan itu juga terdapat Rumah Bola atau Societet Concordia menjaditempat hiburan orang-orang Eropa.Umumnyatempat ini menjadi tempat pertunjukkan music. Misalnya saja Pada 19 desember 1931 dan 9 Januari 1932 disebutkan ada pertunjukkan amal di tempat ini untuk dana Klinik lavalette sebuah operette anak-anak berjudulDe Prins van Sinddengan ketuapanitia Nyonya JF Croes (Arsip Kotapraja No AZ 11/34 No 5, Malang 25 Januari 1932).

Kota Malang pada 1930mempunyai13 pompa bensin.Tiga di antaranya dimiliki oleh Gilbert en Barker masing-masing di Celaket No 11 (3000 liter), Pasar Besar (4000 liter)dan Kayutangan (berkapasitas 4000 liter).Ada juga kepunyaan NV Malangsche Autoveller juga di Kayutangandengan kapasitas 6000 liter, Shell (perusahaan inggris) di Jalan semerudengan kapasitas 8000 liter, Rijwiel Handel Martens di oro-oro Dowo berkapasitas 8000 liter, Mevrouw Volker di Talon-Kawistraat 8000 liter dan sisanya kepunyaan orang Tionghoa.

Di Jalan Kayutangan terdapat sebuah bioskop bernama Roxy (namanya kemudian menjadi Merdeka setelahKemerdekaan Indonesia).Bioskop ini melengkapi sarana hiburan di Kota Malang.Bioskop lainya adalah Rex (Alun-alun Timur), Flora, Centrum, Globe, Orient (di Meublemakerstraat, sekarang Jalan Pertukangan dan Atrium).Bioskop-bioskop ini boleh ditonton semua kalangan.Kecuali Atrium yang hanya untuk orang Eropa dan serdadu KNIL.

Menurut saksi mata yang hidup pada masa itu Ny. Soemarno menceritakan bagaimana pengalaman menonton bioskop pada masa penjajahan Belanda,

Bioskop yang saya lihat tanpa suara alias film bisu.Di depan layar ada pemain musik yang bermain sesuai dengan adegan dalam film. Pribumidiperbolehkan menonton bioskop.Pribumi hanya tidak diperbolehkan memasuki pemandian umum. Bioskop-bioskop umumnya ada di tengah kota..

Dua surat kabar juga bermarkas di Kota Malang, yaitu NV Dagblad de Malanger yang menerbitkan harian de Malanger beralamat di Jalan Kayutangan nomor 11 dan satu lagi Redaksi Sinar Malangjalan Kayutangan nomor 40.Jalan ini memang strategis karena berada antara Jalan Celaket yang menembus Malang ke kota lain dan akses ke alun-alun yang merupakan pusat kota Malang.

Irvan Sjafari

Sumber foto-foto:

malang Het dorado van oost java, 1929 dan Toko Oen (detik travel).

http://imam-santos.blogspot.com/2012/02/sejarah-singkat-hotel-pelangi-malang.html

Peta: gemenstablaad van Malang 1940.

Sumber bacaan artikel dan buku:

Elson, R.E, Javanese Peasants and The Colonial Sugar Industry, Singapore Oxford University, 1984

Hadinoto, “Perkembangan Kota MalangPada Masa kolonial 1914-1940” dalam Majalah Dimensi, 22 September 1996.

Malang Debergstad van Oost-Java: Uitgegeven Fn aangeboden Door Den Gemeenteraad van Malang, Malang April 1927

Mustopo,Habib Dari Pura Kanjuruhan Menuju Kabupaten Malang, Pemda Tingkat II Kabupaten Malang, 1984.

Nas, Peter J.M, The Early Indonesian Town: Rise and Decline of the City-State and Its Capital, 1986

Ruckert, J.J.G.E,“De Ontwekelling van De Fiancien der Autonome Gemeenschapen “ inF.W.M Kerchman (ed) 25 jaren decentralisentralisatie in Netherland Indie 1905-1930, Vereenigingvor Locale Belangen, Semarang, 1930

Werthleim,IndonesianSociety in Trantation,Bandung: Van Hague, 1958

Wiryomartomo, A. Bagoes, Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia, Jakarta: Gramedia,1995

Sumber blog:

http://sizzle-funk.blogspot.com/2008/11/sejarah-musik.htmldiakses 1 April 2014

http://artagamalang.blogspot.com/2008/01/malang-tempo-doeloe.htmldiakses 1 April 2014

http://ayorek.org/2012/10/dua-kota-tiga-zaman/ diakses pada 1 April 2014.

Wawancara Nyonya Soemarno pada 1 Agustus 1992.Jururawat dan anggota PMI di Kota Malang masa PerangKemerdekaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun