Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review “La Belle et La Bete” (2014): Beauty and The Beast Lebih Dewasa, Lebih Epic dan Lebih Artistik: Film Pilihan untuk Festival Sinema Prancis 4-7 Desember (1)

26 November 2014   05:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:50 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14169275101394106456

[caption id="attachment_378253" align="aligncenter" width="300" caption="Poster La Belle et La Bete (kredit foto Allocine.fr)"][/caption]

Sejak pertama kali diadakanpada 1996, Festival Sinema Prancis saya berupaya untuk menonton beberapa film dalam ajangfestival sinema asing pertama di Indonesia yang memberikan publik Indonesia kesempatan untuk menyaksikan sinema Prancis teraktual dari berbagai genre. Seingat saya pada festival pertama, di antaranya saya menonton Indochine yang dibintangiCatherine Deneuve. Nah padaedisi ke-19 ini, Festival Sinema Prancis akan hadir di 9 kota utama di Indonesia; Jakarta, Balikpapan, Bandung, Denpasar, Makassar, Malang, Medan, Surabaya serta Yogyakarta.

Sejak2012, Festival Sinema Prancis menghadirkan formula baru dalam programasinya. Bekerjasama dengan XXI/21, Festival Sinema Prancis menghadirkan film-film utama Prancis yang beberapa diantaranya meraih penghargaan di ajang festival film internasional. Untuk 2014 ini saya sudah menonton beberapa film.Di antaranya La Belle et La Bete yang saya tulis review-nya.

JudulFilm :La Belle et La Bete (2014)

Sutradara :Christhope Gans

Bintang : Vincent Cassel, Lea Seydoux, Andre Dussolier, Yvonne Catterfeld, Eduardo Noriega

Rated :**** (Excellent)

Jangan bayangkan bahwa La Belle et La Bate arahan Christhope Gansseperti animasi Beauty and The Beast Walt Disney.Garis besar ceritanya memang serupa, namun versi Gans memberikan gambaran sebab akibat menimpa Beast lebih manusiawidan tokoh antagonis dalam versi baru ini hitam putih. Tokoh Belle juga digambarkan tidak selembut dalam versikartun dan lebih manusiawi. Dalam berapa adegan dia lebih menusiawi menampakan kegusarannya. Ketegangan yang dibangun juga turun naik dan setting sejarahnya lebih kokoh hingga seperti cerita epic.

Aliksah pada 1810 di Prancis, seorang pedagang (André Dussollier) dipaksa untuk menjual rumah kotanya dan banyak barang-barang ketika ia bangkrut setelah kapalnya hilang di laut. Duda dengan enam anak ini terpaksa hengkangke sebuah rumah sederhana di pedesaan. Semua anak-anak tidak suka dengan kehidupan yang berupa drastis kecuali si bungsu Belle (Léa Seydoux) yang mempunyai kegandrungan akan suasana lingkungan yang hijau dan juga bunga.

Cerita terus bergulir, suatu ketika mereka mendengar berita bahwa salah satu kapal pedagang milik sang ayah masih utuh.Dia dan putra sulungnya kembali ke kota dengan harapan mengumpulkan barang-barang yang akan mengembalikan kekayaan mereka. Namun, barang disita oleh otoritas lokal, dan pedagang dipaksa untuk melarikan diri ke hutan ketika Perducas (Eduardo Noriega) mengancam untuk menyakiti dia atas utang anaknya.

Suatu ketika sang pedagangtersesatdi sebuah puri yang misterius. Oleh pemiliknya tidak menampakan diridia dibiarkan tinggal bahkan mengambil barang tertentu, kecuali memetik bunga mawar.Sayangnya Sang Ayah ingat permintaan anaknya untuk memeitk mawar. Beast sang pemilik puri berang dan akan dihukum mati, namun dia diberikan izin untuk pamit kepada keluarganya. Merasa bertanggungjawab Belle maju sendiri menghadapi Beast (Vincent Cassel). Dia pun tertawan.

Beast rupanya terpikat pada Belle, hingga dia diizinkan berkeliaran dan diberikan barang mewah, tetapi harus kembali untuk makan malam bersama Beast. Pelan-pelan Belle menyingkap misteri siapa jati diri Beast.Itu berhubungan dengan cerita seorang pangeran yang akan menikahi seorang putri (Yvonne Catterfield) dari negeri lain. Syarat pernikahan pangeran yang hobi berburu ini tidak boleh membunuh rusa emas.Sayang sang pangeran melanggar pantangan ini dan bencana pun terjadi. Adegan yang paling saya suka dan sangat menyentuh.

Secara sinematografi Gans memanjakan mata saya pada pemandangan eksotis, hutan yang buka-tutup,serta berapa adegan magis lain. Sekali pun “final fighting” di akhir cerita tidak terlalu baru mengingatkan pada sejumlah film yang sebangun. Adegan-adegan ini tidak untuk anak-anak, terutama ketika Sang Pangeran memanah rusa dan apa yang terjadi sesudahnya (kecuali mungkin didampingi orangtuanya).

Gans membuat La Belle et La Bête seperti Christopher Nolan menggarap Batman. Ganstampaknyamemberikan begitu banyak efek visual film - dari makhluk anjing-seperti murung bermata yang jejak setelah Belle kemanapun ia pergi, hingga patung-patung batu besar yang datang untuk hidup untuk membela Binatang. Hasilnya versi ini lebih artistik dan hidup memanjakan mata. Beberapa kritikus menilai versi ini tidak romantis,karena seharusnya lebih  menekankan cinta.Tetapi menurut saya justru versi Gans ini paling masuk akal dan lebih manusiawi,sebab jatuh hati pada mahluk yang buruk muka bukan perkara membalikan telapak tangan.Justru versi Gans ini versi "asli".

Versi Perancis baru ini berbeda dari banyak versi lain karena berkonsentrasi lebih pada cerita belakang keluarga dan bagaimana mengerikan para kakak Belle adalah. Ini adalah sebuah keluarga yang sangat disfungsional. Sang ayah juga digambarkan tidak sempurna, mengambil barang, menyantap makanan di puri tetap pencurian.Andre Dussolier merankan karakter ini dengan baik, membuat saya berempati, sekaligus gusar terhadap ayah seperti ini.

Bagi saya sendiri daya tarik film ini ada juga pada Lea Seydoux. Aktingnya sebagaiSabine Monreau yang “cantik-cantik mematikan” dalam Mission Impossible 4 : Ghost Protocolmembuat saja jatuh hati.Dalam La Belle et La Bete, Saydeaux menghidupkan Bellebukan seperti Cynderella-nya Wat Disney, Belle lebih bermartabat, tidak begitu saja terpesona pada pandangan pertama.Saya sudah menonton sejumlah filmnya seperti Sister (2012) karya Ursula Meier dan La Belle Personne (2008).

Diputar

Jakarta

Metropole XXI

4 Desember 17.30

7Desember 15.00

Bandung

Ciwalk XXI

6 Desember21.00

Selengkapnya: http://ifi-id.com/festival-sinema-prancis-2014

Irvan Sjafari

Catatan Lain:

http://hiburan.kompasiana.com/film/2013/05/07/review-film-sister-potret-sebuah-kehidupan-sosial-di-swiss-dan-kerinduan-terhadap-gillian-scully-anderson-nya-x-files-553667.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun