[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Penyanyi tenar Glenn Fredly turut hadir di konser Balada Sirkus Yura di IFI, Minggu (14/9) malam. Solois pemilik hits Januari itu tampil duet bersama Yura dalam tembang Cinta dan Rahasia serta Televisi milik band Naif. (TRIBUN JABAR/LAISA KHOERUN NISSA)"][/caption]
“Seorang musisi akan maju apabila dia percaya akan karyanya.”Demikian ucappenyanyi kondang Glenn Fredly dalam konser“Balada Sirkus Yura”yang digelar di Instutute Francaise Bandung (IFI) pada Minggu Malam 14 September 2014 lalu. Yunita Rachman sang penyanyi membuktikan hal itu, seperti mengikuti pepatah yang tak pernah usang: Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Tidak menjadi juara dalam The Voice of Indonesiapenyanyi kelahiran Bandung 9 Juni 1991 justru menemukan jalannya sendiri.
Berturut-turut setelah berhasil menelurkan album perdananya bertajuk YURAtahun lalu, tampil mengesankan dalam ajang Kampoeng Jazz, Universitas Padjadjaran 3 Mei 2014, kini Yura bernai menggelarkan konser yang dihadiri ratusan pengunjung.Yura menyanyikan belasan lagu dengan dua segmen diiringi tujuh orang musisi dan orang backing vokalis dengan panggung yang ditata layaknya arena sirkus.
Yura membuka penampilannya dengan lagu “Pesta” yang dipopulerkan antara lain oleh Elfa’s Singer, dengan gayanya yang khas jenaka, ceria, senyum sekali-sekali bertepuk tangan.Setelah itu diikuti oleh lagu “Kataji” lagu berbahasa Sunda yang dibawakan secara jazzy, yang menurut saya membuat Yura punya karakter sendiri dan lagu ini benar-benar milik Yura, dibawakan dengan caranya yang bertepuk tangan dan dehem hu..hu..hu.
Poin Sembilan untuk dua lagu pertama. Selanjutnya ada beberapa lagu yang ada di albumnya di antaranya, “Keruh di Air Jenuh” dinyanyikan dengan gestur dan ekspresi yang pas, juga khas Yura, tetapitidak sedahsyat ketika dia menyanyikan dua lagu pertama, tetapi jauh lebih meningkat dari penampilannya di Mostly Jazz medio Mei lalu, serta beberapa lagu berbahasa Inggris yang saya tidak terlalu hafal.
Di sebelah saya ada mahasiswa Jurusan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia yang seiya sekata untuk lagu-lagu pertama.Tetapiketika membawakan lagu-lagu berbahasa Inggris, saya melihat Yura keluar dari karakternya dan mulai bereksperimen- sekalipun penyanyi jazz kondang Andien juga kerap melakukan hal yang sama- ini beresiko bagi penyanyi debutan baru.
“Loh, justru itu kelebihan penyanyi indie seperti Yura yang membuktikan menyanyikan lagu yang tidak kacangan dan seperti minuman kaleng,” cetus mahasiswa itu. Mungkin telinganya lebih baik dari saya.
Namun saya akhirnya sependapat dengan mahasiswa itu ketika Yura membawakan lagu blues berduet dengan seorang musisi senior- kalau tidak salah namanya Hari Potjhang- yang memainkan harmonika. Power Yura justru keluar di lagu itu dan menunjukkan kepiawaiannya memainkan harmonika. Hasilnya perpaduan mereka menciptakan harmonisasi bernuansa blues.
Kopral Jono Ala Yura
Yura kembali menyihir saya pada lagu ke delapan (kalau tidak salah) dengan seruan Hey, hey, hey, hey beberapa kali.Ternyata dia membawakan tembang lawas “Kopral Jono” dengan kharakternya, bahkan memperkenalkan para penggiring musiknya pada lagu ini yang membuat penonton tertawa.Lagu ini berawal dari lompatan Yura yang lain, yaitu terlibat dengan suatu kelompok yang disebut empat wanita (bersama Monita Tahalea, Dira Sugandi, Cantika Abigail) yang membawakan sebuah drama musikal “Surat-surat Aryati” beberapa waktu lalu.
Kopral Jono adalah lagu populer 1950-an ciptaan Ismail Marzuki, popular oleh Henny Poerwonegoro di eranya (yang masih menjadi evergreen hingga sekarang).Pada masa kini seingat saya juga pernah dibawakan dengan jazz oleh debutan Indonesia Idol Ghea Dahliana (dengan suara agak serak dan centil bernuansa swing memukau),Andien (membawakannya dengan lantang, energik, kelebihan pada artikulasinya yang sempurna serta pure jazz).
SementaraYura menyanyikan dengan cara yang khasnya pada konsernya. Lebih baik ketika dia membawakannya pada “Surat-surat Aryati” yang suaranya agak berat dan mengingatkan pada penyanyi jazz lainnya Iga Mawarni.Saya berdebat dengan seorang rekan wartawan membandingkan ketiga penyanyi ini ketika menyanyikan lagu yang sama. Rekan itu bilang Yura belum keluar karakternya dalam video Youtube arena “Surat-surat Aryati”. Tetapi di konser menurut saya Yura cukup meningkat dan mampu membuatnya lebih beda.Catatan lain Ini membuktikan lagu apa pun yang dibawakan dengan cara jazz membuat penyanyi berimproviasi secara bebas.
Duet dengan Glenn dan Sarasvati
Pada segmen kedua Yura memperlihatkan kemampuannya berduet dengan musisi yang dianggap ikut membesarkannya. Di antaranya dengan RisaSarasvati di mana Yura juga pernah terlibat. Mereka membawakan lagu “Cut and Paste” dan “Runaway Baby”dari Bruno Mars.Tadinya saya khawatir Yura akan tenggelam oleh Risa yang jam terbangnya lebih tinggi-mahasiswa seni musik di sebelah saya juga khawatir. Ternyata Yura berhasil mengimbangi seniornya itu.
There is a girl with a million lust/She does things to get it fast/Shes only good in cut and paste/A silly girl who think shes the best Bagian dari lagu “Cut and Paste” saya suka.
Yura juga menyajikan kejutan kepada penonton (saya sudah menduganya Glenn pasti hadir mendukung muridnya) dengan berduet dengan coatch-nya dalam arena The Voice of Indonesia, Glenn Fredly.Keduanya membawakan lagu “Cinta dan Rahasia” yang menurut Glenn lagu ini ditakdirkan untukYura. Mahasiswa jurusan seni musik sebelah saya lebih jeli: chord lagu ini sejuta umat (karena sering dipakai musisi), namun tetap memikat.Saya sendiri tidak terlalu terkesan, walau tetap beri apresiasi.
Nah yang lebih memukau sebetulnya lagu kedua duet itu, bertajuk “Televisi” . Aku ingin membeli tv 72 inchi/Untuk bisa aku nikmati/Bersama sanak family/Menyenangkan punya televisi/Lihat dunia yang berwarna-warni/Asal jangan acaranya basi/ Cuma bikin keqi/lagu yang dipopulerkan oleh Band Naif ini dibawakan dengan nuansa broadway dan Yura mampu mengimbangi Glenn pada lagu ini, baik improvisasi, energik.Jam terbang yang tinggi membuat Glenn bisa menghidupkan suasana misalnya dengan memainkan semacam rebana yang sebelumnya juga digunakan Yura.
[caption id="attachment_359463" align="aligncenter" width="300" caption="Yura dan Sarasvati. "]
Yura menutup konsernya dengan dua lagu andalannya “Superlunar” (ini lagu kedua setelah “Kataji” membuat saya jatuh hati pada penyanyi debutan baru ini), serta “Balada Sirkus”.Tentunya lagu “Super Lunar” membuat saya ikut berjoget bersama para penonton termasuk mahasiswa seni musik tadi.
Mari Berdansa/ Kau yang di depan mata/Janganlah kau gelisah/mari kita berpesta/…. Liriknya berfantasi dengan refrainnya su/su/super lunar.Koreografi para badut berjoget membuat lagu ini hidup. Memang laguuntuk membuat orang berjoget. Ini baru “Super Yura” menurut saya. Penampilan sebangun juga ketika Yura membawakan Balada Sirkus. Penonton yang kebagian terompet kecil ikut menyemarakkan suasana.
Catatan untuk Yura
Secara keseluruhan Yura maju pesat dengan penampilannya “Konser Balada Sirkus”.Staminanya luar biasa menyanyikan belasan lagu tanpa turun “performance” sekali pun. Dia juga mampu menunjukkan ketrampilannya memainkan keyboard. Saya berdebat dengan seorang rekan wartawandi kantor setelah kembali ke Jakarta. Menurut rekan saya Yura secara keseluruhan belum matang di jazz-nya. Sayasependapat terutama ketika Yura membawakan lagu-lagu yang bukan lagu dia. Keberanian bereksperemintal lebih baik dilakukan di level yang lebih kecil dulu. Selain itu Yura harus diuji tampilsecara solo di luar “kandang”dan dalam arena yang lebih besar seperti seperti Jazz Goes to campus,Jak Jazz, Java Jazz yang semacam itu.
Di sela-sela konser Yura juga memperkenalkan video klip “Balada Sirkus”, komikal, lucu dan menarik. Walau bukan hal yang baru, karena penyanyi Australia Lenka dan Mocca, band asal Bandung juga menggunakan gaya yang sama. Demikian diskusi saya dengan mahasiswa Jurusan Seni Musik itu yang kerap berdebat dengan saya di sela-sela konser.
Yurasaya prediksi mampu meramaikan blantika musik terutama jazz lebih luas dan dia punya modal untuk itu. Pasalnya menarik ialah beberapa female jazz Indonesia yang kerap muncul, datang dengan latar belakang pendidikan yang bagus. Di antaranya Iga Mawarni (kelahiran 24 Juli 1973), alumnus D3 Sastra Belanda UI, Andien Aisyah (kelahiran 25 Agustus 1985) misalnya alumnus Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Monita Tahalea (kelahiran21 Juli 1987)alumnus Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Trisakti, Dira Sugandi (kelahiran 1979) alumnus Jurusan Seni Musik, Universitas Pelita Harapan. Tentunya juga ada Citra Skolastika (kelahiran 1993) yang juga mulai menyadari hal itu.
Sebetulnya ada jebolan ajang pencarian bakat yang juga saya tunggu, Ghea Dahliana (kelahiran 23 Oktober 1989), jebolan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, yang sebetulnya potensial di blantika jazz dengan kharakternya sendiri. Namunkiprahnya belakangan belum terdengar lagi dan lebih sibuk pada pekerjaannya di sebuah televisi swasta sebagai orang kantoran.
Yura sendiri mempunyai bekal pendidikan yang baik, alumnus Jurusan Hubungan Masyarakat, Universitas Padjadjaran. Saya melihat sepertinya bekal pendidikan di atas SMAuntuk bisa eksis di dunia blantika musik Indonesia merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan, karenamemberikan penyanyi itu bekal public relation yang baik untuk berkomunikasi dengan media, fans base, lebel, tentunya juga tampil dengan audience yang lebih luas. Apakah seorang Yunita Rachman menjadi Super Yura? Waktu membuktikan.Kemauan untuk terus belajar, memelihara komunitas penggemar (seperti yang dilakukan Agnes Monica dan sekarang debutan baru Fatin)juga hal yang penting.
Irvan Sjafari
Sumber terkait: (Hip... hip...) Yura: Pendatang Baru Wanita Jazz yang Membuat Saya (Sejenak) Menjadi ABG
Sumber foto: Glenn Hadir di Konser Yura (foto Yura dan GlennFredly)
Facebook Yura
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H